Angka KDRT di Beberapa Negara Meningkat Sejak Pandemi Corona

1 April 2020 10:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
Saat ini, kebijakan lockdown dan karantina mandiri tengah diterapkan di berbagai negara demi memerangi pandemi Corona. Sayangnya, meski bertujuan baik, kebijakan ini bisa membawa petaka bagi sebagian orang. Salah satunya, terhadap para korban kekerasan domestik atau KDRT.
ADVERTISEMENT
Sejak kebijakan lockdown dan isolasi diterapkan, jumlah kekerasan domestik di berbagai negara tercatat meningkat drastis. Disinyalir, hal ini terjadi karena lockdown memberikan lebih banyak ruang bagi para pelaku untuk menyiksa korbannya. Di tengah lockdown maupun kebijakan isolasi lainnya, para korban--yang tak jarang merupakan perempuan--akan jadi lebih sulit untuk keluar rumah maupun meminta pertolongan ke tempat kerja, keluarga, maupun pusat-pusat dukungan lainnya.
"Teknik yang kita gunakan untuk melindungi masyarakat dari virus bisa berdampak buruk pada korban kekerasan domestik," tutur Anita Bhatia, Deputy Executive Director UN Women, seperti dikutip Time.
"Walau kami sangat mendukung diterapkannya social distancing dan isolasi, kami juga menyadari bahwa ini memberikan kesempatan bagi para pelaku untuk lebih banyak melakukan kekerasan terhadap korbannya," ujarnya menambahkan.
ADVERTISEMENT
Peningkatan kekerasan yang signifikan ini memang telah diprediksi oleh berbagai lembaga dan aktivis. Badan PBB mencatat, 1 dari 3 perempuan pernah menjadi korban kekerasan fisik maupun seksual, yang biasanya dilakukan oleh pasangannya. Probabilitas ini bisa meningkat saat krisis terjadi, termasuk ketika perang maupun pandemi.
Hal serupa juga dinyatakan dalam laporan The Guardian, yang memaparkan bahwa peraturan karantina bisa memperparah keadaan.
"Yang kami khawatirkan adalah, seiring dengan meningkatnya kekerasan, kemampuan para perempuan untuk mengakses bantuan dan juga ketersediaan bantuan justru akan berkurang. Ini adalah tantangan yang nyata," ujar Marcy Hersh, senior manager di bagian humanitarian advocacy dalam organisasi asal AS, Women Deliver.
Selengkapnya, berikut data peningkatan kasus kekerasan di aneka negara, seperti dirangkum dari berbagai sumber.
ADVERTISEMENT

1.China

Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Menurut laporan media setempat, angka kekerasan domestik di Hubei--bagian negara China yang paling awal terkena dampak Corona--meningkat hingga tiga kali lipat di bulan Februari. Persisnya, dari angka 47 kasus menjadi 162 kasus.
Seorang mantan polisi sekaligus aktivis anti kekerasan di China, Wan Fei, mengatakan kepada Sixth Tone bahwa peningkatan jumlah yang terjadi berkaitan dengan pandemi Corona.
"Menurut statistik kami, 90 persen dari penyebab kekerasan (di periode ini) berhubungan dengan epidemi COVID-19," tuturnya, seperti dikutip The Guardian.

2.Prancis

Warga Prancis di tengah kota saat adanya ancaman virus corona. Foto: REUTERS/Benoit Tessier
Dalam laporan Reuters, disebutkan kasus kekerasan domestik meningkat menjadi 36 persen di Paris dan 32 persen di bagian Prancis yang lain. Dua di antara kasus tersebut merupakan kasus pembunuhan.
Namun, Prancis tidak tinggal diam menghadapi peningkatan kekerasan itu. Negara ini membuat beberapa kebijakan yang pro korban, seperti menyewakan kamar hotel bagi korban, juga membuka 20 titik pusat pelayanan sementara agar para perempuan bisa lebih mudah melaporkan kasus kekerasan yang dialaminya. Mereka juga membuat inisiatif agar para perempuan bisa melaporkan kekerasan lewat counter apotek.
ADVERTISEMENT
Di luar itu, Pemerintah Prancis juga menggelontorkan 1 juta euro (sekitar Rp 17 miliar) untuk organisasi anti kekerasan domestik, agar mereka bisa membantu mengatasi kekerasan rumah tangga.
"Saya berfokus untuk menambah titik kontak dengan perempuan. Karena para perempuan kini susah keluar rumah, kami ingin memastikan bahwa support system yang ada bisa bisa pergi dan menghampiri mereka," ujar Menteri Kesetaraan Gender Prancis, Marlene Schiappa, kepada koran Le Parisien pada Minggu lalu.

3.Australia

Sejumlah turis berjalan di kawasan Circular Quay, Sydney, Australia. Foto: AFP/PETER PARKS
Salah satu bagian negara Australia, New South Wales, juga dikabarkan mengalami peningkatan jumlah kasus kekerasan domestik. Dalam laporan BBC, Nazir Afzal, seorang domestic abuse advisor mengklaim bahwa telah terjadi peningkatan jumlah kasus kekerasan domestik hingga 40 persen di New South Wales.
ADVERTISEMENT
Sementara, dalam laporan berita 7News, pencarian Google menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pencarian mengenai bantuan untuk menghadapi kekerasan domestik hingga 75 persen di Australia, sejak kasus-kasus COVID-19 pertama diumumkan di negara tersebut. Namun, layanan telepon darurat di negara itu justru mengalami penurunan jumlah panggilan. Ini disinyalir menggambarkan bahwa para korban tidak bisa meminta bantuan secara aman.
Sejauh ini, ada beberapa langkah yang diambil oleh Pemerintah Australia untuk mulai mengatasi masalah tersebut. Salah satunya, dengan memberikan 150 juta dolar Australia (sekitar Rp 1,4 triliun) untuk rakyat Australia yang menjadi korban kekerasan domestik, keluarga, dan seksual karena virus Corona.

4.Lainnya

Ilustrasi korban kekerasan domestik. Foto: Shutter Stock
Hal yang sama juga terjadi di berbagai belahan dunia lainnya. Menurut media Globo, salah satu pusat pelayanan publik yang dikelola pemerintah Brasil mencatat adanya peningkatan kasus kekerasan domestik hingga 40-50 persen sejak terjadinya isolasi terkait Corona di negara tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara, The Guardian mencatat, pemerintah regional Catalonia mengatakan bahwa layanan telepon darurat mereka menerima lebih banyak panggilan (20 persen) sejak periode isolasi dimulai. Kemudian, di Cyprus, panggilan ke layanan telepon darurat meningkat hingga 30 persen setelah pulau itu mengumumkan kasus Corona pertamanya.
-----
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran virus Corona. Yuk, bantu donasi sekarang!