Ask The Expert: Apakah Sering Berganti Tempat Kerja Baik bagi Karier?

9 Agustus 2019 8:31 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wawancara kerja. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wawancara kerja. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saat ini, di dunia profesional, pindah tempat kerja adalah hal yang semakin lumrah dilakukan. Tak asing lagi rasanya melihat rekan kerja yang pindah ke tempat baru dengan berbagai alasan.
ADVERTISEMENT
Tapi, sebenarnya, baguskah bila kita sering berganti tempat kerja? Apakah hal ini justru tidak akan menghambat karier dalam jangka panjang?
Untuk mengetahui jawabannya, kumparanWOMAN berbincang dengan Abdi Utama, Senior Manager of Talent and Organization dari Accenture. Lewat sambungan telepon pada Selasa (6/8), pria yang akrab disapa Bey itu berbagi pendapatnya mengenai kebiasaan berpindah tempat kerja.
Selengkapnya, berikut perbincangan kami.
Sebenarnya, bagus tidak sih sering pindah tempat kerja itu?
Tergantung posisi dan bidangnya. Karena, sekarang kan organisasi sudah mulai (menganggap bahwa) yang penting adalah seseorang perform selama sekian tahun. Misalnya, dia diprediksi (akan bertahan) paling lama lima tahun. Jadi, dalam kurun waktu tersebut, selama dia ada return, why not? Toh, dia sudah ngasih return yang bagus. Ini berlaku, misalnya, bagi jabatan-jabatan yang posisinya memang berdampak langsung pada finansial perusahaan.
Ilustrasi perempuan karier. Foto: Shutterstock
Tapi, organisasi sekarang ada dua jenis. Ada yang progresif dan ada yang tradisional. Yang tradisional masih memandang bahwa yang berpindah-pindah tempat enggak bagus, karena berarti orangnya enggak engage.
ADVERTISEMENT
Jadi, ada dua perspektif yang berbeda. Kalau ditanya bagus enggak bagus, tergantung organisasi mana yang mau dilihat dan bagaimana kita menjual (diri) kitanya.
Biasanya, apa yang menyebabkan orang sering pindah kerja?
Lihat definisi orangnya. Kalau milenial, secara statistik, mereka bukan orang-orang yang punya potensi untuk stay. Jikapun mereka bertahan di sebuah perusahaan, mereka mungkin tidak akan bertahan lebih dari lima tahun. Itu kan karakteristik dari suatu generasi, ya.
Karena, memang sekarang sudah banyak opportunity di luar sana. Informasi juga makin terbuka. Dan anak-anak sekarang bekerja untuk mengembangkan skill. Jadi, ya, (berpindah-pindah) itu salah satu cara bagi mereka. Pertama, untuk naikin market-nya. Kedua, untuk naikin income-nya.
Kalau mengandalkan internal equity untuk nanjak, biasanya akan lebih lama. Meskipun, ya, ada plus minus lah. Biasanya kalau mau cepat naik, (orang akan) pindah-pindah. Cuma, long term (benefit)-nya enggak banyak dibanding orang yang stay.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, apa, sih yang akan didapatkan dari sering berpindah tempat kerja?
Misalnya, dapat exposure yang lebih besar lagi. Kemudian, bargaining position-nya juga lebih tinggi.
Ini saya ngomongin orang-orang yang kerjanya bagus, ya. Orang yang bagus itu biasanya lebih gampang 'jualan; keluar. Dan, biasanya, nanti dia akan bisa mendapatkan income yang lebih besar daripada yang ditawarkan oleh company-nya sekarang.
Ilustrasi perempuan karier berdiskusi di kantor. Foto: Shutterstock
Yang kedua, bisa jadi karena dia enggak terlalu terekspos di perusahaan yang lama. Sehingga, kalau dia mau jadi lebih besar lagi, ya, dia cari kesempatan di tempat lain.
Ada tidak jangka waktu yang ideal sebelum memutuskan pindah kerja?
Yang pasti enggak setahun sekali lah, ya. Enggak dua tahun sekali juga. Biasanya, tiga tahun atau empat tahun udah oke, karena dia udah ada track record, udah bisa membangun kredibilitasnya.
ADVERTISEMENT
Karena, yang dilihat kan konsistensi dalam performance. Kalau setahun-dua tahun, masih belum kelihatan performance-nya kayak apa. Mungkin performancenya udah, tapi konsistensinya belum kelihatan. Karena, bisa saja dalam setahun pertama kerjanya bagus dan cepat. Tapi, apakah daya tahan dia untuk meningkatkan performance di tahun-tahun berikutnya sama? Itu yang biasanya enggak kelihatan dari orang-orang yang pindah-pindah ini.
Apakah ini berlaku untuk di level manapun?
Biasanya, kalau untuk level direksi sudah beda, ya. Itu sudah beda posisi politis.
Tapi, untuk level manajer ke bawah, kalau mau pindah-pindah ya jangan terlalu cepat. Tiga-empat tahun masih bisa, supaya dia bisa menunjukkan kalau dirinya punya performa yang konsisten.
Jadi sebaiknya, lebih baik sering pindah atau stay lama di satu perusahaan?
ADVERTISEMENT
Haha. Kalau saya sendiri, sering pindah aja, enggak apa-apa.
(Tapi) tergantung dia mindsetnya apa. Karena, pendidikan sekarang sudah banyak menciptakan mindset self-employed. Jadi, biasanya, mindset orang-orang ini, yang pindah-pindah ini, adalah mau cari pengalaman sebelum memulai usaha sendiri.
interview kerja lewat video . Foto: Shutterstock
Kalau memang mindsetnya bekerja untuk diri sendiri, ya, tidak apa pindah-pindah. Dia enggak harus menjaga nama baik sebagai pekerja. Tapi, kalau mindsetnya adalah bekerja buat perusahaan, berpindah-pindah dalam waktu yang cepat itu sebenarnya enggak bagus.
Sebab, anggapan HR bahwa ini orang kutu loncat dan enggak engage dengan perusahaan itu masih ada. Tidak cuma itu, sekarang HR juga sudah punya alat untuk menilai engagement dari orang.
Contohnya begini; perusahaan itu biasanya memberi hak spesial bagi orang-orang yang bertalenta tinggi--orang-orang yang kerjanya memang bagus dan engage. Mungkin, peluang untuk promosinya lebih cepat dan dia mendapatkan kesempatan untuk training lebih banyak.
Perempuan karier. Foto: Shutterstock
Nah, sekarang, HR punya alat penilaian yang enggak cuma sekadar dari survei, tapi juga punya analytics. Tanpa bertanya kepada orangnya, sebenarnya HR sudah punya alat untuk mendeteksi bahwa orang ini bakal engage lama apa sebentar. Bisa jadi, orang-orang yang kinerjanya bagus tapi gampang pindah perusahaan tidak masuk dalam talenta yang dipertimbangkan oleh HR lagi.
ADVERTISEMENT
Sekarang, HR sudah mulai gerak ke arah sana, dengan pakai data analytics. HR sudah bisa tahu sebenarnya mana orang yang sudah mulai gelisah di tahun kedua, ketiga, keempat.