Ask the Expert: Resign dan Ganti Pekerjaan saat Pandemi, Bijak atau Tidak?

14 Juli 2021 8:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan di tempat kerja. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan di tempat kerja. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pandemi COVID-19 telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Mulai dari cara berinteraksi dengan orang lain, cara bepergian, menjalani hari, termasuk juga mengubah mindset orang dalam bekerja.
ADVERTISEMENT
Jika bekerja biasanya identik dengan ruang kantor, presentasi di ruang meeting yang dihadiri banyak orang, atau janji temu dengan klien di sebuah kafe, kini kebiasaan itu pun hampir jarang terlihat. Anda mungkin kini lebih disibukkan dengan agenda rapat virtual dan acara-acara virtual lainnya.
Di samping itu, penerapan sistem kerja jarak jauh atau work from home (WFH) karena pandemi rupanya juga membuat beberapa orang berpikir untuk merencanakan karier masa depan dan meningkatkan keterampilan baru untuk mempelajari sesuatu.
Sementara bagi yang lain, masa-masa krisis dan penuh ketidakpastian ini justru menjadi ‘pembuka mata’ bagi mereka untuk memikirkan keinginan yang sebenarnya ingin dikejar dalam hidup dan membuat mereka berani untuk melakukan transisi karier atau pindah kerja.
ADVERTISEMENT
Banyaknya karyawan yang ingin berganti pekerjaan di tengah pandemi ternyata pernah dibuktikan lewat sebuah laporan yang dirilis oleh perusahaan yang membuat produk atau perangkat lunak antivirus, Kaspersky, pada November 2020 silam. Dalam laporan bertajuk Securing the Future of Work, disebutkan bahwa sebanyak 35% karyawan berpikir untuk beralih ke pekerjaan baru dalam waktu 12 bulan ke depan.
Masih dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa ada dua alasan terbesar mengapa orang ingin beralih pekerjaan di tengah pandemi. Alasan pertama karena keinginan untuk menerima upah yang lebih tinggi (49%), dan yang kedua karena ingin menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi (41%).
Pertanyaannya, bijakkah mengganti pekerjaan di situasi sulit seperti pandemi COVID-19 ini? Jika iya, hal-hal apa saja yang harus dipertimbangkan saat hendak mengganti pekerjaan di masa pandemi? Untuk mengetahui jawabannya, kumparanWOMAN telah berbincang dengan HR Manager dan Content Creator, Samuel Ray, pada Kamis (8/7) lalu.
ADVERTISEMENT
Simak percakapan kami berikut ini:
Ilustrasi wawancara kerja. Foto: Shutterstock

Di tengah situasi yang sulit seperti ini, terlebih di tengah banyaknya kasus PHK yang dialami banyak pekerja, apakah berganti pekerjaan merupakan hal yang bijak?

Menurut pandangan saya, keputusan untuk mengganti pekerjaan atau tidak di tengah pandemi ini, yang paling penting adalah kita tetap harus maintain our network. Jadi, yang bisa saya sarankan untuk teman-teman yang sudah bekerja adalah tetap lakukan interview sesekali itu tidak apa-apa. Tapi ingat, tidak usah interview sesering mungkin ya, misalnya setiap satu minggu sekali karena itu terlalu banyak.
Saya pernah membaca dari beberapa sumber, bahwa teman-teman direkomendasikan selama 4 bulan sekali untuk melihat peluang yang ada di luar sana. Misalnya interview formal kalau ada kesempatan, tapi kalau enggak ada ya boleh teman-teman ikutan webinar gathering, zoom dengan komunitas, ikutan perkumpulan alumni, dan lain-lain. Tujuannya, agar nama teman-teman itu tetap terdengar di luar sana.
ADVERTISEMENT
Menurut saya, itu harus dilakukan karena kita sebagai seorang profesional penting sekali untuk menjual reputasi dan juga skill yang dimiliki. Jadi, kalau kita lupa me-marketing-kan diri kita sendiri, jangan heran kalau suatu hari nanti nama kita pelan-pelan akan redup atau bahkan hilang karena tidak ada yang mengenal kita, karena terlalu fokus dengan pekerjaan yang ada di kantor sekarang.
Saya percaya bahwa ada sebagian orang yang berpikir untuk tetap stay di kantor yang sama selama 5-10 tahun. Saya sangat aware sekali bahwa ada way of thinking seperti itu. Tapi, kalau saya pribadi tetap menyarankan teman-teman untuk tetap melakukan marketing agar nama kita tetap dikenal banyak orang. Masalah ada kerjaan baru atau enggak itu urusan nanti, yang penting networking itu tetap harus jalan terus.
ADVERTISEMENT
Kemudian, buat teman-teman yang sedang mencari pekerjaan dan ingin pindah karena satu dan lain hal karena kondisi sekarang, sebetulnya proses mencari kerjanya itu tetap sama seperti sebelum pandemi ya. Secara realistis, rule of thumb-nya itu 3-4 bulan, mulai dari proses bikin CV hingga mendapat offering letter. Jadi sebisa mungkin kasih waktu selama 3-4 bulan untuk proses tersebut. Tapi, kalau memang tidak tahan dan ingin segera resign saat ini juga, pastikan kalau teman-teman sudah memiliki dana darurat untuk survive setidaknya 3-4 bulan ke depan. Itu sih yang menurut saya teman-teman harus aware.

Lalu, adakah kiat-kiat khusus yang harus diperhatikan saat mencari pekerjaan baru di tengah pandemi?

Kalau berbicara teknis mengenai cara mencari kerja di tengah pandemi, saya rasa saat ini sudah banyak ya resource-nya. Yang paling penting, kita harus ekstra aware di situasi seperti ini. Pertama, kita harus tetap menjaga networking. Jadi, jangan karena kita di rumah saja, nama kita tidak terdengar di luar. Yang kedua, teman-teman juga harus mengatur waktu secara realistis mungkin untuk mencari kerja.
Ilustrasi mengundurkan diri. Foto: Getty Images

Hal-hal apa saja yang harus dipertimbangkan saat hendak resign dari pekerjaan yang sekarang? Dan hal apa yang harus dipertimbangkan untuk terhindar dari keputusan resign karena impulsif?

Menurut saya, resign itu should never be an emotional decision. Sebab, teman-teman harus ingat bahwa kita semua adalah seseorang yang profesional di dunia kerja. Kita boleh emosi, merasa kesal, atau tidak suka saat bekerja. Tapi, ketika kita dihadapkan untuk membuat keputusan, seseorang yang profesional seharusnya bisa membedakan mana keputusan yang didasarkan atas emosi atau logis.
ADVERTISEMENT
Jadi, buat saya, merasa kesal itu tidak apa-apa apalagi melihat situasi kantor misalnya sudah tidak ada harapan lagi bagi kita untuk bekerja di sana. Tapi ingat, keputusan untuk resign sebaiknya diambil setelah teman-teman memiliki plan B atau setelah teman-teman memiliki strategi lain yang sudah dipikirkan. Kalau bisa ya, kita sudah memiliki time window selama 3-4 bulan. Intinya, kalau memungkinan, teman-teman bertahan dulu selama 3-4 bulan di tempat kerja yang sekarang meskipun sudah merasa kesal dengan situasinya. Tapi, selama masa itu, teman-teman juga bisa sambil cari-cari kerja di waktu luang. Itu sih opsi yang paling bijak menurut saya.