Benarkah Perempuan Lebih Emosional dari Laki-laki? Ini Faktanya Menurut Studi

3 Agustus 2022 13:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan dan laki-laki emosional. Foto: Kmpzzz/shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan dan laki-laki emosional. Foto: Kmpzzz/shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, apa kamu familier dengan asumsi bahwa perempuan cenderung lebih emosional dibandingkan laki-laki? Atau ketika mengekspresikan perasaan, kamu sering dicap terlalu berlebihan atau sedang menstruasi?
ADVERTISEMENT
Pemikiran seperti ini sudah tersebar luas dan tertanam di benak masyarakat, sehingga banyak yang menganggap bahwa perempuan memang lebih emosional ketimbang laki-laki karena hormon pada perempuan.
Nyatanya, hal tersebut keliru, Ladies. Satu studi yang dipublikasikan pada Oktober 2021 lalu membuktikan bahwa perempuan tidak lebih emosional dibandingkan laki-laki. Dalam studi berjudul “Little evidence for sex or ovarian hormone influences on affective variability” (Rendahnya bukti pengaruh jenis kelamin atau hormon ovarium terhadap variabilitas afektif) tersebut, dijelaskan bahwa jenis kelamin atau hormon perempuan tidak berpengaruh besar terhadap fluktuasi atau naik turunnya emosi seseorang.
Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Scientific Reports itu berlangsung selama 75 hari. 142 orang yang menjadi objek penelitian ini adalah lelaki, perempuan dengan siklus menstruasi normal (tidak menggunakan kontrasepsi), dan tiga kelompok perempuan yang meminum tiga pil kontrasepsi berbeda.
Ilustrasi perempuan menangis. Foto: Shutterstock
Selama 75 hari, setiap hari selepas pukul delapan malam atau sebelum tidur, para partisipan mengisi survei online berisi pertanyaan dengan jangka waktu menjawab selama 20 menit.
ADVERTISEMENT
Dalam survei tersebut, para partisipan harus menyelesaikan Jadwal Afeksi Positif dan Negatif. Mereka harus menilai, dalam skala 1–5, seberapa intensif 10 emosi positif dan 10 emosi negatif dalam 24 jam terakhir. Skala 1 berarti “sangat ringan atau tidak sama sekali), sementara skala 5 berarti “sangat ekstrem”.
Hasil akhir pun menunjukkan, tidak ada bukti kuat bahwa jenis kelamin menentukan emosi seseorang. Baik laki-laki maupun perempuan dan baik perempuan dengan siklus hormon normal maupun yang meminum kontrasepsi, semuanya mengalami fluktuasi emosi yang hampir sama. Kalaupun ada perbedaan, menurut para peneliti, angkanya sangat kecil.
Ilustrasi Marah-marah. Foto: Shutter Stock
“Kami juga tidak menemukan perbedaan yang berarti di antara kelompok perempuan (yang menjadi objek penelitian), sehingga memperjelas bahwa naik turunnya emosi disebabkan oleh banyak pengaruh, bukan hanya hormon,” ucap Adriene M. Beltz, salah satu peneliti dalam penelitian ini, dikutip dari International Business Times.
ADVERTISEMENT

Mengapa perempuan selalu dianggap lebih emosional?

Dilansir VeryWell Mind, hal ini bersumber dari budaya patriarki yang mengakar di masyarakat, Ladies. Seorang dosen di Tulane University School of Social Work, Dr. Catherine McKinley, menegaskan bahwa peran-peran gender kaku yang ada di masyarakat membuat asumsi perempuan lebih emosional dibanding laki-laki ini mudah diterima masyarakat.
“Peran gender tradisional dan kaku yang berdasar dari masyarakat patriarki menggambarkan laki-laki sebagai seseorang yang ‘tidak emosional’ dan perempuan sebagai ‘emosional,’” jelas Catherine, dikutip dari VeryWell Mind.
“Karena patriarki menggambarkan laki-laki sebagai lebih superior dibandingkan perempuan, sifat-sifat stereotipikal yang diasosiasikan dengan perempuan dan feminitas pun dipandang bernilai lebih rendah, didiskreditkan, dan tidak dilegitimasi,” lanjutnya.
Ilustrasi perempuan sedang menghibur pasangannya yang sedih. Foto: ART STOCK CREATIVE/Shutterstock
Jadi, secara ilmiah, asumsi bahwa perempuan lebih emosional dibandingkan laki-laki itu tidak terbukti, Ladies. Paham tersebut justru lahir dari sistem yang diskriminatif gender, membuat perempuan dianggap lebih “bernilai rendah” dibandingkan laki-laki.
ADVERTISEMENT
“Paham bahwa perempuan lebih emosional sepenuhnya tidak benar. Setiap manusia memiliki emosi, baik mereka mengidentifikasinya atau tidak,” tegas Catherine.