Bincang Karier: Sari Safianti dan Konsistensinya di Dunia Logistik

3 Juli 2019 16:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Managing Director dari Rhenus Logistics, Sari Safianti. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Managing Director dari Rhenus Logistics, Sari Safianti. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Dari sekitar 125 juta pekerja yang berjibaku di industri logistik dunia, ternyata hanya ada 1-2 persen saja pekerja perempuan. Ya, sektor yang satu ini memang erat kaitannya dengan laki-laki, karena dalam kesehariannya profesi ini mengharuskan untuk terjun langsung ke lapangan.
Industri logistik sendiri bergerak sebagai penyedia jasa transportasi pengiriman barang dari tempat pengambilan barang ke tempat tujuan dan juga menyediakan jasa penyewaan gudang bagi perusahaan-perusahaan lain untuk menyimpan barangnya. Perusahaan penyedia jasa logistik ini berperan penting sebagai media penyalur pasokan barang dan banyak dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan di berbagai negara di dunia.
Tapi jika ditelaah lebih jauh, dunia logistik sebenarnya tak sekadar terkait urusan bongkar-angkut barang. Lebih dari itu, ada ekosistem yang perlu dibangun dengan baik dan tentunya membutuhkan dukungan tak hanya dari laki-laki saja, tapi juga perempuan.
Hal ini dibuktikan oleh sosok Sari Safianti (45), yang memulai karier di bidang logistik sejak usia 20-an. Menjadi minoritas dalam industri tersebut, Sari bertahan di dunia logistik selama lebih dari 20 tahun dan sukses membangun kariernya hingga mencapai posisi puncak.
Melalui konsistensinya hingga kini, Sari juga membuktikan bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama. Ia berhasil membuktikannya dengan menduduki puncak karier dan menjabat sebagai Managing Director Rhenus Logistic, perusahaan logistik asal Jerman. Di perusahaan multinasional tersebut, Sari pun menjadi satu-satunya pemimpin perempuan yang memiliki tanggung jawab penuh atas perusahaan di negara perwakilan Rhenus.
Satu hal yang menarik dari sosok pemimpin yang satu ini, meski pekerjaannya memiliki tingkat stres yang tinggi, Sari dikenal sebagai sosok dengan pembawaan yang easy going dan senang bercanda. Tidak tampak beban dalam kehidupannya sehari-hari.
Apa rahasia Sari dalam mengatasi tantangan dalam pekerjaannya sehari-hari? Simak percakapan hangat kumparanWOMAN berikut ini bersama Sari Safianti, Managing Director Rhenus Project Logistic Indonesia.
Telah berpengalaman di dunia logistik sekitar 25 tahun, bisa diceritakan apa yang membuat Anda terjun ke industri tersebut?
Saya mulai terjun ke dunia logistik di usia 19- 20-an. Awalnya selepas lulus SMA, saya mendapat tawaran dari salah satu senior saya untuk bekerja di bidang properti. Saya mengambil kesempatan itu, sambil juga ikut les bahasa dan kelas public speaking.
Tak lama seorang teman yang kerja di bisnis shipping menawarkan pekerjaan di industri logistik dan mulai bekerja sebagai marketing staff. Saya tertarik dan akhirnya mengambil kesempatan tersebut.
Namun, sebenarnya jika ditanya kenapa akhirnya saya konsisten berkutat di industri logistik, jawabannya adalah karena ranah ini yang bisa mengakomodasi keinginan saya sejak bangku SMP, yakni travelling.
Dari dulu memang impian saya adalah melakukan perjalanan keliling dunia, makanya saya juga belajar bahasa asing.
Nah, saat berkutat di tahun-tahun awal di dunia logistik, saya perlahan-lahan menemukan keterkaitan antara ambisi saya sedari remaja dengan pekerjaan saya saat itu.
Di usia 20-an saya dipromosikan ke posisi yang lebih strategis, jadi mendapat tanggung jawab untuk mengurus pengiriman barang via udara ekspor dan impor. Saat itu tahun 90’-an dunia penerbangan memang lagi booming. Dan kebetulan saat itu Air India memberi award ke beberapa perusahaan, ada sekitar 10 perusahaan yang terpilih. Saya terpilih sebagai salah satu orang yang mendapat kesempatan untuk berangkat ke India waktu itu. Saat itu seketika saya berpikir, wah ini bakal jadi karier saya nih. Suatu pekerjaan yang memungkinkan saya untuk pergi travelling, dan ya, I found what I want. Kemudian seiring berjalannya waktu, yang awalnya hanya ingin punya profesi sering bepergian ke luar negeri akhirnya banyak sekali pengalaman baru yang didapat, mulai dari kerja untuk meng-handle garment, cargo, airline dan lain-lain.
Sari Safianti Managing Director Rhenus Logistic Indonesia Foto: dok.Sari Safianti
Industri logistik kerap diidentikkan dengan industri yang maskulin karena banyak digeluti oleh laki-laki. Benarkah anggapan tersebut?
Kasarnya untuk yang ingin masuk di industri ini memang harus siap diperlakukan sebagai laki-laki karena ranah logistik erat kaitannya dengan hal-hal yang berbau lapangan. Di sini kami mengurus proses pengolahan barang strategis mulai dari proses pemindahan, penyimpanan, pengadaan dan pemeliharaan barang yang ada di pelabuhan hingga bandar udara. Jadi memang kita harus survived di industri ini.
Memang tak mudah bagi perempuan untuk terjun ke dunia logistik, apalagi jika bekerja di perusahaan Jepang. Dari pengalaman yang saya lalui, posisi perempuan di perusahaan milik Jepang itu seperti second layer human being, jadi ketimpangan memang jelas ada. Tapi di Indonesia mereka tidak punya pilihan, di sini banyak perempuan yang mumpuni.
Gap antara perempuan laki-laki sangat kentara di perusahaan Jepang, misalnya saat ada kunjungan atau traveling ke luar, most of the time pasti yang akan diajak meeting itu laki-laki. Perempuan sangat jarang dilibatkan. Saat itu saya ingin membuktikan kepada atasan saya, bahwa saya sebagai staf lokal dan juga perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki. Seiring berjalannya waktu, mereka pun akhirnya memberi kepercayaan pada saya untuk menghandle beberapa pekerjaan lainnya.
Tapi untuk saat ini, disiplin ilmu pengemasan/logistik itu sudah ada jurusannya sendiri di tingkat universitas. Hal tersebut membuat perempuan semakin memiliki kesempatan yang sama untuk eksis di dunia logistik.
Pada Mei lalu, Sari sempat menjadi pembicara di konferensi Women in Breakbulk di Bremen, Jerman yang mempertemukan berbagai perempuan di seluruh dunia yang berkiprah di industri transportasi - logistik. Bisa ceritakan pengalaman di event internasional tersebut?
Women in Breakbulk ini adalah annual event yang ditujukan bagi perusahaan-perusahaan dunia yang bergerak di bidang alat berat yang erat kaitannya dengan industri minyak dan gas, mesin dan lain-lain. Nah, industri yang saya sebut itu notabene dikuasai oleh laki-laki. Dan penyelenggaraan Women in Breakbulk bertujuan untuk mengumpulkan perempuan yang aktif dalam industri logistik, salah satunya tempat saya bekerja, Rhenus.
Dalam Women in Breakbulk tersebut saya berbicara di panel bertajuk ‘Leader of Tomorrow’ dan berbagi pengalaman kerja yang telah saya lalui. Saya juga membahas bagaimana caranya mengajak young generation untuk masuk ke industri logistik. Karena terus terang saja industri logistik dikenal sebagai industri tua, tidak seperti start up company yang 80-90 persen karyawannya adalah young generation.
Selama forum tersebut, dalam berbagai diskusi yang saya lakukan, saya menemukan bahwa ternyata semua pimpinan berpendapat sama; mereka mengakui gap antara laki-laki dan perempuan memang begitu terasa, apalagi saat menduduki posisi yang sama di suatu perusahaan.
Bahkan ironisnya gaji perempuan dan laki-laki yang menduduki jabatan yang sama bisa jauh berbeda nominalnya. Hal itu terjadi di Eropa dan Amerika. Laki-laki lebih tinggi pendapatannya ketimbang perempuan. Kalau kita (Indonesia) kan tidak seperti itu ya, malah perempuan pendapatannya bisa lebih tinggi.
Sari Safianti dalam acara Women in Breakbulk Foto: dok.Sari Safianti
Menurut Sari sendiri mudah tidak bagi perempuan masuk ke dunia logistik?
Ya, susah-susah gampang. When we talk about logistic berarti harus dibedah lagi, bagian apa yang ingin kita kerjakan karena banyak sekali divisi dan requirement dalam industri ini. Jadi sebenarnya banyak kesempatan bagi perempuan untuk masuk.
Dan yang tak kalah penting juga, saat masuk ke dunia logistik kita tidak boleh hanya bekerja di office, tapi juga harus terjun langsung ke lapangan. Selain itu kita harus memiliki keinginan yang besar untuk belajar dan memiliki knowledge tentang mekanisme dunia logistik. Kita harus siap saat terjun ke lapangan yang sudah pasti didominasi laki-laki.
Jadi balik lagi, tanyakan pada diri Anda, berani tidak untuk turut aktif terjun ke lapangan secara langsung? Melihat langsung apa yang terjadi di lapangan.
Apa tantangan yang Sari alami selama bergelut di bidang logistik? Apakah ada tantangan terkait dengan gender?
Sejauh ini tantangan terkait gender di lapangan tidak ada. Tantangan yang saya rasakan lebih ke soal penyelesaian pekerjaan yang menyangkut infrastruktur dan lokasi.
Misalnya soal infrastruktur, saat ingin menyelesaikan suatu proyek, kami sering terbentur masalah infrastruktur yang tidak mendukung. Kemudian perihal lokasi, seringkali kami dihadapkan dengan lokasi yang sulit dijangkau. Jadi harus super effort dalam menyelesaikan suatu proyek, itu merupakan tantangan yang benar-benar terasa hingga saat ini. Kemudian tantangan lainnya sebagai perempuan adalah saat harus mengunjungi tempat antah-berantah yang aksesnya sulit dan menghabiskan waktu berhari-hari di luar rumah. Bagi saya yang sudah berkeluarga, tentu menjadi hal yang tak mudah dijalani begitu saja. Misalnya saja beberapa waktu lalu, saya pergi ke Sorowako di Sulawesi Selatan, dan harus menempuh waktu 15 jam lamanya melalui perjalanan darat dengan seorang laki-laki asing dan harus melalui medan yang sulit.
Nah, menurut saya sendiri khususnya di Indonesia, yang menjadi hambatan perempuan adalah kadang perempuan sendiri yang kerap meragukan kemampuan diri sendiri. Se-simple ‘Apakah saya bisa?, Ah nanti suami saya tidak memberikan izin’, padahal kan belum dicoba.
Sari Safianti Managing Director Rhenus Logistic Indonesia Foto: dok.Sari Safianti
Selama berkarier, Sari biasanya menangani bidang sales. Menurut Sari keahlian apa saja yang mesti dimiliki untuk menjadi seorang sales yang sukses?
Dasar ilmu komunikasi yang baik sangatlah penting. Anda tidak harus berasal dari lulusan komunikasi, tapi paling tidak Anda tahu what you are doing and you know what you’re talking about, itu yang paling penting. Tahu bagaimana memposisikan diri, komunikasi ke white collar atau blue collar, karena memang pendekatannya itu berbeda-beda. Saya percaya apapun yang dikomunikasikan dengan baik akan berjalan dengan lancar. Good communication is the basic skill you need di dunia sales. Dan keahlian dalam bernegosiasi akan mengikuti kemampuan komunikasi yang baik.
Sari Safianti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Apa tips Sari untuk memenangkan sebuah negosiasi?
Anda tidak bisa melihat hal tersebut dari satu segi aspek saja. Harus melihat bahwa ada target lainnya di balik tujuan utama Anda. Sebagai contoh, saat Anda menjual sendok, Anda tidak hanya menjual sebatas sendok saja, harus ada tujuan lain yang lebih besar dibaliknya. You can see the whole picture.
Jadi saat bernegosiasi you must think the big picture, pastikan keuntungan dari company tidak hanya dari satu item saja pikirkan long term dari ‘barang’ yang Anda jual.
Apakah pekerjaan Sari mudah membuat stres? Bagaimana cara mengatasi stres akibat pekerjaan?
I believe what make you feel happy membuat semuanya akan terasa lebih mudah. Apa yang saya lakukan sekarang ini adalah yang saya suka, jadi saya menjalaninya dengan bahagia. Meskipun kalau melihat agenda, banyak sekali hal yang harus dikerjakan. Tapi saya enjoy dalam menjalaninya.
Dan agar hidup seimbang, harus jeli dalam mengatur prioritas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu, mana yang bisa ditunda. Jangan lupa melakukan hal kesukaan atau hobi. Saya sendiri suka musik, jadi saat weekend menyempatkan diri untuk ikut kelas vokal dan itu sangat menyenangkan.
Sari Safianti. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Menduduki berbagai posisi strategis di sejumlah perusahaan, bagaimana gaya Sari dalam memimpin?
Saya selalu memperlakukan rekan kerja saya sebagai my biggest partner, my biggest asset. Jadi saya menekankan kepada semua rekan kerja, jika ingin maju bersama kita harus saling dukung. Karena selihai-lihainya kita memiliki kemampuan, kita tidak akan bisa berjalan sendiri tanpa kerja sama yang kuat dalam tim. Saya tekankan kepada rekan kerja saya lainnya untuk grow together, moving forward together. Jangan treat orang seolah-olah Anda lebih baik, lebih mumpuni, yang ada nanti orang lain tidak mau bekerja dengan Anda.
Memiliki jabatan tertinggi di perusahaan multinasional seperti Rhenus tentu membuat Sari disibukkan oleh berbagai aktivitas pekerjaan. Bagaimana cara Sari mengatur waktu untuk pekerjaan, keluarga, dan diri sendiri?
Saat weekdays jelas tidak bisa diganggu, karena sudah didedikasikan untuk pekerjaan, dan thanks god kantor dari rumah tidak terlalu jauh jadi waktu saya tidak habis di jalan untuk bermacet-macet ria. Alhasil saya masih memiliki waktu untuk istirahat di rumah dan bercengkrama dengan keluarga.
Nah, saat weekend tiba, menjadi waktu yang digunakan untuk quality time dengan keluarga. Saat weekend, supir dan pembantu saya minta untuk tidak di rumah, jadi waktu di rumah benar-benar dihabiskan dengan keluarga, entah untuk makan bersama atau sekadar bercengkrama. Kadang saat weekend juga jadi momen saya untuk jadi supirnya anak-anak. Biasanya saya mengantar anak les atau bermain dengan temannya. Selain itu akhir pekan juga jadi kesempatan bagi saya untuk mengambil les vokal.
Apa pesan Sari untuk perempuan yang ingin berkecimpung di dunia logistik?
Jangan takut untuk ikuti kemauan Anda, jangan beranggapan kalau Anda tidak bisa memahami industri ini. Coba cari tahu divisi apa di industri logistik yang menarik minat Anda. Jangan menunda-nunda untuk cari tahu lebih, karena banyak peluang yang menunggu.
Kemudian jaga diri, tahu diri dan agresif. Pointnya; when you know what you are doing and you know what you are talking about, then they will show respect