Cara Beri Dukungan kepada Pejuang Kanker Payudara

19 Oktober 2019 18:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kanker payudara. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker payudara. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Berusaha memberikan dukungan terhadap seorang pejuang kanker payudara tidaklah mudah. Terkadang, kita juga tidak tahu cara memberikan simpati yang tepat, lantaran khawatir bersikap tidak sopan terhadap mereka.
ADVERTISEMENT
Apalagi, ada kemungkinan bahwa kata-kata dukungan yang diberikan justru membebani para pejuang kanker payudara. Seorang penyintas, Fertina Tarasari Yulianti (45 tahun) mengatakan, ia merasa sangat terbantu oleh dukungan yang diberikan oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, ia pernah terbebani dengan dukungan yang diberikan oleh beberapa orang.
"Kan sering, orang bilang, 'Yang kuat, ya. Yang sabar, ya.' Sampai pusing. Kalau sedang lelah, terkadang itu mengganggu. Di saat seperti itu, rasanya enggak mau dengar apa-apa," ujarnya ketika ditemui kumparanWOMAN di kantor organisasi nirlaba kanker payudara, Lovepink di kawasan Jakarta Selatan, Selasa (15/10).
Hal ini tentu membuat sebagian dari kita merasa khawatir. Seperti apa cara memberikan dukungan yang tepat kepada seorang pejuang kanker payudara?
ADVERTISEMENT
Tara de Thouars, psikolog klinis yang membuka praktik di RSJ Sanatorium Dharmawangsa dan Klinik Lighthouse, memulai penjelasannya dengan mendeskripsikan apa yang mungkin dirasakan oleh pejuang kanker payudara.
Ilustrasi perempuan saling memberi dukungan. Foto: Shutterstock
Menurutnya, seseorang yang menghadapi terminal illness atau penyakit berat adalah orang yang rentan terkena depresi. Sebab, mereka seperti merasa tak punya lagi harapan hidup. Otomatis, hal ini membuat mereka lebih banyak menunjukkan emosi kesedihan dan berduka.
"Perasaan ini membuat mereka jadi tertekan, stres, bahkan marah. Kenapa ini harus terjadi ke saya? Salah saya apa? Kenapa saya pantas untuk mendapatkan ini?" ujar Tara saat dihubungi via sambungan telepon pada Jumat (18/10) pagi.
Pemikiran-pemikiran seperti ini tak boleh dibiarkan karena dapat semakin memperparah kondisi kesehatan mereka. Oleh karena itu, umumnya, dokter akan meminta agar pejuang kanker payudara tetap merasa bahagia.
ADVERTISEMENT
Untuk bisa mencapai tujuan ini, diperlukan dukungan dari orang-orang sekitar. Apalagi, terkadang akan sulit bagi para pejuang untuk menarik dirinya sendiri keluar dari keterpurukan.
Ilustrasi perempuan mengobrol dan bercerita. Foto: Shutterstock
"Ibaratnya, orang lagi nyemplung ke dalam jurang. Kalau tidak dibantu diangkat, enggak akan keluar," ujar Tara.
Menurut sang psikolog, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan bila memang ingin memberikan dukungan kepada orang terdekat yang terkena payudara. Pertama, jangan membuat mereka takut atau memiliki kecemasan tambahan. Kedua, jangan menolak untuk bertemu dengan orang yang sedang sakit.
Bila bingung bagaimana seharusnya memberikan respons yang tepat saat sedang mendengarkan cerita mereka, kita bisa memberikan dukungan dengan gestur tubuh. Misal, dengan memberikan pelukan atau dengan menepuk bahu mereka.
Kemudian, kita juga bisa membantu para pejuang dengan bersikap sesuai kapasitas masing-masing. Bila kita adalah pasangan dari pejuang kanker payudara, kita perlu untuk terus menunjukkan rasa cinta kepada mereka. Sementara, bila kita adalah temannya, kita bisa berlaku seperti teman yang baik.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga bisa memperhatikan kata-kata yang sebaiknya tidak diucapkan kepada para pejuang. Misal, dengan tidak meminta mereka untuk terus bersemangat.
"Itu akan membuat mereka tambah kesal, karena mereka (sebenarnya) juga berusaha untuk melakukan hal tersebut. Jadi, kalau orang (lain) juga bilang begitu, mereka akan merasa seakan tidak berusaha," ujar Tara.
Psikolog lulusan Universitas Indonesia ini juga menyarankan agar kita melihat karakter pejuang terlebih dahulu. Bila mereka memiliki karakter yang cenderung pesimis atau mudah asa, lebih baik kita membiarkan mereka meresapi kondisi terlebih dahulu, sambil memastikan bahwa kita tetap ada untuk mereka.
Kemudian, kita juga perlu memastikan sedang berada dalam kondisi mental yang baik saat mendampingi perjuangan mereka. Sebab, kita tidak mungkin untuk membantu orang lain bila kita sendiri tidak stabil, misalnya karena sulit menerima kondisi mereka. Jadi, kita perlu menerima masalah terlebih dahulu, baru membantu pejuang kanker menjalani perawatannya.
ADVERTISEMENT
"Misal mereka (orang-orang terdekat) panik dan menangis, para pejuang juga akan merasa sedih, karena merasa telah membebani orang terdekatnya," tutur Tara.
"Itu akan menambah pikiran buruk pada diri orang sakit. Kecemasan mereka malah bertambah, bukannya berkurang," tegasnya.