Cerita 2 Perempuan Bekerja di Industri Otomotif yang Didominasi Laki-laki

23 April 2021 15:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Otih dan Raden Roro, 2 Perempuan yang Bekerja di Industri Otomotif. Foto: ist.
zoom-in-whitePerbesar
Otih dan Raden Roro, 2 Perempuan yang Bekerja di Industri Otomotif. Foto: ist.
ADVERTISEMENT
Perempuan bisa bekerja di berbagai bidang yang diinginkan, sekalipun bidang tersebut mayoritas digeluti oleh para laki-laki. Hal ini pun dilakukan oleh dua orang perempuan yang mantap menjalani karier di industri otomotif, yang biasanya sering diidentikkan dengan pekerjaan untuk laki-laki.
ADVERTISEMENT
Kedua perempuan ini adalah Otih Setiawati dan Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi. Otih mengemban tanggung jawab di bagian Vehicle Preparation Centre Department di PT Daimler Commercial Vehicles Manufacturing Indonesia. Ia adalah satu-satunya perempuan yang pernah telibat langsung di dalam proses perakitan kendaraan komersial Mercedes-Benz di pabrik Wanaherang.
Sementara itu, Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi adalah seorang Master Driver Bisnis Swakelola TransJakarta. Perempuan yang biasa disapa Roro ini adalah perempuan pertama yang ditempatkan dalam jabatan tertinggi untuk pramudi (pengemudi) TransJakarta. Saat ini, hanya ada 14 orang pramudi yang menyandang gelar Master Driver dan 4 orang di antaranya adalah perempuan, termasuk juga Roro.
Otih Setiawati, perakit kendaraan komersial Mercedes-Benz di pabrik Wanaherang. Foto: Intan Kemala Sari/kumparan
Dalam acara Mercedes Mobility Talk yang digelar secara virtual pada Rabu (21/4), Otih menceritakan bahwa awalnya ia merasa kurang percaya diri dan sulit menempatkan diri saat pertama kali melangkahkan kaki bekerja di industri otomotif. Namun Otih berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan tugasnya karena tak mau dianggap lemah oleh para karyawan lainnya.
ADVERTISEMENT
"Dengan apa yang ditugaskan kepada saya, saya berusaha sekuat tenaga untuk bertanggung jawab atas pekerjaan. Dari situ kepercayaan diri saya muncul, teman-teman lain juga melihat bahwa saya mampu merakit truk dan bus. Saya merasa bisa bekerja sama dengan laki-laki di dunia perakitan otomotif ini dan semakin percaya bahwa saya punya kemampuan yang sama dengan mereka," jelas Otih.
Menurut Otih, isu gender bukanlah menjadi masalah. Baik laki-laki maupun perempuan bisa mendapatkan kesempatan berkarier yang sama asalkan mendapatkan pendidikan dan pengalaman yang sama untuk belajar lebih banyak tentang industri otomotif.
Cerita lain datang dari Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi. Ia awalnya mencoba bekarier di TransJakarta sebagai petugas ticketing. Namun atas usulan mendiang sang putri, Roro memberanikan diri untuk mengikuti tes mengemudi bus dan akhirnya diterima sebagai pramudi TransJakarta meski perlu menunggu enam bulan lamanya untuk bisa diterima sebagai pengemudi.
Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi, Master Driver TransJakarta. Foto: ist.
Perjalanan Roro menjadi pramudi TransJakarta tentu tak selalu berjalan mulus. Tak jarang, ia sering mendapatkan sorotan aneh dari para pengguna TransJakarta yang tampak kaget saat melihat pengemudinya adalah seorang perempuan.
ADVERTISEMENT
"Saya pertanya ditanya 'lho, yang bawa kemudi kok perempuan?', memang nggak boleh perempuan menyupir bus? Apalagi waktu itu yang saya bawa adalah TransJakarta double decker (dua tingkat) untuk city tour," kata Roro dalam acara yang sama.
Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi, Master Driver TransJakarta. Foto: ist.
Menurutnya, tak ada perbedaan signifikan antara pramudi laki-laki dan perempuan. Semuanya mendapatkan porsi kerja yang sama, termasuk mendapatkan kendaraan yang nyaman untuk dikemudikan.
"Di TransJakarta yang saya rasakan tidak ada perbedaan perlakuan untuk pramudi laki-laki dan perempuan. Semuanya dianggap bisa mengemudikan bus dan berhak atas mendapatkan kendaraan yang aman dan nyaman saat digunakan," demikian ujar Roro menutup perbincangan.