Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Saat ini, isu kesetaraan gender tidak lagi menjadi sesuatu yang asing. Sudah banyak komitmen, baik di ranah personal, komunitas hingga global yang dilakukan untuk mendorong terciptanya posisi yang setara bagi laki-laki dan perempuan , termasuk di dunia kerja. Namun ternyata di beberapa sektor, perempuan masih menghadapi hambatan dalam meraih potensinya untuk meningkatkan karier atau menduduki posisi kunci sebagai pemimpin. Misalnya di sektor industri teknologi yang hingga kini masih didominasi oleh laki-laki.
Baru-baru ini Boston Consulting Group (BCG) meluncurkan hasil survei terkait perempuan dan teknologi di Asia Tenggara. Survei ini dilakukan terhadap 1.650 perempuan di enam negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa secara umum persentase keterlibatan perempuan dalam bidang teknologi di kawasan Asia Tenggara sudah cukup baik dan sedikit lebih tinggi dibanding regional lain. Persentase jumlah mahasiswa tamatan bidang teknologi mencapai 35 persen.
Namun angka tersebut terus menurun ketika sampai di angkatan kerja. Dari 35 % tamatan bidang teknologi, hanya 22 persen yang kemudian bekerja di bidang teknologi. Tetapi sayang survei BCG yang diterbitkan dalam artikel berjudul Boosting Women in Technology in Southeast Asia tersebut tidak dapat menunjukkan berapa persentase perempuan yang naik ke posisi manajemen dan level senior di industri teknologi Indonesia.
Sedikitnya jumlah perempuan di industri teknologi patut menjadi perhatian besar karena pentingnya peran perempuan dalam industri ini. Perkembangan teknologi juga mampu memajukan perempuan dalam berbagai hal dan semakin memperkecil gap kesetaraan gender.
Mendorong keberadaan dan pemberdayaan perempuan di bidang bisnis dan teknologi ini menjadi salah satu fokus dari UN Women , organisasi PBB yang bekerja untuk memberdayakan perempuan dan anak-anak perempuan. Khusus untuk sektor bisnis, UN Women dan UN Global Compact memiliki seperangkat panduan bagi dunia usaha untuk mendukung pemberdayaan perempuan yang disebut sebagai Women’s Empowerment Principles (WEPs) atau Prinsip-prinsip Pemberdayaan Perempuan .
Prinsip-prinsip pemberdayaan perempuan yang diluncurkan sejak 2010 tersebut menjadi upaya untuk mendorong perusahaan dan pemimpin perusahaan agar mendukung kesetaraan gender di dunia kerja. Melalui prinsip-prinsip tersebut, UN Women menghimbau perusahaan untuk memposisikan perempuan di level kepemimpinan, memperlakukan karyawan laki-laki dan perempuan dengan setara, menjamin kesehatan, keamanan, dan kesejahteraan semua pekerja, dan memberikan pelatihan pengembangan keterampilan bagi karyawan perempuan.
Saat ini, sudah ada lebih dari 3.000 perusahaan yang menjadi penandatanganan atau signatories WEPs di seluruh dunia. Namun di Indonesia sendiri jumlahnya masih sangat sedikit, sekitar 45 perusahaan. Salah satu dari 45 perusahaan yang sudah menandatangani WEPs Principles adalah Telkomtelstra, perusahaan telekomunikasi gabungan antara PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom Indonesia) dengan Telstra Corporation Limited (Telstra).
Erik Meijer, sebagai Presiden Direktur sekaligus CEO dari Telkomtelstra, juga menjadi salah satu pemimpin laki-laki di Indonesia yang secara terbuka berkomitmen penuh untuk mendukung pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender di perusahaan yang ia pimpin. Erik meyakini bahwa pemberdayaan perempuan sangat penting di dunia usaha dan industri teknologi. Oleh karena itu, ia memutuskan agar Telkomtelstra menjadi peserta penandatangan atau WEPs Signatory pada 2019 lalu.
“Kami menandatangani WEPs ini sebagai pengingat yang membantu kami memenuhi komitmen untuk mewujudkan budaya perusahaan yang peka gender dan mendukung pemberdayaan perempuan,” ungkapnya dalam wawancara dengan kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
Tantangan menghadirkan kesetaraan di perusahaan
Sebagai pemimpin yang mendukung dan menerapkan konsep kesetaraan gender dan keberagaman di perusahaan, Erik Meijer dan timnya memiliki target untuk meningkatkan jumlah pekerja perempuan di Telkomtelstra sehingga bisa setara dengan pekerja laki-laki.
"Di bidang teknologi, kesenjangan gender masih sangat terasa. Kami memiliki target jumlah pekerja perempuan dan laki-laki itu 50-50. Namun kami sangat kesulitan mencapai angka itu," ungkap Erik Meijer. Menurutnya, salah satu faktor yang menyebabkan jumlah perempuan sulit naik di Telkomtelstra adalah karena dunia teknologi atau IT masih cenderung didominasi oleh laki-laki. Sehingga jumlah lulusan perempuan dalam bidang tersebut juga cukup rendah. Selain itu, hal lain yang menjadi tantangan untuk meningkatkan jumlah perempuan di perusahaannya adalah karena adanya pola pikir dan budaya patriarki di Indonesia yang masih melekat.
"Seringkali, pekerja perempuan yang punya karier bagus menghadapi kesulitan karena dipengaruhi pola pikir dan budaya tersebut. Misalnya perempuan yang baru melahirkan atau punya keluarga, seringkali mendapat ekspektasi dari keluarga untuk resign dan fokus mengurus keluarga. Hal ini membuat tangga menuju level atas terputus," jelasnya.
Meski begitu, dengan semua tantangan yang ada, Telkomtelstra kini sudah memiliki banyak kemajuan. Sejak berdiri pada 2015, secara menyeluruh jumlah persentase perempuan di Telkomtelstra sudah mencapai 34 persen. Sedangkan di divisi teknologi sendiri, di 2020 ini angkanya sudah naik menjadi 25 persen. Ini meningkat dari angka 5 tahun lalu yang hanya 16 persen.
Program Telkomtelstra yang mendukung pemberdayaan perempuan
Di sepanjang perjalanan karier selama kurang lebih 30 tahun, Erik merasa banyak sekali dibantu oleh perempuan-perempuan hebat. Oleh karena itu ia ingin terus bisa berkomitmen mendukung pemberdayaan perempuan.
Ayah satu anak ini juga memiliki prinsip bahwa menerapkan keberagaman dan inklusi di perusahaan sangat efektif untuk memajukan bisnis karena keragaman gagasan dari laki-laki dan perempuan membuat pengambilan keputusan perusahaan lebih baik.
"Kalau melihat stereotip, laki-laki katanya lebih piawai dan perempuan lebih hati-hati ketika mengambil keputusan. Lepas dari stereotip ini, menurut saya pengambilan keputusan yang benar itu adalah ketika diambil dari dua sisi. Jadi proses pengambilan keputusan tidak dilihat berdasarkan gender, namun dari orang-orang dengan latar belakang dan pemikiran yang beragam. Itu sangat membantu," jelasnya.
Selain target untuk meraih keuntungan lebih besar, sebagai pemimpin tertinggi di perusahaan, Erik Meijer mengungkapkan keinginan besarnya untuk menyediakan tempat kerja yang ramah perempuan. Salah satunya adalah dengan menerapkan sistem kerja yang sangat fleksibel. Hal ini dilakukan untuk mendukung staf perempuan, terutama mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki anak, supaya tidak lagi merasa kesulitan membagi waktu antara mengurus anak dan bekerja.
"Setelah melakukan identifikasi, kami menemukan bahwa banyaknya perempuan yang keluar kerja setelah melahirkan disebabkan karena mereka merasa tidak bisa membagi waktu antara mengurus keluarga dan bekerja. Sebagai perusahaan teknologi, kami merasa punya tools untuk membantu memfasilitasi seluruh karyawan, baik perempuan atau laki-laki, supaya bisa bekerja secara fleksibel. Jadi kami menerapkan sebuah teknologi untuk karyawan sehingga mereka bisa bekerja dari manapun," jelasnya.
Telkomtelstra juga membuka program diskusi untuk semua pekerja yang membantu mengubah pola pikir supaya tidak lagi melihat perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Program yang bernama Brilliant Connected Women ini juga melibatkan laki-laki, terutama para pemimpin laki-laki, untuk belajar tidak berasumsi sesuai stereotip bahwa perempuan yang berkeluarga tidak bisa fokus kerja. Sehingga nantinya mereka bisa memberikan kesempatan yang sama bagi perempuan untuk maju.
Erik juga mengatakan bahwa Telkomtelstra sudah menerapkan cuti untuk ayah. Sehingga para pekerja laki-laki bisa mengambil cuti atau bekerja dari mana saja selama dua minggu ketika istrinya melahirkan.
"Seperti yang kita tahu, mengurus keluarga itu tugas berdua, bukan sendiri saja. Jadi kami kasih kesempatan bagi pekerja laki-laki untuk membantu istrinya di rumah pasca melahirkan. Itu yang kami lakukan sejak awal supaya bisa mendorong target menghadirkan tempat kerja yang ramah gender," tuturnya.
Pesan Erik Meijer untuk pemimpin lain terkait pemberdayaan perempuan di tempat kerja
Sudah banyak data dan penelitian yang memperlihatkan pentingnya mendorong partisipasi perempuan dalam dunia kerja. Pemikiran ini pulalah yang mendorong Erik Meijer untuk berkomitmen mendukung pemberdayaan perempuan.
"Harus diingat bahwa roda perekonomian Indonesia bisa terdorong karena perempuan, baik di sektor informal maupun formal. Menurut saya secara keseluruhan komitmen Indonesia untuk mendukung pemberdayaan perempuan sudah bagus meski belum mencapai target. Sekarang ini sudah ada kuota kursi untuk perempuan di kursi DPR. Nah yang dilakukan oleh negara ini bisa jadi contoh untuk semua perusahaan," ungkapnya.
Ia pun berpesan bagi pemimpin laki-laki agar tidak lagi mengedepankan stereotip atau stigma yang menyatakan bahwa perempuan tidak akan bisa fokus bekerja jika sudah berkeluarga. Pola pikir seperti ini masih perlu diperbaiki di Indonesia. Hal ini juga berlaku bagi perempuan itu sendiri. Sudah seharusnya mereka tidak takut untuk maju dan berani menghadapi tantangan menuju level yang lebih tinggi.
Selain itu, ia menyarankan agar perusahaan yang sudah merasa mendukung kesetaraan gender sebaiknya segera membuat program atau kegiatan yang berkaitan dengan hal tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar pemimpin atau perusahaan tidak lupa dengan prinsip-prinsip pemberdayaan perempuan yang ingin mereka jalankan.
"Bikin program dan jangan malu meminta bantuan pada institusi atau organisasi yang sudah lebih dulu menjalankan prinsip pemberdayaan perempuan. Seperti Telkomtelstra, kami menandatangani WEPs ini sebagai pengingat dan membantu memenuhi komitmen kami. Jika sudah dilakukan, jalankan dengan sungguh-sungguh. Jangan hanya dijadikan sebagai bahan public relations yang baik, karena menjalankan bisnis dengan kesetaraan gender ini bukan hanya hal yang baik untuk dilakukan tapi berdampak baik untuk perusahaan kita sendiri," ujarnya tegas.
Apresiasi untuk perusahaan yang dukung pemberdayaan perempuan
Untuk mengapresiasi perusahaan seperti Telkomtelstra dan pemimpin seperti Erik Meijer, pada 2020 ini UN Women sebagai inisiator dari 7 Prinsip Pemberdayaan Perempuan, menyelenggarakan ajang penghargaan bernama The UN Women 2020 Asia-Pacific WEPs Awards (WEPs Awards).
Penghargaan ini adalah inisiatif penghargaan pertama di Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia, yang memberikan apresiasi bagi dunia usaha, meliputi UMKM dan perusahaan dari berbagai ukuran dan sektor, atas kontribusinya dalam isu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender.
Melalui WEPs Awards, UN Women menganugerahkan penghargaan kepada perusahaan dalam enam kategori terkait pemberdayaan perempuan di dunia kerja yaitu: Komitmen Kepemimpinan, Komitmen Kepemimpinan Muda, Tempat Kerja yang Inklusif Gender, Tempat Usaha yang Responsif Gender, Pelibatan Komunitas & Industri, dan Respons terhadap COVID-19 yang sensitif gender.
Puncak acara gelaran WEPs Awards ini berlangsung dalam dua fase. Pertama WEPs Awards level nasional pada 18 November 2020 secara virtual, dan kedua diselenggarakan pada 15 Desember 2020.
“Di Indonesia, penghargaan ini dibagi dalam dua fase. Fase pertama adalah WEPs Awards level nasional, di mana kami akan memilih pemenang di level negara pada tanggal 18 November. Kemudian, pemenang dari Indonesia akan otomatis masuk untuk seleksi di level regional, dan hasilnya akan diumumkan pada acara puncak penghargaan di tanggal 15 Desember,” papar Country Programme Manager, WeEmpowerAsia, UN Women Indonesia, Iriantoni Almuna, kepada kumparanWOMAN.
Pada 18 November lalu, WEPs Awards fase satu atau fase nasional sudah berhasil diselenggarakan. Beberapa sosok yang menjadi pemenang diantaranya Vania Santoso, Co-Founder heySTARTIC pada kategori Youth Leadership Commitment. Kemudian ada pula kategori Leadership Commitment yang dimenangkan oleh CEO PT Blue Bird, Noni Purnomo. Sedangkan untuk kategori perusahaan yang mendukung inklusif gender atau Gender-Inclusive Workplace dimenangkan oleh Telkomtelstra. Selain itu, Telkomtelstra juga memenangkan juara ketiga kategori Community & Industry Engagement.
Penghargaan ini diharapkan juga dapat mendorong lebih banyak perusahaan untuk menerapkan WEPs atau 7 Prinsip Pemberdayaan Perempuan, begitupun bagi pengusaha dan pemimpin perempuan.
Tertarik untuk tahu lebih lengkap mengenai WEPs? Kunjungi website https://www.weps.org/about untuk mempelajari selengkapnya.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan UN Women