news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Eswatini, Kerajaan Afrika yang Perbolehkan Rajanya Punya hingga Puluhan Istri

4 April 2020 22:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Raja Mswati III dari Eswatini bersama istrinya. Foto: AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
zoom-in-whitePerbesar
Raja Mswati III dari Eswatini bersama istrinya. Foto: AFP/BRENDAN SMIALOWSKI
ADVERTISEMENT
Sebelum ajaran agama Kristen masuk ke benua Afrika, poligami adalah hal yang diterima luas di benua tersebut. Banyak rakyatnya yang menerapkan poligini (suami banyak istri) maupun poliandri (istri banyak suami) dan memiliki banyak pasangan sekaligus.
ADVERTISEMENT
Kini, hal itu telah berubah. Ajaran Kristen yang dominan di benua ini melarang seseorang memiliki lebih dari satu pasangan dan sudah ada lebih banyak orang yang mengikutinya.
Namun, salah satu kerajaan yang tersisa di Afrika, Eswatini, masih menerapkan sistem poligami. Bahkan, raja yang memimpin mereka sekarang, Raja Mswati III, diketahui memiliki 14 orang istri, dengan 24 orang anak.
Raja Eswatini, Raja Mswati III. Foto: AFP/PABALLO THEKISO
Kerajaan Eswatini adalah sebuah negara kecil yang terletak di Afrika Selatan, berdekatan dengan negara Mozambique. Dulunya, negara yang baru merdeka pada 1968 ini dikenal dengan nama Swaziland, sebelum berganti nama menjadi Kerajaan Eswatini di tahun 2018. Sejak dulu, mereka selalu dipimpin oleh seorang raja yang mengatur kepengurusan negara, walau sedang berada di bawah penjajahan Inggris sekalipun.
Eswatini. Foto: Wikipedia
Hingga saat ini, Kerajaan Eswatini masih terus menganut sistem poligami. Sebenarnya, ada dua hukum pernikahan di negara tersebut. Dalam keterangan yang dipublikasikan oleh Refworld, bagian dari organisasi UNHCR, dijelaskan bahwa negara ini menganut hukum sipil yang didasarkan kepada hukum Roma-Belanda, juga hukum tradisional Swazi yang tidak tertulis.
ADVERTISEMENT
Bila mengikuti hukum sipil, seorang pria sebenarnya hanya boleh memiliki satu orang istri saja. Kerajaan Eswatini juga tidak mengakui pernikahan non-sipil, termasuk pernikahan berdasarkan hukum Islam. Selain itu, poligami seharusnya juga semakin sulit dilakukan oleh masyarakat biasa, karena banyaknya mahar ternak yang harus diserahkan. Sementara, rakyat di negara itu tergolong miskin, dengan biaya hidup kurang dari 1 dolar AS per hari.
Akan tetapi, pada praktiknya, masih ada banyak laki-laki yang mempraktikkan poligami di negara dengan tingkat prevalensi HIV/AIDS tertinggi di dunia tersebut (27,3 persen pada orang dewasa). Poligami juga tidak dipraktikkan oleh kalangan biasa saja, melainkan oleh keluarga kerajaan.
Pemimpin Eswatini, Raja Mswati III, diketahui memiliki 14 istri dan 25 orang anak. Jumlah ini masih berada di bawah ayahnya, Sobhuza II, yang memimpin Kerajaan Eswatini hingga 82 tahun. Sobhuza II disebut memiliki setidaknya 70 orang istri, 210 anak, dan 1.000 orang cucu. Face2Face Africa mengklaim, saat ini, klan Sobhuza II, yaitu klan Damini, terhitung mencapai 25 persen dari total populasi Eswatini.
Raja Sobhuza II dari Eswatini. Foto: Getty Images/Birkett/Keystone
Dalam laporannya, Face2Face Africa menjelaskan bahwa setiap tahunnya, Raja Mswati III diamanatkan untuk memilih seorang istri baru dari upacara tarian Umhlanga. Acara ini dihadiri oleh para gadis dan perempuan dewasa yang belum menikah dan belum mempunyai anak. Di tahun 2017, Mswati III menikahi Siphele Mashwama, seorang perempuan berusia 19 tahun, setelah menghadiri Umhlanga yang diikuti oleh sekitar 40.000 orang perempuan.
ADVERTISEMENT
Bila menimbang bahwa Mswati III naik takhta di tahun 1986, seharusnya, saat ini sang raja sudah sudah memiliki 34 istri. Namun, walau tidak diketahui alasan jelasnya, sejauh ini raja berusia 51 tahun itu baru memiliki 14 orang istri.
Raja Mswati III dari Swaziland dalam Uhmlanga pada 2015 di Lobamba, Swaziland. Foto: AFP/GIANLUIGI GUERCIA
Meski praktik poligami umum dilakukan di kerajaan tersebut, hal ini bukannya tidak mendapatkan kritik. Khususnya, di era pemerintahan Raja Mswati III yang suka hidup mewah, meski rakyatnya menderita.
Pada 2014, The Guardian melaporkan bahwa Mswati III menaikkan biaya kehidupan rumah tangganya menjadi 61 miliar dolar AS per tahun. Padahal, rakyat di kerajaan tersebut hidup dengan biaya kurang dari satu dolar per hari.
Raja Eswatini, Raja Mswati III. Foto: AFP/ANNA ZIEMINSKI
Selain itu, di tahun 2019, Raja Mswati III mendapat kritikan karena menghabiskan hingga sekitar 13 juta pound sterling (sekitar Rp 265 miliar) untuk membelikan mobil bagi semua istrinya. Hal ini pun mengundang kritik dari berbagai pihak, termasuk dari netizen yang mengetahui kabar tersebut.
ADVERTISEMENT
Tak berhenti di situ, tradisi poligami di Eswatini juga pernah menjadi sorotan internasional karena beberapa hal. Menurut laporan news.com.au, di tahun 2013, Raja Mswati III menarik perhatian setelah Tintswalo Ngobeni, seorang perempuan yang saat itu berusia 22 tahun, melarikan diri untuk mencari suaka ke Inggris karena 'takut' dengan ajakan pernikahan dari sang Raja.
Sebelumnya, di tahun 2002, Amnesty International juga menuduh Mswati III telah melanggar HAM setelah Zena Mahlangu, seorang perempuan berusia 18 tahun, hilang dari sekolahnya dan disebut dipaksa menikah. Mswati III dan Mahlangu menikah secara resmi di 2010.
Bagaimana menurut Anda, Ladies?
-------
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran virus Corona. Yuk, bantu donasi sekarang!
ADVERTISEMENT