Fear of Better Options: Saat Anda Terlalu Takut Memilih & Berkomitmen

4 Desember 2019 18:30 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebagian dari kita mungkin merasa kesulitan dalam mengambil keputusan dan berkomitmen hingga akhir. Sebab, bisa jadi kita merasa memiliki begitu banyak opsi dan merasa khawatir tidak dapat menjatuhkan pilihan pada opsi yang terbaik.
ADVERTISEMENT
Bila merasa demikian, bisa jadi kita sedang mengalami apa yang disebut dengan fear of better options atau fobo. Istilah ini ditemukan oleh Patrick McGinnis, seorang venture capitalist asal Amerika Serikat yang sebelumnya juga membuat istilah bernama fear of missing out (fomo) dan menjadi populer. Fear of missing out sendiri digunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang khawatir akan ketinggalan dibandingkan dari orang lain, baik itu dari segi karier, percintaan, pendidikan, maupun bagian hidup lainnya.
Sedangkan istilah fobo digunakan untuk menggambarkan orang yang merasa kewalahan karena berbagai kemungkinan yang bisa terjadi, baik mengenai hal yang remeh hingga hal yang penting. Padahal, tak ada jaminan yang pasti mengenai konsekuensi dari pilihan itu.
Ilustrasi perempuan tak bahagia dalam hubungan. Foto: Shutterstock
Namun, karena rasa takut ini, seseorang mungkin akan enggan membuat komitmen. Atau, mereka terlihat seperti akan membuat keputusan, namun membatalkannya.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan The Guardian, McGinnis berpendapat bahwa baik fobo sebenarnya bukanlah gejala baru. Ia menganggap bahwa sejak dulu, manusia memiliki sifat alamiah untuk selalu menginginkan yang terbaik.
"Jutaan tahun lalu, leluhur kita diprogram untuk menunggu, karena ketika itu, mereka akan lebih mungkin untuk sukses bila melakukannya,’ ujar McGinnis.
Namun, di masa sekarang, akan ada semakin banyak orang yang merasakan fomo maupun fobo. Apalagi, karena mudah bagi kita untuk menemukan pembanding di media sosial.
Perkembangan teknologi dan internet membuat kita menyadari bahwa ada alternatif cara hidup selain yang kita jalani, membuat kita mungkin merasakan fomo. Selain itu, kita juga mengetahui bahwa di luar sana ada lebih banyak pilihan yang bisa diambil, membuat kita merasakan fobo.
Ilustrasi perempuan kesulitan memilih. Foto: Shutterstock
Akan tetapi, menarik juga untuk mengetahui bahwa sebenarnya fobo digambarkan sebagai penderitaan yang muncul karena kemewahan yang dimiliki. Karena, untuk bisa merasakan fobo, kita harus memiliki berbagai pilihan terlebih dahulu. Sementara, tidak semua orang benar-benar memiliki kemewahan berupa pilihan.
ADVERTISEMENT
“Jadi, semakin kaya dan semakin kuat Anda, semakin banyak pula pilihan yang Anda miliki,” tuturnya.
Lebih jauh, McGinnis berpendapat bahwa sebenarnya, orang yang mengalami fobo sebenarnya takut melepaskan pilihan. Sebab, bila kita ingin mendapatkan sesuatu dari berbagai pilihan yang ada, tentu kita harus melepas sebagian besar pilihan yang lain. Karena rasa takut ini, seseorang jadi kesulitan memilih dan membuang-buang waktu mereka.
Bila kita terlanjur merasa seperti ini, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa fobo. Pertama, kita disarankan untuk menyadari apa yang sedang terjadi--yaitu mengkhawatirkan hal yang bisa jadi tidak terlalu penting. Hal ini diperlukan untuk menyadarkan bahwa kita mungkin tengah menghabiskan waktu dan energi untuk hal yang belum tentu benar-benar signifikan dalam hidup.
Ilustrasi perempuan berpikir. Foto: Shutterstock
Kemudian, dalam laporan The Sydney Morning Herald, McGinnis menyarankan agar kita menganalisis pilihan yang ada dan mengeliminasi hal yang dirasa tidak diperlukan. Ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko menghabiskan waktu di antara pilihan yang sama secara berulang-ulang.
ADVERTISEMENT
Terakhir, kita disarankan untuk belajar membuat pilihan dan menjalani komitmen. Sebab, sebaik apapun kita membuat rencana, hidup selalu bisa membawa kita kepada hal-hal yang tak terduga.
“Anda mungkin menginginkan yang terbaik, tapi siapapun yang sudah hidup cukup lama akan paham bahwa Anda tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi. Buatlah keputusan sebaik mungkin dan sadari bahwa masa depan akan terjadi dengan sendirinya," tegas McGinnis.