Glass Ceiling, Fenomena Ketimpangan Gender yang Sering Terjadi di Tempat Kerja

3 Maret 2021 8:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tempat kerja. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tempat kerja. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pekerjaan, laki-laki seringkali memiliki peran yang cukup penting dibandingkan perempuan pada umumnya. Salah satu penyebabnya karena terdapat stereotip di lingkungan sekitar yang beranggapan bahwa perempuan tidak kompeten seperti laki-laki.
ADVERTISEMENT
Kebanyakan perempuan dinilai selalu bertindak menggunakan perasaan, sehingga hal ini membuat ia sulit berkarier karena terlihat lemah dan tidak berdaya. Akibatnya, laki-laki masih dianggap cocok menjalani peran utama untuk memimpin suatu perusahaan karena memiliki pemikiran yang dianggap lebih logis.
Ladies, tahukah kamu bahwa fenomena ini dikenal dengan glass ceiling? Ya, istilah ini mengacu kepada suatu kondisi di mana perempuan sulit mendapatkan pencapaian dalam pekerjaan di tempat kerjanya. Seringkali fenomena ini disebut dengan ketimpangan gender dalam dunia pekerjaan, maka tak heran banyak perempuan yang selalu ingin berkompetisi dengan laki-laki untuk membuktikan stereotip yang ada di lingkungan itu tidak selalu benar.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang istilah dari glass ceiling ini, berikut kumparanWOMAN telah merangkum informasi selengkapnya.
ADVERTISEMENT

Istilah glass ceiling muncul pada tahun 1978

Ilustrasi bekerja di hari Senin. Foto: Shutter Stock
Mengutip Personal Today, istilah glass ceiling muncul pada tahun 1978 yang dicetuskan oleh Marilyn Loden ketika merayakan Hari Perempuan Internasional. Marilyn Loden sendiri merupakan konsultan manajemen sekaligus penulis dari beberapa buku ternama yang mengangkat isu perempuan seperti 'Feminine Leadership, Or, How to Succeed in Business Without Being One of the Boys'.
"Glass ceiling berfokus pada citra perempuan di lingkungan sekitar yang membuat terhambatnya potensi mereka untuk maju ke depan," jelas Marilyn.
Bila diperjelas kembali, glass ceiling adalah fenomena yang gunakan untuk menggambarkan hambatan yang dihadapi oleh perempuan saat ingin mencoba meraih peran yang lebih tinggi di tempat kerjanya.
Seiring berjalannya waktu, istilah glass ceiling ini sudah banyak dimodifikasi namun tetap memiliki arti yang sama. Misalnya saja istilah brass ceiling yang memiliki arti sebagai hambatan untuk polisi wanita atau untuk berkarier di ranah yang didominasi oleh kaum lelaki.
ADVERTISEMENT
Selain glass ceiling, ada juga istilah glass escalator. Yakni, sebuah istilah yang mengacu pada pria dengan tujuan memanfaatkan bidang pekerjaan perempuan untuk mempercepat posisi ataupun jabatan ke arah yang lebih tinggi. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh Christine L. Williams, seorang Profesor of Liberal Arts at University of Texas, pada tahun 1992.

Perempuan seolah diharuskan untuk memilih karier atau keluarga

Ilustrasi ibu bekerja yang pusing mengatur keuangan Foto: Shutterstock
Tentu kita semua tahu, fenomena dari glass ceiling ini akan sangat berdampak pada perempuan dalam segi karier maupun mental. Pasalnya, tak sedikit perempuan yang jadi meragukan kemampuannya karena merasa tidak diberi kesempatan untuk berkembang meraih peran yang lebih besar dibandingkan laki-laki.
Menurut Everyday Health, stereotip yang beranggapan bahwa perempuan merupakan makhluk hidup tidak disiplin semakin nyata terlihat. Ada beberapa momen yang membuat perempuan perlu waktu untuk tidak bekerja seperti cuti hamil atau bahkan memilih mengurus keluarganya dibandingkan bekerja. Hal itulah yang membuat beberapa perusahaan menganggap perempuan kurang disiplin dan tidak kompeten seperti laki-laki.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya perempuan harus berakhir untuk memilih melanjutkan kariernya atau keluarga. Dengan adanya pilihan tersebut, perempuan seolah-olah dibuat untuk tidak boleh melaksanakan kedua peran sebagai seorang ibu rumah tangga sekaligus pekerja.

Cara mengatasi fenomena glass ceiling

Ilustrasi ibu hamil bekerja. Foto: Shutterstock
Meski dapat dikatakan sebagai hambatan untuk perempuan, glass ceiling ini juga bisa diatasi dengan berbagai cara. Salah satu cara yang efektif dapat kamu ikuti adalah menunjukkan kinerjamu selama bekerja.
Menurut Katie Burke, seorang penulis sekaligus pendiri dari salah satu platform media Hubpost, perempuan cenderung sulit menunjukkan hasil kerjanya karena merasa kurang percaya diri. Namun hal ini justru menjadi penghambat untuk menunjukkan bahwa perempuan dapat bersaing dengan laki-laki dalam bidang kerja sekalipun.
Tak hanya itu, menunjukkan kinerja kamu selama ini juga memberikan manfaat untuk mendapatkan penilaian dari atasan sekaligus menjadi bukti. Dengan begitu, atasanmu juga akan memberikan kepercayaan kepada kamu untuk memiliki peran penting dalam perusahaannya.
ADVERTISEMENT
Bagaimana menurut kamu, Ladies?
Penulis: Johanna Aprillia