IFI & Kedubes Prancis Bicara Perempuan dan Teknologi di Webinar Women in Tech

21 Mei 2021 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
IFI & Kedubes Prancis Bicara Perempuan dan Teknologi di Webinar Women in Tech. Foto: IFI Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
IFI & Kedubes Prancis Bicara Perempuan dan Teknologi di Webinar Women in Tech. Foto: IFI Indonesia
ADVERTISEMENT
Keberadaan perempuan di industri teknologi masih terbilang sedikit dibandingkan dengan laki-laki. Hal itu disebabkan karena stereotip yang terus-menerus ada di kalangan masyarakat terkait industri teknologi ini.
ADVERTISEMENT
Bahkan, bagi perempuan yang sudah berkarier di industri teknologi ini, masih ada beberapa tantangan ataupun masalah yang perlu dilewati. Atas dasar fakta tersebut, Kedutaan Besar Prancis dan Institut Français Indonesia (IFI) menyelenggarakan webinar 'Women in Tech Shaping the Future of Indonesia' pada Kamis (20/5). Webinar ini bertujuan untuk membantu mengatasi permasalahan perempuan yang ingin atau sudah berkarier di dunia industri teknologi dan digital.
Stephane Dovert, Direktur Institute Francais Indonesia. Foto: kumparan
Acara ini dibuka oleh Stephane Dovert, Direktur Institute Francais Indonesia. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan soal pentingnya kesetaraan gender di berbagai bidang termasuk dalam dunia teknologi. "Kesetaraan gender adalah suatu tantangan yang dikeluhkan orang banyak orang dan perlu kita hadapi untuk menghilangkannya," ungkap Stephane Dovert.
Acara ini juga dihadiri oleh para perempuan hebat yang sukses menjalani kariernya di bidang teknologi digital. Di antaranya adalah Leonika Sari Njoto Boediotomo (CEO Redblood); Fransiska Putri Wina Hadiwidjaja ( Co-Founder dan CTO WomenWorks); Marie-Anne Pinet (French Tech Representative untuk ASEAN); LLIA, Co-Managing Director Girls in Tech Indonesia; dan Larasati Nugroho, penerima beasiswa Girls in Tech. Selain membahas pengalaman, mereka juga membahas tantangan sebagai perempuan di industri teknologi.
Leonika Sari Njoto Boediotomo, CEO Redblood. Foto: kumparan
"Tidak semua orang tahu bagaimana perjalanan saya sebelum mencapai kesuksesan Reblood di tahun 2018. Ada banyak tantangan yang perlu saya hadapi. Misalnya di tahun 2014, tidak semua orang tahu apa itu start up. Dan itu sangat membingungkan terlebih ketika membagikan ide yang saya miliki," cerita Leonika Sari Njoto Boeditomo mengenai masa masa sulitnya saat awal membangun Reblood.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, menurut Irsalina Suprapto, Senior Quality Asurance Engineer Paper ID yang juga hadir ada webinar tersebut, ada lima tantangan yang biasanya dihadapi oleh perempuan ketika berkarier di dunia teknologi.
"Kurangnya gambaran atau role model perempuan yang bekerja di dunia teknologi juga menjadi penyebab ketidakpercayaan diri," tambahnya kembali.
Selain para perempuan role model di bidang teknologi, webinar ini juga dihadiri oleh dua pria yang tak hanya bekerja di bidang teknologi, tapi juga peduli dengan isu perempuan di sektor ini. Mereka adalah David Soukhasing, Managing Director dari Angin dan Sonny Sudaryana, Koordinator Startup Digital Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.
Ilustrasi perempuan bekerja di industri teknologi. Foto: Shutterstock
Dalam acara ini, Sonny Sudaryana menjelaskan mengenai fokus pemerintah dalam membangun infrastruktur yang memadai dalam dunia teknologi sehingga perempuan juga bisa lebih terlibat.
ADVERTISEMENT
"Semua orang akan terhubung satu sama lain di seluruh dunia. Dan Indonesia sendiri memiliki kesempatan untuk meningkatkan basic dalam digital skill, seperti bagaimana menggunakan ponsel, bagaimana cara menjual barang di e-commerce bagi UMKM. Puncaknya ada di Intermediate Digital Skill dengan membuka Digital Talent Scholarship dan Gerakan Nasional 1000 Startup. Ini bisa jadi peluang bagi perempuan untuk terjun ke dunia digital," jelas Sonny.
Acara yang dihadiri oleh sekitar 40 peserta ini juga fokus menyoroti pentingnya peran perempuan dalam pertumbuhan pesat sektor digital, serta meningkatkan kerja sama dan obrolan dari berbagai pihak; seperti pengusaha, perusahaan besar, otoritas publik, aktivis, dan organisasi internasional. Harapannya, perempuan muda bisa lebih berani dan banyak terlibat dalam industri teknologi.
ADVERTISEMENT
Penulis: Johanna Aprilia