Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ingin Pensiun dengan Tenang? Ini 4 Cara Atur Keuangan dari Financial Planner
6 Agustus 2022 10:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, impian tersebut tidak sulit dicapai kalau kita bisa berkomitmen mengatur keuangan dengan tepat sejak usia muda. Menurut Financial Planner Annisa Steviani, dana pensiun adalah hal terpenting yang harus kita pikirkan.
"Uang pensiun adalah tujuan keuangan pertama yang seharusnya dipikirkan oleh semua orang... Supaya nantinya kita bisa mandiri di masa depan tanpa bergantung dengan orang lain," ungkap Annisa saat menjadi pembicara dalam workshop 360 Ladies kumparanWOMAN beberapa waktu lalu.
Oleh karena itu, Annisa pun berbagi tips mengatur keuangan agar kita semua bisa perlahan-lahan menyiapkan dana pensiun. Tujuannya tentu agar di usia tua kita tidak lagi galau dan pusing memikirkan keuangan.
ADVERTISEMENT
1. Bisa menahan diri agar tidak impulsif
Di usia 20-an, mungkin kita merasa masih muda dan tidak terlalu pusing memikirkan keuangan. Sehingga keinginan impulsif masih akan sering bermunculan.
Padahal usia muda adalah momen yang tepat untuk melatih diri agar tidak terbiasa impulsif dan membeli sesuatu yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Oleh karena itu, Annisa menyarankan agar kita bisa menahan diri sehingga di usia yang lebih tua nanti bisa menentukan prioritas keuangan.
"Jadi kalau merasa ada keinginan untuk ganti HP baru padahal tidak rusak, sebaiknya tidak perlu karena uangnya bisa dipakai untuk kebutuhan lain. Karena segala kebutuhan pokok tidak akan berhenti begitu saja, kita tetap harus bayar tagihan dan lain-lain," ungkap Annisa.
ADVERTISEMENT
2. Tidak bergantung pada tawaran cicilan
Masa-masa awal bekerja menjadi yang paling menantang. Sebab biasanya keuangan belum stabil, sehingga kita bisa mudah tergoda dengan cicilan.
Ini biasanya banyak terjadi pada kita yang baru memasuki dunia kerja atau fresh graduate. Tapi yang lebih senior juga tidak sedikit yang kurang bisa menahan godaan cicilan atau paylater.
"Memang banyak godaan-godaan mau menggunakan paylater atau cicilan 0%. Tidak apa-apa, semua orang pernah ada di fase itu, tapi pelan-pelan kita harus berusaha. Mau sampai kapan bergantung dengan uang orang lain? Jadi jangan sampai seumur hidup kita bergantung dengan uang-uang yang bukan punya kita," jelasnya.
Oleh karena itu, Annisa menyarankan agar kita bisa menahan diri. Hal yang perlu sangat ditekankan adalah kalau tidak punya uang, berarti tidak usah membeli.
ADVERTISEMENT
3. Memiliki dana darurat
Menurut Annisa Steviani, dana darurat itu lebih penting dari tabungan. Sebab dana ini yang akan menolong kita kalau tiba-tiba terjadi hal buruk, termasuk membantu menghindari utang.
"Jadi kalau ditanya mana yang lebih duluan, dana darurat itu selalu nomor satu karena itulah pelindung pertama kita untuk menghindari utang," jelasnya.
Lalu bagaimana caranya supaya kita bisa memiliki dana darurat? Dana darurat paling cepat dikumpulkan dari 'uang kaget', seperti THR, uang bonus dari kantor, atau uang yang tiba-tiba terkumpul.
Idealnya berapa persen kita harus menyisihkan pemasukan untuk dana darurat? Setidaknya, untuk dana darurat diperlukan nominal sebesar pengeluaran kamu tiap bulan.
Misalnya pengeluaran kamu tiap bulan Rp 1 juta, maka uang yang harus kamu anggarkan untuk dana darurat juga harus Rp 1 juta. Harapannya, kalau nanti kamu tiba-tiba kehilangan pekerjaan, setidaknya uang dana darurat ini bisa digunakan untuk makan, membayar listrik, dan kebutuhan pokok lainnya.
ADVERTISEMENT
4. Mulai menyiapkan aset
Tips dari Annisa selanjutnya agar pensiun bisa lebih tenang yaitu dengan menetapkan aset apa yang ingin dibangun untuk masa depan. Misalnya membeli ruko atau kios-kios di wilayah yang ramai, hingga berbisnis. Membuat usaha atau bisnis juga merupakan asset building.
Pengumpulan aset ini bisa dilakukan saat kamu sudah memasuki usia 40 tahun, atau kalau bisa sejak usia 20-an lebih baik. "Di usia 40 tahun, kamu bisa pelan-pelan mengumpulkan aset. Kamu sudah bisa memulai mengumpulkan uang untuk beli kontrakan atau aset impian lainnya," pungkas Annisa.
Harapannya, saat sudah pensiun nanti bisnis tersebut akan berjalan dengan sendirinya. Aset itu tidak harus berupa tanah atau properti saja. Tapi bisa juga hal-hal lain seperti bisnis atau usaha yang akan menguntungkan kamu di masa depan.
ADVERTISEMENT