Inspiring Hijabers: Rani Purwitasari, Decision Analyst Chevron

16 Mei 2019 16:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
IDD Decision Analyst Chevron, Rani Purwitasari. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
IDD Decision Analyst Chevron, Rani Purwitasari. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Di era modern saat ini, posisi engineer sudah tidak lagi didominasi oleh laki-laki. Sudah banyak perempuan yang dapat membuktikan kiprahnya dalam bidang tersebut. Salah satunya adalah Rani Purwitasari.
ADVERTISEMENT
Saat ini Rani menjabat sebagai Decision Analyst di PT Chevron Pacific Indonesia untuk proyek Ultra Laut Dalam Republik Indonesia atau Indonesia Deepwater Development (IDD). Proyek produksi gas alam ini merupakan salah satu proyek terbesar yang digarap oleh Chevron untuk Indonesia saat ini. IDD ini ditargetkan akan mulai berproduksi ada kuartal pertama 2024.
Dalam proyek tersebut, Rani memiliki peran penting untuk menganalisa data dari segi ekonomi. Ia juga bertugas untuk membantu pihak manajemen dalam mengambil keputusan dari kacamata ekonomi apakah proyek tersebut layak dilanjutkan atau tidak.
Beberapa waktu lalu kumparanWOMAN berbincang singkat bersama Rani mengenai berbagai hal. Mulai dari peran Rani dalam proyek Ultra Laut Dalam RI, perjalanan kariernya di industri migas hingga bentuk dukungan dari keluarga untuk kariernya. Simak perbincangan kami bersama Rani Purwitasari berikut ini.
ADVERTISEMENT
Di Chevron Rani menduduki posisi sebagai IDD Decision Analyst. Boleh dijelaskan tentang posisi Anda tersebut, dan apa tugas dan peran Anda.
Di Chevron posisi saya disebutnya Decision Analyst, tapi kalau di perusahaan lain namanya Planning Specialist atau Petroleum Economist. Peran saya adalah membantu tim manajemen membuat keputusan dalam mengerjakan suatu proyek yang mengharuskan kami membangun sebuah model keekonomian sesuai dengan aturan regulasi perusahaan dan disesuaikan dengan proyek yang sedang dikerjakan. Tujuannya adalah supaya tahu apakah proyek yang dijalankan tersebut cukup ekonomis untuk dilanjutkan atau tidak.
Saya membantu membuat keputusan apakah proyek ini cukup ekonomis dan mencari tahu juga apakah proyek yang dijalankan memberi dampak yang positif bagi perusahaan. Kalau ternyata hasil analisanya menyatakan tidak layak, maka harus diputuskan bahwa proyek yang dikerjakan tidak akan menghasilkan apapun.
IDD Decision Analyst Chevron, Rani Purwitasari. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Saat ini proyek apa yang sedang dikerjakan? Boleh dijelaskan secara singkat?
ADVERTISEMENT
Sekarang sedang mengerjakan plan Indonesia Deepwater Development (IDD), atau yang lebih dikenal dengan proyek Ultra Laut Dalam Republik Indonesia. Jadi proyek migas (minyak dan gas) ini menjadi salah satu proyek strategis nasional dan cukup besar karena investasinya mencapai Rp 6 miliaran. Dan kalau proyek ini berhasil, dampaknya cukup besar untuk Indonesia dan kepada masyarakat secara umum.
Apakah dari dulu memang sudah tertarik untuk berkarier di bidang migas?
Saya adalah lulusan teknik kimia dan sebenarnya jurusan ini bisa masuk ke semua bidang. Tapi kalau ditanya apakah dulu kepikiran untuk terjun ke dunia migas, sama sekali tidak. Karena dulu sempat ingin bekerja di bidang manufaktur. Tapi memang kesempatan yang ada waktu lulus kuliah adalah ke dunia migas. Dan ternyata pekerjaannya sangat menarik meskipun apa yang saya kerjakan tidak ada hubungannya dengan teknik kimia karena ini murni sebagai Decision Analyst. Tugasnya lebih ke finansial atau economic specialist.
ADVERTISEMENT
Menarik sekali. Jurusan teknik biasanya sangat identik dengan laki-laki. Ketika memilih jurusan ini apakah ada tentangan dari lingkungan terdekat?
Kebetulan orang tua saya membebaskan anak-anaknya untuk memilih jalannya sendiri. Mereka mendukung semua keputusan yang saya ambil. Jadi pilihan untuk kuliah di teknik dan bekerja di migas ini sama sekali tidak mendapat tentangan dari mereka.
Apa tantangan terbesar pekerjaan saat ini?
Dalam membangun suatu model keekonomian, kita tidak bisa sembarangan. Tapi kita harus tahu dasar dari modelnya seperti apa dari masing-masing tim. Setelah itu, kami akan berusaha untuk menginterpretasikan input yang mereka miliki itu ke dalam bentuk keekonomian. Proses engagement seperti itu yang membutuhkan banyak kesabaran dan pengulangan. Karena komunikasi sekali saja tidak cukup. Kemudian dalam menganalisa input itu sendiri juga sangat menantang. Kami harus bisa menerjemahkan hasil analisa ekonomi ke dalam sebuah narasi agar bisa disampaikan kepada manajemen dan tim terkait.
ADVERTISEMENT
Tugas Rani adalah membantu manajemen dalam mengambil keputusan. Pernahkan mengalami keraguan dalam proses memberikan saran terhadap para decision maker?
Tentu pernah. Kalau sudah begitu saya akan banyak bertanya pada senior yang sudah pernah bekerja di bidang tersebut dan memperbanyak latihan. Dengan begitu nanti kita akan tahu banyak insight. Kira-kira dengan hasil analisa yang ada, input dan output seperti apa yang akan diberikan, baru kemudian disesuaikan dengan ketentuan perusahaan.
Bekerja di divisi yang cukup krusial tentu banyak sekali tekanan yang dihadapi. Pernahkah Anda mengalaminya? Jika pernah, bagaimana cara mengatasinya?
Tekanan biasanya datang dari luar karena kami bekerja dengan berbagai macam divisi. Tugas kami memang harus bisa mengatur agar tidak ada banyak risiko yang perlu dihadapi saat mengerjakan suatu proyek. Dan untuk melakukan itu dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, tapi karena semua sudah terjadwal, jadi ada deadline yang harus dipenuhi. Nah, di sana biasanya tekanan akan muncul. Jika sudah begitu, yang dibutuhkan adalah kejujuran. Bicara terus terang bahwa ada masalah sehingga saya dan tim membutuhkan waktu lebih dalam menganalisa.
IDD Decision Analyst Chevron, Rani Purwitasari. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sebagai seorang analyst, bagaimana pola pikir menganalisa sesuatu dalam bekerja mempengaruhi pola pikir Anda sehari-hari? Terutama dalam kehidupan pribadi.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa kasus, ya, profesi saya ini cukup bisa mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Ada salah satu proses, namanya proses framing. Di mana kita harus tahu framing atau tujuan kita apa sebelum akhirnya mengambil keputusan. Misalnya waktu itu yang saya alami adalah ketika mau membeli barang. Sebelum memutuskan, kita harus menganalisa dulu barang itu untuk apa, kebutuhannya seperti apa, darurat atau tidak. Proses tersebut juga membantu kita menemukan prioritas, jadi barang yang dibeli tidak akan sia-sia.
Pekerjaan Anda ini juga masih didominasi oleh laki-laki. Adakah tantangan atau pengalaman menarik dengan rekan laki-laki saat bekerja?
Kebetulan di Chevron cukup fleksibel. Jadi saya tidak mengalami kesulitan apapun karena Chevron sendiri juga menjunjung kesetaraan. Mereka menilai kami berdasarkan kemampuan, bukan gender. Kami juga dibebaskan untuk menggali ilmu dan menduduki posisi apapun.
ADVERTISEMENT
Apakah pernah diragukan hanya karena Anda adalah seorang perempuan?
Diragukan mungkin beberapa kali ya, karena kan saya itu dari fresh graduate gitu kan. Langsung menduduki posisi sebagai decision analyst, biasanya beberapa decision analyst itu memang berasal dari engineer dulu gitu kan. Engineer dulu, mereka sudah mengetahui seluk-beluk mengenai cukup lama, seluk beluk di dunia migas. Mereka tau seperti apa, kemudian baru ditugaskan sebagai decision analyst.
Dan beberapa kesempatan ketika saya bekerja di tahun pertama, di tahun kedua, itu cukup berat bagi saya. Karena ya itu, banyak yang berpandangan bahwa "ah kamu masih junior" begitu. Cuma ya seiring dengan waktu, kita harus tunjukkan ke mereka bahwa kita bisa melakukan pekerjaan ini, dan dengan dukungan dari lingkungan dari sekitar juga, dukungan dari tim juga kita itu juga membuat saya yakin dan terus maju.
ADVERTISEMENT
Lalu kalau untuk suami, bagaimana bentuk dukungan dari suami untuk Rani dalam hal berkarier?
Suami sangat mendukung dan mengerti pekerjaan saya. Jadi sewaktu ada beberapa kesempatan di mana saya harus lembur, dia tetap mengizinkan, dan dia juga yang langsung turun tangan mengurus anak. Kebetulan saya dan suami sudah kenal dari kuliah. Dia tahu betul saya orangnya seperti apa. Pernah suatu ketika saya ingin memutuskan untuk di rumah saja tidak bekerja, tapi justru dia yang khawatir dan tidak yakin. Dia takut saya malah tidak betah di rumah karena saya memang orangnya tidak bisa diam.
Sebagai seseorang yang sudah cukup lama bergelut di bidang engineering. Adakah pesan yang ingin disampaikan untuk perempuan-perempuan muda?
ADVERTISEMENT
Saya lihat saat ini meskipun sudah banyak perempuan yang bekerja jadi engineer tapi stigma tentang perempuan dalam bidang ini belum sepenuhnya hilang. Masih banyak yang mengatakan kalau perempuan akan kesulitan bekerja di bidang teknik. Padahal sebenarnya tidak begitu, kalau sudah terjun langsung semuanya berjalan biasa saja.
Yang penting, jangan takut dilabeli sebagai seorang engineer. Karena justru sebagai perempuan banyak sisi positif yang bisa diambil dari profesi ini. Kita dilatih mandiri dan menjadi lebih kuat.
Bekerja sekaligus menjadi ibu, apakah Rani masih punya waktu untuk me time? Jika masih, apa yang biasanya dilakukan?
Kalau me time di rumah pasti waktu weekend kumpul bareng keluarga. Tapi kalau di kantor, kalau sedang jenuh biasanya saya mendengarkan musik. Karena itu bisa memudahkan saya dalam berpikir. Atau kalau sudah kebangetan saya harus berhenti dulu, sekitar 10 menit tidak melihat komputer, lalu keliling kantor untuk buang energi negatif baru nanti balik lagi.
ADVERTISEMENT