Jadi CEO BRI Termuda dalam Sehari, Sisilia Bagikan Pengalamannya

18 Oktober 2021 15:06 WIB
·
waktu baca 10 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sisilia, Perempuan 22 Tahun asal Kupang, Jadi CEO BRI di Program Girls Take Over. Foto: BRI
zoom-in-whitePerbesar
Sisilia, Perempuan 22 Tahun asal Kupang, Jadi CEO BRI di Program Girls Take Over. Foto: BRI
Siapa sih yang tidak ingin menjadi seorang pemimpin dalam suatu perusahaan? Ya, bagi banyak orang, duduk di bangku ‘empuk’ Chief Executive Officer (CEO), jabatan tertinggi dalam sebuah perusahaan menjadi salah satu tujuan karier.
Kalau kamu mulai dari posisi staf dan memikirkan jalan sampai menjadi CEO, rasanya perlu menempuh waktu lama hingga sampai ke sana. Butuh bertahun-tahun usaha dan dedikasi tinggi sebelum akhirnya bisa sampai ke posisi CEO. Meski begitu, beberapa orang berhasil menjadi seorang CEO dalam usia yang terbilang muda, salah satunya Sisilia Tunga.
Perempuan muda berusia 22 tahun asal Kupang, Nusa Tenggara Timur, ini merasakan hebatnya menjabat sebagai orang nomor satu di bank milik negara dengan jaringan terluas se-Indonesia, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.
Girls Takeover 2021. Foto: Plan Indonesia
Menteri BUMN Erick Thohir menunjuk Sisilia untuk menggantikan Direktur Utama Bank BRI, Sunarso, selama satu hari. Penugasan ini merupakan bagian dari program Girls Take Over, sebuah kampanye global yang diinisiasi oleh Yayasan Plan International Indonesia dan diselenggarakan serentak di 75 negara setiap tahun. Kampanye tersebut untuk memperingati Hari Anak Perempuan Internasional (International Day of the Girls) yang jatuh pada 11 Oktober.
Menteri BUMN Erick Thohir bersama enam kandidat perempuan muda dalam acara Girls Take Over yang diadakan Plan Indonesia di Kementerian BUMN, Senin (27/9/2021). Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Sisilia lolos seleksi setelah mengalahkan 7.000-an pendaftar dalam serangkaian tes yang dilakukan pada akhir Agustus hingga pertengahan September 2021. Penunjukan Sisilia di Bank BRI juga bukan tanpa alasan. Di kampung halamannya, Sisilia memang memiliki latar belakang yang memang membanggakan.
Salah satu finalis Girls Take Over ini pernah menjadi educator dan Plt Kepala Sekolah Pendidikan Usia Dini yang membawahi empat kelas besar di sebuah Lembaga Pendidikan swasta di kota Kupang. Apalagi sejak tahun 2015, Sisilia pun aktif tergabung dalam komunitas di bidang pendidikan dan lingkungan.
Selain aktif berkegiatan di bidang pendidikan dan lingkungan, Sisilia juga ingin mendorong semua pihak untuk lebih memperhatikan isu kesetaraan gender dan tidak menghakimi perempuan atas pilihan yang ia ambil terhadap kepemilikan tubuhnya. Hal ini sejalan dengan tema Girls Take Over tahun ini yakni kesetaraan gender dan kepemimpinan perempuan di dunia kerja.
Lantas bagaimana rasanya jadi CEO perempuan termuda di BRI dalam sehari? Bersama kumparan, Silsilia pun membagikan cerita dan pengalamannya. Yuk, simak!

Hai Sisilia, boleh diceritakan pengalamannya saat mengikuti program Girls Take Over 2021, dan bagaimana prosesnya saat itu?

Awalnya aku tahu program ini dari akun Instagram Yayasan Plan International Indonesia. Jadi waktu itu, proses pertama yang harus aku lalui adalah administrasi seperti mengisi daftar riwayat hidup (CV) yang juga mencangkup prestasi yang pernah dimiliki, pekerjaan, hingga pengalaman-pengalaman berorganisasi. Kemudian, aku mengisi beberapa pertanyaan seputar kesetaraan gender seperti tantangan-tantangan yang dihadapi perempuan di masa sekarang untuk menjadi pemimpin.
Setelah lolos tahap administrasi, aku harus mengikuti tes tertulis yang digelar secara online. Dalam tes tersebut ada puluhan pertanyaan yang diberi waktu untuk menjawabnya. Pertanyaannya seputar kesetaraan gender, Sustainable Development Goals (SDGs), dan pengetahuan tentang BUMN. Pada tahap ini aku lolos.
Lalu, aku harus mengikuti program, namanya Girls Leadership Class yang digelar selama 4 hari. Semua akomodasi dan lain halnya difasilitasi Plan Internasional Indonesia dan Skridandi BUMN. Saat itu ada 35 orang anak muda perempuan yang lolos dari 7.023 orang yang mendaftar. Dalam program ini kami diberikan pengetahuan seputar public speaking, isu kesetaraan gender, pengenalan terhadap Yayasan Plan International Indonesia, dan BUMN. It’s really interesting.
Aku pun lolos ke tahap berikutnya dan kali ini seleksinya harus membuat sebuah video tentang kepemimpinan perempuan. Video tersebut harus di-upload di sosial media perseta. Dari kompetisi video tersebut, ada 10 orang yang lolos ke tahap interview. Dan, finally terpilih 6 orang ke Jakarta untuk menjalani take over ini.

Apakah Sisilia mau menjadi CEO BRI atas keinginan sendiri? Atau bagaimanakah proses pemilihan penempatan itu?

Dari awal proses, mulai dari mengisi formulir, interview, dan saat mengikuti leadership class, kami (para peserta, red) memang sudah ditanya preferensi kami, “kalau kamu terpilih, kamu mau take over posisinya siapa?", tapi penempatan itu juga dilihat dari akumulasi penilaian dan dari background kami.
Di hari pembagian posisi, kami masuk ke suatu ruangan, dan di situ ada Pak Erick Thohir. Pak Erick sendiri yang menunjuk kami, "oke saya menugaskan kamu untuk men-take over posisi ini" katanya saat itu.
Waktu giliran aku, aku masih ingat jelas Pak Erick Thohir ngomong begini, "Sisil ini background-nya adalah tenaga pendidik, sering bergerak di bidang kesejahteraan sosial. Kebetulan tahun ini di BRI ada sebuah program Senyum. Kolaborasi antara BRI, Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM).”
Senyum adalah sebuah program untuk ultra mikro yang tujuannya membuat UMKM naik kelas. Karena program itu baru launching, Pak Erick Thohir bilang, “saya tugasan kamu ke BRI untuk mengecek program itu ya Sisil”.
Kemarin juga ada Right Issue—penanaman modal saham yang dijalani oleh BRI sebesar Rp 96 Triliun, dan ini Right Issue terbesar di Asia Tenggara, nomor 3 terbesar di Asia, dan nomor 7 terbesar di dunia. Jadi Pak Erick bilang, “kamu juga ke sana mengecek program-program ini. Ayo Sisil.”

Bagaimana perasaannya saat ditugaskan Pak Erick Thohir untuk menjadi CEO Sehari di BRI?

Sejujurnya aku gak ada background perbankan sama sekali. Jadi waktu ditunjuk sama Pak Erick, aku langsung mingkem. Langsung diem, bingung gitu. “Ya tuhan, aku enggak punya background ekonomi, perbankan, ini aku nanti ke BRI ngapain ya,”. Aku ngomong dalam hati.
Tapi kekhawatiran aku hilang setelah aku punya kesempatan untuk ke BRI, kenalan sama orang-orang di BRI. Dan Puji Tuhan, orang-orang di sana sangat welcome, aku benar-benar disambut mereka dengan baik. Mereka langsung mengantarkan aku ke sebuah ruangan untuk memperkenalkan BRI itu bank yang seperti apa.
Bahkan ketika Dirutnya itu datang, Pak Sunarso, dia langsung mentoring aku dan jelaskan, "Sil, value BRI itu gini-gini lho". BRI sangat transparan dengan aku waktu itu. Aku benar-benar dijamu layaknya seorang CEO.

Apa tugas atau kegiatan yang Sisil lakukan saat menjadi CEO di BRI?

Sisilia saat bertugas di BRI. Dok. Plan Indonesia.
Sebelum take over aku di-briefing dulu. Nah saat hari take over itu tiba, aku baru menjalankan, tugas yang sudah dimandatkan oleh Pak sunarso. Kami bagi-bagi tugas. Tapi tugas untuk aku tentunya yang dapat experience. Misalnya, pagi-pagi aku sampai di kantor itu, aku harus kunjungan ke divisi-divisi.
Ruangan pertama yang aku kunjungi adalah ruangan yang menyajikan data-data tentang keuangan BRI, pergerakan saham, likuiditas, dan lainnya. Lalu aku juga ada kunjungan ke divisi korporat sekretari. Di situ aku kenalan dengan orang-orang yang bekerja di bidang humas, public relation, dan orang-orang yang handle social media BRI.
Setelah itu, aku ke divisi SPO, mereka yang bekerja untuk percetakan kartu. Aku bahkan mendapat kesempatan untuk berkunjung ke tempat percetakan kartu: debit, kredit, bahkan kartu-kartu yang bekerja sama dengan pemerintah, misalnya kartu Indonesia pintar, yang ternyata aku baru tahu cetaknya di dalam ruangan itu. Engga cuma itu, aku juga jadi tahu proses pencetakannya, perhitungannya, hingga pendistribusiannya.
Selanjutnya aku menjalani agenda yang paling penting yaitu CEO Talk. Jadi di BRI mereka punya program Brilian Future Leaders Program (BFLP). Anak-anak yang tergabung dalam BFLP ini mereka fresh graduate dari best university di Indonesia. Jadi mereka langsung dijaring oleh BRI. Ada kurang lebih 42 ribu pelamar, tapi yang lolos sekitar seratusan orang. Mereka sudah menjalani pendidikan selama 150 hari. Dan di hari itu, adalah hari di mana mereka mendapatkan SK penempatan.
Nah, aku ditugaskan oleh Pak Sunarso untuk mendeliver semacam speech dengan tajuk Transformation Needs You yang sesuai dengan misi-visi dari BRI menjadi The Most Valuable Bank in South East Asia dan Champion Financial Inclusion. Untuk memenuhi misi-visi tersebut, mereka punya jargon Transformation Needs You. Dan tugas aku menggantikan Pak Sunarso untuk menjelaskan tentang ideologi-ideologi atau nilai-nilai yang dianut oleh BRI yang harus dimiliki oleh semua BFLP saat ditempatkan ke unit-unit.
Setelah itu, aku ada kesempatan lunch dengan srikandi-srikandi BUMN yang ada di BRI. Mereka menduduki posisi tinggi di BRI. Saat itu, aku bersama mereka membahas isu-isu perempuan yang mungkin ada di lingkungan dengan BRI dan UMKM, kira-kira apa sih yang bisa BRI contribute more. Apalagi aku berasal dari daerah timur yang banyak UMKM bergerak di bidang culture seperti tenun. Selain itu mereka juga sharing-sharing ke aku pengalamannya bisa menduduki posisi tertinggi di BRI.
Habis lunch, KU dikasih kesempatan untuk memimpin gladi bersih rapat umum pemegang saham luar biasa. Jadi waktu itu aku kaget, sudah ada plakat Dirut BRI untuk aku. Namun di tempat duduknya Pak Sunarso hanya dikasih tulisan nama saja. Bahkan saat itu Pak Sunarso meminta izin kepada aku untuk melanjutkan gladi.
Setelah membuka gladi rapat umum pemegang saham luar biasa, aku melanjutkan tugas untuk kunjungan ke BRilink dan kantor unit BRI di Benhil. Pada saat kunjungan itu pun aku banyak berkomunikasi dengan kepala cabang untuk mendapatkan input-input, dan itu it's really awesome.
Aku kira take over hanya duduk-duduk, foto-foto, upload di media sosial, dan pulang. Tapi ternyata tidak. Aku benar-benar menjalankan tugas seorang CEO sehari. Setelah semuanya selesai, baru handover lagi ke Pak Sunarso.
Orang-orang di BRI sangat ramah. Semuanya benar-benar menganut nilai-nilai AKHLAK dari BUMN dan nilai-nilai dari BRI bernama Instan Brilian. Bahkan cuma sehari jadi Dirut, aku benar-benar disambut dengan baik. Mereka tidak memperlakukan aku semacam, “ah kamu cuma sehari jadi dirut, kayak who are you, like stranger or siapa.” Tapi mereka beneran welcome aku dengan sangat baik. Bahkan aku ditemani dengan orang-orang penting di BRI dari pagi sampai take over selesai.
Selain itu, lingkungan kerja di BRI juga sangat nyaman, dan aman. Bahkan saat aku ke divisi korset, mereka nggak ada sekat meja. Aku tanya kenapa konsepnya gini. Ternyata tidak adanya sekat meja agar para karyawan bisa berkolaborasi dengan baik. Jadi dari satu bidang ke bidang lain tidak ada batasan berarti supaya bisa menggabungkan kekuatan dan komunikasinya jadi lancar.
Dan aku juga liat work life balance di BRI juga luar biasa. Mereka ada tempat duduk yang cozy, ada live musiknya, ada tempat olahraganya. Jadi walaupun usaha milik negara, tapi perusahaan ini pengen jadi pilihan anak muda. Dan aku merasa datang ke sini seperti rumah sendiri.

Setelah jadi CEO di BRI, sikap seperti apa yang harus dimiliki untuk seorang pemimpin?

Menurutku hal pertama yang harus dimiliki oleh pemimpin adalah seseorang yang mau terus belajar. Dari dulu aku memahami bahwa the moment you stop learn, itu adalah momen ketika kamu mati. Jadi kamu mati itu bukan karena usia atau kamu sakit, lalu kamu masuk liang kubur. No! tapi ketika kamu berhenti belajar itu adalah di mana kamu mati.
Menurutku, belajar itu bukan melulu membaca artikel yang heboh-heboh, baca jurnal berat, atau bedah buku, dan sebagainya. Tidak! Tapi belajar itu kamu memperoleh hal baru dari apa dan siapa pun yang kamu temui.
Kedua, seorang pemimpin harus berani mengambil keputusan. Aku tidak akan pernah lupa ketika Pak Erick Thohir bilang, “seburuk-buruknya pemimpin, lebih buruk adalah pemimpin yang tidak berani mengambil keputusan. Lebih baik kamu mengambil keputusan saat itu lalu kami memiliki kesempatan untuk memperbaikinya, daripada kamu tidak mengambil keputusan dan kamu kehilangan momen”.
Ketiga, adalah pemimpin yang bisa menempatkan ego. Keempat, menghargai orang lain, dan terakhir memegang teguh apa yang dibicarakan.

Terakhir, apa ambisi Sisil Selanjutnya?

Aku membagikan pengalaman aku di take over ini. Dimulai dari lingkungan yang paling kecil seperti keluarga dan dan besar seperti kampus. Aku ingin memberikan semangat bahwa perempuan punya kapasitas untuk menempati posisi yang paling penting di sebuah lembaga atau perusahaan.
Anak muda khususnya perempuan, there your self your dream, jangan pernah give up your plans, dan jangan pernah membiarkan konstruksi sosial mendefinisikan siapa kamu dan jangan membuat siapapun bahkan orang tua atau teman terdekat menghentikan kamu dari mimpi-mimpi kamu.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan BRI