Kisah Ibu Siti, Berdaya untuk Diri Sendiri & Perempuan Lain di Tengah Pandemi

10 Juni 2021 18:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kisah Ibu Siti, Berdaya untuk Diri Sendiri & Perempuan Lain di Tengah Pandemi. Foto: UN Women
zoom-in-whitePerbesar
Kisah Ibu Siti, Berdaya untuk Diri Sendiri & Perempuan Lain di Tengah Pandemi. Foto: UN Women
Sudah satu tahun lebih kita hidup di tengah kondisi pandemi COVID-19. Pandemi ini berpengaruh cukup besar terhadap perekonomian. Pada masa krisis ini, perempuan dan anak-anak menjadi kelompok yang rentan terkena dampak, terutama mereka yang bergantung pada pendapatan dari usaha keluarga. Tak sedikit perempuan mengalami penurunan penghasilan yang cukup besar.
Sebanyak 82 persen perempuan Indonesia mencatat adanya penurunan dalam sumber pendapatan, dibanding laki-laki yang tercatat mengalami penurunan sebesar 80 persen. Meskipun laki-laki juga mengalami penurunan serupa, bukti menunjukkan bahwa laki-laki mendapatkan keuntungan dari sumber pendapatan yang lebih luas.
Hal ini diungkapkan dalam laporan terbaru tentang dampak gender dari pandemi oleh Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, UN Women di Indonesia, bekerja sama dengan Indosat Ooredoo.
Selain itu, tak sedikit juga perempuan yang kehilangan pekerjaan karena penutupan pabrik sebagai akibat dari pembatasan sosial karena pandemi. Kondisi ini juga dialami oleh Siti Rohmah, perempuan asal Pondokkaso Tonggoh di Jawa Barat. Ibu tiga anak ini harus berjuang keras untuk mengembalikan kondisi perekonomian keluarganya di tengah krisis.
Siti Rohmah dan suaminya. Foto: UN Women
Sebelum pandemi, Siti berhenti dari pekerjaannya sebagai pekerja pabrik dan membuka kios kecil di depan rumahnya sambil mengurus anak. Pandemi COVID-19 memberikan tantangan bagi Siti dan keluarga. Tak hanya penjualan kios Siti menurun, suaminya pun diberhentikan dari pekerjaannya sebagai satpam karena sekolah tempatnya bekerja tutup. Meski begitu, pasangan ini berusaha tetap tegar.

Program Cash-for-work

Sebagai perempuan yang gigih, Siti terus berusaha menguatkan diri dan menjadikan anak-anaknya sebagai motivasi. "Saya selalu yakin bahwa di setiap kesulitan pasti ada banyak kesempatan. Begitu juga dengan kondisi pandemi yang dihadapi jutaan orang di dunia ini," ungkap Siti Rohmah seperti dikutip dari laman Facebook Un Women Asia & Pacific.
Siti Rohmah dan timnya di program Cash-for-Work dari UN Women. Foto: UN Women
Kesabaran dan ketegaran Siti pun berbuah hasil. Beberapa bulan kemudian, tepatnya pada Desember 2020, ia bergabung dengan program cash-for-work (Program bantuan tunai) untuk perempuan di pedesaan yang diinisiasi oleh UN Women dan Yayasan CARE Peduli dengan dukungan dari pemerintah Jepang.
Rancangan dan prototipe program cash-for-work ini inovatif, karena berbeda dengan program cash-for-work pada umumnya, yang biasanya berfokus pada pembangunan infrastruktur padat karya. Program cash-for-work ini berfokus pada kewirausahaan melalui pelatihan, insentif dan rantai nilai pemasaran, serta memberikan kesempatan perempuan sebagai penerima manfaat untuk berdaya.
Pada program ini suami dari perempuan penerima manfaat juga mendapatkan pelatihan gender untuk mempelajari dinamika pengambilan keputusan dan pembagian kerja di dalam rumah tangga yang lebih adil, termasuk pengasuhan dan pekerjaan domestik, serta pencegahan risiko kekerasan dalam rumah tangga.
Melalui program cash-for-work, perempuan mantan pekerja garmen yang kehilangan pekerjaan dan terdampak COVID-19 telah menerima pelatihan menjahit masker, bekerja sama dengan Dinas Tenaga Kerja Sukabumi dan mendapatkan bantuan mesin jahit, bahan, dan perlengkapan setelahnya.
Mesin jahit di program Cash-for-Work dari UN Women. Foto: UN Women
Selain itu, bekerja sama dengan Yayasan CARE Peduli dan Federasi Serikat Pekerja Tekstil, Sandang dan Kulit Serikat Pekerja Seluruh Indonesia, perempuan lainnya yang terdampak COVID-19 juga direkrut sebagai pemasar. Seluruh perempuan, baik tim jahit maupun pemasar, juga akan mendapatkan pelatihan kewirausahaan pemasaran digital.
Jadi mereka tidak hanya mendapat bantuan tunai dalam bentuk insentif penjualan yang akan memberikan penghasilan sementara, tetapi juga peningkatan kapasitas agar mereka dapat membangun hidupnya kembali pasca pandemi.
Siti yang memiliki jiwa pengusaha, memimpin perempuan lain dalam memproduksi masker. Ia mengawasi kontrol kualitas produk. "Setelah latihan, kami membentuk grup berisi empat orang. Dua orang yang bertanggung jawab menjahit masker, dan dua lainnya memotong bahan. Setiap grup mendapatkan satu mesin jahit," pungkas Siti.
Belajar marketing digital program Cash-for-Work dari UN Women. Foto: UN Women
Dari pengalaman ini, Siti Rohmah mendapat banyak pembelajaran. Tak hanya soal membuka peluang usaha, tapi juga belajar bisnis secara mendalam hingga mempelajari pemasaran digital. Kini, ia pun punya mimpi yang lebih besar. Ia ingin membangun bisnis konveksi miliknya sendiri.