Kisah Martha Tilaar dan Suami, Sempat Ditentang karena Beda Suku

30 Oktober 2019 19:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto pernikahan Martha Tilaar dan Prof. Dr. Henry Alexis Rudolf Foto: Instagram Wulan Tilaar
zoom-in-whitePerbesar
Foto pernikahan Martha Tilaar dan Prof. Dr. Henry Alexis Rudolf Foto: Instagram Wulan Tilaar
ADVERTISEMENT
Pebisnis kosmetik Martha Tilaar tengah dirundung duka atas kepergian suaminya, Prof. Dr. Henry Alexis Rudolf (HAR) Tilaar, pada Rabu (30/19) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Sosok HAR sangat berpengaruh pada kesuksesan Martha.
ADVERTISEMENT
Mereka telah menjalani bahtera rumah tangga selama 55 tahun sejak 12 Januari 1964. Perbedaan umur mereka tidak terpaut jauh. Saat ini Martha berusia 82 dan suaminya yang lahir di Minahasa, Sulawesi Utara berumur 87 tahun. Dalam perjalanan hidup Martha, HAR adalah sosok yang setia dan selalu menemani di kala suka dan duka.
Banyak pula hambatan yang harus mereka lalui bersama. Awal mulai berpacaran, mereka terpaksa menjalani hubungan backstreet karena perbedaan suku antara keduanya.
“Dulu saya pacaran susah sekali karena beda suku. Suami saya Sulawesi, saya Jawa. Dulu orang selalu beranggapan kalau orang Manado suka foya-foya dan kalau kita Jawa sederhana,” jelas Martha pada kumparanWOMAN saat ditemui di kediamannya pada November 2018.
Martha Tilaar Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Martha tidak percaya dengan stereotip itu, ia lebih yakin dengan kata hatinya yang menilai bahwa HAR orang yang pandai. Sampai Martha berpikir untuk bisa memperbaiki keturunan agar anak-anaknya nanti bisa ikut terbawa cerdas seperti HAR. Tidak terbesit dalam pikirannya untuk menikah agar mendapat harta lebih.
ADVERTISEMENT
“Nekat sekali saya. Dia hanya seorang guru, orang tua saya bilang nanti kesulitan soal ekonomi tapi saya bilang tidak apa-apa. Benar saja anak-anak saya pintar semua,” jelasnya.
Tekad Martha memilih HAR sebagai teman hidupnya ia jalani dengan tabah. Baru menjalani pernikahan delapan bulan ia terpaksa berpisah dengan sang suami yang harus menyelesaikan studinya di Amerika. Karena kondisi keuangan di mana HAR harus menanggung biaya hidup di negeri Paman Sam, mereka memutuskan untuk menjalani long distance marriage selama setahun sambil menabung supaya Martha bisa menyusul ke Amerika dan hidup bersama di sana.
HAR berikan ruang untuk Martha bisa berkembang
Setelah lama melakukan long distance marriage, Martha dan Alex (panggilannya untuk HAR), kembali tinggal bersama di Amerika tanpa orang tua ataupun keluarga. Di sanalah, Martha merasa HAR suami yang mandiri tidak perlu terus-menerus dilayani. Padahal, Martha sempat diberikan pesan oleh eyangnya untuk bisa melayani suami 24 jam.
ADVERTISEMENT
“Dia terbiasa mandiri bahkan membebaskanku melakukan apa saja yang aku inginkan. Padahal eyang pernah menasihatiku, kalau mau disayang suami harus siap melayani. Menyiapkan handuk sampai piyama. Benar-benar prinsip mengabdi khas orang Jawa. Rupanya Alex bisa mengerjakan apa-apa sendiri, tidak mengenal budaya dilayani,” cerita Martha Tilaar dalam buku ‘Beautifying Indonesia What’s Next’.
Martha Tilaar dan suaminya HAR Tilaar. Foto: dok. @wulan_tilaar/ Instagram
Martha merasa bahagia karena mendapat kebebasan dari suami, tanpa memikirkan tetek-bengek urusan rumah tangga. Meski begitu, Martha ingin bisa hidup mandiri, punya kegiatan, dan dapat membantu keuangan. Memiliki latar belakang guru, ia manfaatkan untuk berbisnis jasa penitipan anak atau baby sitter.
Tawaran jasa Martha laku keras, sebanyak 13 anak dititipkan sampai membuatnya kewalahan. Namun Martha tidak mau menyerah atau mengurangi jumlah anak-anak yang dipercayakan kepadanya.
ADVERTISEMENT
Tidak sia-sia, kerja kerasnya membuahkan hasil besar. Saat ditotal ia mendapat upah sebesar 2.000 dolar AS. Martha merasa bahagia dengan nilai penghasilan yang melebihi gaji suaminya, sehingga ia bisa membantu kebutuhan biaya hidup dan tidak lagi mengandalkan suami. Kegemaran perempuan untuk berbelanja sesuka hati pun muncul, tetapi itu ditahan oleh HAR.
“Kalau uang ini kamu belanjakan, tidak akan jadi apa-apa buat masa depanmu. Lebih baik uang itu untuk sekolah saja. Cari bidang yang ingin kamu geluti,” ucap HAR.
Martha Tilaar Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Menurut HAR, Martha mempunyai bakat dagang dan akan bagus bila ditekuni. Tetapi HAR memberikan kebebasan pada Martha untuk memilih minat yang ingin ditekuni, asalkan itu bisa membuat dirinya maju.
ADVERTISEMENT
“Kamu ini punya jiwa pengusaha. Kamu tidak perlu repot mengurus saya. Kamu bebas, yang penting kamu bisa mengembangkan diri!” ucap HAR pada Martha.
Pernyataan itu tak kalah membuat Martha bahagia, menurutnya di tahun 1960-an jarang sekali lelaki yang mempunyai pandangan modern dan visioner seperti itu. Martha pun mulai melangkah untuk mimpi besarnya dimulai dari hal-hal kecil dan tekun menjalaninya. Sampai akhirnya segala perjuangan dan dukungan HAR membawanya menjadi pengusaha kosmetik besar di Indonesia dengan nama dagang Sariayu.
Hingga saat ini, Sariayu menjadi salah satu kosmetik lokal legendaris yang masih diakui keberadaannya. Hal ini tak lepas dari peran penting Prof. Dr. Henry Alexis Rudolf (HAR) Tilaar yang selalu mendukung sekaligus memberikan kebebasan bagi Martha Tilaar untuk terus menekuni bisnisnya.
ADVERTISEMENT