Kisah Perjuangan Perempuan untuk Menikah di Tengah Pandemi Corona

25 April 2020 17:13 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dyah Ayu dan Riko. Foto: dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Dyah Ayu dan Riko. Foto: dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Setiap perempuan tentu memiliki pernikahan impian bersama dengan pasangan. Sama halnya dengan Dyah Ayu. Perempuan 27 tahun yang berprofesi sebagai account executive ini telah merencanakan pernikahan dengan kekasih hatinya, Riko (29).
ADVERTISEMENT
Keduanya telah merencanakan pernikahan sejak September 2019 setelah mereka melakukan acara lamaran. Semua persiapan sudah dilakukan, mulai dari venue, suvenir, baju pengantin dan keluarga, dekorasi, cathering, hingga konsep pernikahan semua sudah matang.
“Semua persiapan sudah matang, kami tinggal menunggu hari H. Rencananya kami akan menikah di Chakra Venue & Lounge yang memiliki chapel indah. Itu sudah jadi impian besar kami untuk bisa menikah disana. Kami sudah membayangkan pasti indah banget saat kita jalan berdua menuju chapel itu waktu menikah,” cerita Dyah kepada kumparanWOMAN.
Dyah Ayu dan Riko. Foto: dok. Istimewa
Tanggal 29 Maret 2020 harusnya menjadi hari paling bahagia untuk Dyah dan Riko. Namun sayangnya takdir berkata lain. Impian Dyah untuk menikah di sebuah chapel indah harus pupus sementara.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, pada awal Maret 2020 Indonesia diguncang dengan kasus pertama virus corona yang terjadi pada dua warga Depok. Sejak saat itu, penyebaran virus corona di Indonesia kian meningkat. Setiap hari kurva naik hingga pemerintah akhirnya mengimbau masyarakat untuk melakukan social distancing. Banyak perusahaan dan instansi mulai melaksanakan work from home.
Selanjutnya, karena angka kurva yang kian hari kian meningkat dan mengkhawatirkan, pemerintah pun memutuskan agar masyarakat tidak melakukan kegiatan yang melibatkan banyak orang. Salah satunya adalah acara pernikahan. Sebagai solusi, pemerintah meminta agar pasangan yang sudah terlanjur mengurus pernikahan, dianjurkan untuk melakukan akad saja dan menunda resepsi.
Dyah Ayu dan Riko saat prewedding. Foto: dok. Istimewa
Dengan berat hati, Dyah dan Riko pun harus menerima kenyataan memilukan ini. Mereka harus merelakan semua rencana yang sudah disusun harus ditunda dalam waktu yang belum ditentukan dan mengalami kerugian materi. Tetapi mereka tetap berlapang dada dan tetap mengikuti aturan pemerintah.
ADVERTISEMENT
“Padahal awalnya semua vendor masih mendukung pernikahan kami. Meski khawatir, mereka yakin masih tetap bisa jalan. Tapi setelah ada surat imbauan resmi, kami enggak bisa memaksakan kehendak daripada nanti berurusan dengan pihak berwenang,” tuturnya.
Meyakinkan keluarga untuk tetap menikah di KUA
Akad nikah Dyah Ayu dan Riko di KUA. Foto: dok. Istimewa
Setelah melalui diskusi panjang berdua, Dyah dan pasangannya pun memutuskan untuk melakukan akad nikah saja secara sederhana di KUA.
“Ini bukan keputusan yang mudah, tapi aku dan Riko sepakat untuk tetap melakukan akad. Sebab kalau akad juga ditunda, lalu kapan kami akan menikah? Karena kita semua belum tahu pasti kapan pandemi ini akan berakhir. Kami melaksanakan pernikahan hanya di KUA sesuai dengan anjuran pemerintah,” ungkap Dyah.
Karena keputusannya ini, Dyah harus berusaha keras untuk meyakinkan keluarga besarnya. Sebab keputusannya untuk menggelar akad di KUA sempat dianggap sebagai keputusan gegabah dan emosional.
Dyah Ayu dan Riko bersama keluarga. Foto: dok. Istimewa
“Aku tahu maksud mereka baik, mereka ingin aku menikah seperti orang pada umumnya dan mereka juga ingin bisa hadir di hari bahagiaku. Tapi ini adalah pernikahanku, aku yang mempersiapkan dan menjalani semuanya. Aku sudah ikhlas untuk enggak bisa menikah sesuai impian, makanya aku sangat membutuhkan dukungan mereka juga,” ceritanya.
ADVERTISEMENT
Dyah mengaku setiap malam saat membaca grup Whatsaap keluarga tubuhnya langsung terasa lemas, mendadak demam, dan akhirnya menangis. Pasalnya bukan hanya keluarganya yang kemungkinan tidak bisa hadir di hari pernikahannya, tetapi ia juga terpaksa harus menikah dengan jasa wali hukum karena kakak laki-lakinya berhalangan hadir untuk menikahkan Dyah.
“Aku beruntung ada Mama yang mendukung sekali meskipun awalnya dia juga enggak setuju. Dengan dukungan Mama, menjelang pernikahan aku memberanikan diri untuk menghubungi semua keluargaku satu per satu untuk meminta doa supaya pernikahan lancar. Aku juga beruntung karena dalam kondisi seperti itu, Riko selalu ada untuk mendukung dan kami saling menguatkan satu sama lain,” jelasnya.
Dyah Ayu dan Riko live di Instagram Story saat menikah di KUA. Foto: dok. Istimewa
Di hari pernikahannya pada 29 Maret, keluarga Dyah sudah mempersiapkan live streaming di Instagram supaya keluarga tetap bisa menyaksikan dari rumah.
ADVERTISEMENT
“Aku dan Riko akhirnya beli tripod sendiri untuk HP biar bisa streaming karena selain untuk keluarga, teman-teman kami juga mau kondangan secara virtual. Di hari H, aku tetap memberi kabar pada keluarga. Pada akhirnya keluargaku tetap mendoakan supaya semua prosesi berjalan lancar,” jelasnya.
Mengenakan baju pengantin hasil jahitan ibu
Dyah Ayu dan Riko bersama keluarga. Foto: dok. Istimewa
Ada hikmah di balik semua kejadian. Mungkin itu adalah kalimat yang tepat untuk menggambarkan pernikahan Dyah dan Riko. Sebab dengan keputusannya untuk menikah di KUA saja, Dyah harus membatalkan beberapa vendor. Mulai dari dekorasi, baju untuk akad, hingga makeup artist.
Saat itu Dyah bahkan tidak kepikiran akan menikah mengenakan baju apa, sebab semua vendor sudah terlanjur dibatalkan. Ia sempat kepikiran untuk menyewa, tapi karena hanya menikah di KUA saja, Dyah tak mau ribet mengenakan pakaian adat karena pasti suasananya akan beda dengan di gedung. Setelah kebingungan, tiba-tiba sang ibu datang dengan membawa sebuah kebaya putih.
ADVERTISEMENT
“Dulu Mama buka jasa menjahit, jadi ceritanya si pengantin ini pesan baju di mama. Tapi enggak pernah diambil, orangnya kabur ke Malaysia. Akhirnya mama bilang aku pakai baju pengantin itu saja, kainnya pakai punya kakak. Dan untungnya, baju itu muat hanya tinggal dikecilin di bagian dada saja. Senang sekali bisa menikah pakai baju hasil jahitan mama,” ungkapnya.
Urusan baju selesai, masalah yang lain kembali datang. Dyah tidak punya makeup artist yang siap untuk meriasnya. Meski begitu, ia tak kehilangan akal. Dyah pun nekat untuk membeli peralatan rias lengkap karena ia akan makeup sendiri untuk akad nikahnya.
“Ini lucu sih, aku itu orangnya enggak pernah makeup, jadi semua aku kira-kira saja shades dan pilihan warna makeup waktu belanja lewat online. Jadi selain makeup sendiri, urusan rambut aku dibantu mama. Aku cuma disuruh beli hairspray saja sama mama. Aku enggak yakin karena enggak pernah tahu mama bisa hairdo, tapi ternyata waktu selesai hasilnya bagus, rapi dan simple,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Bagi Dyah, meski harus melalui drama panjang yang menguras pikiran dan tenaga, pernikahannya di tengah pandemi ini memiliki kesan tersendiri. Ia mengaku momen tersebut jadi momen paling berarti dalam hidupnya.