Komitmen Denia Isetianti Ikut Lestarikan Lingkungan Lewat Cleanomic

30 Maret 2022 13:36 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Denia Isetianti, Founder dari Cleanomic. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Denia Isetianti, Founder dari Cleanomic. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak perempuan di berbagai negara memperingati International Women’s Day (IWD) setiap 8 Maret. Di momen ini, perempuan merayakan prestasi dan pencapaian mereka di berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Setiap tahunnya, IWD juga mengusung tema berbeda-beda. Untuk tahun 2022, IWD mengedepankan tema #BreakTheBias untuk memperjuangkan dan menyuarakan kesetaraan perempuan di seluruh dunia.
Sementara itu, UN Women fokus pada tema Changing Climates: Equality today for a sustainable tomorrow dalam memperingati IWD 2022. UN Women menekankan bahwa kesetaraan gender—antara perempuan dan laki-laki—sangat berpengaruh dalam menciptakan lingkungan yang berkelanjutan.
Dalam tema ini, UN Women memperjuangkan hak perempuan untuk bisa memberikan sumbangsih terhadap masa depan yang berkelanjutan sekaligus juga meng-highlight peran perempuan dalam usaha memerangi climate change.
Di Indonesia, ada banyak sosok perempuan yang juga menaruh perhatian pada isu sustainability salah satunya adalah Denia Isetianti, Founder dari Cleanomic. Ini merupakan platform yang berisi konten yang peduli terhadap lingkungan dan bisnis yang juga memiliki kepedulian ini.
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, Denia membagikan kisah perjalanannya dalam mendirikan Cleanomic. Semua bermula dari sebuah video viral di media sosial. Di dalam video itu, Denia menceritakan bahwa ada seorang penyelam yang berenang di Bali dengan kondisi laut yang banyak sampah plastik.
Sebelum melihat video tersebut, Denia sebenarnya sudah memiliki pemikiran bahwa setiap belanja online, jumlah kemasan plastiknya lebih banyak dibandingkan barang yang ia beli.
“Terus kemudian melihat video itu, dibilang bahwa Indonesia adalah second largest plastic producer in the world. Terus kalau 30 tahun lagi kita tetap buang sampah ke laut, akan lebih banyak plastik di laut daripada ikan.” tutur Denia kepada kumparanWOMAN di sela-sela proses pembuatan video Manifesto Perempuan I International Women's Day 2022, beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Dari situlah, Denia mulai merasa gelisah dan ingin belajar lebih jauh soal gaya hidup sustainability. Ia pun mendokumentasikan semua hasil pembelajarannya di akun Cleanomic lewat berbagai platform media sosial, seperti Instagram, Podcast, YouTube, dan TikTok. Cleanomic sendiri didirikan pada tahun 2018.
“Cleanomic itu singkatan dari Clean and Economic. Karena background aku sebagai corporate lawyer, banyak urusannya dengan transaksi bisnis. Jadi aku percaya, semua orang pasti akan melakukan kegiatan ekonomi. Tapi bagaimana caranya kegiatan ekonomi itu harus bisa selaras dengan alam,” ungkap Denia.
Ia juga mengatakan bahwa Cleanomic mengusung gerakan #CuanLestari. Denia bermimpi lewat platform ini, banyak pihak tetap bisa mencari keuntungan dengan cara yang melestarikan alam.
Ia menegaskan, “Intinya, kalau misalnya ada produk atau brand atau usaha yang punya inisiatif lebih terhadap lingkungan. Itu harus kita support. Dan kita harus mulai berusaha untuk aware, sebetulnya apa sih yang kita pakai dan konsumsi setiap hari dari mulai konten, barang yang kita makan, atau barang yang kita beli, baju dan lain-lain, itu semua ada impact-nya terhadap lingkungan.”
ADVERTISEMENT

Peran perempuan dalam mewujudkan gaya hidup sustainable

Denia Isetianti, Founder dari Cleanomic. Foto: kumparan
Menurut Denia, perempuan sebenarnya bisa mengambil begitu banyak peran dalam mewujudkan gaya hidup sustainable. Hal ini bisa dimulai dari mengecek, apakah barang-barang yang dipakai berasal dari brand yang peduli terhadap lingkungan, atau berasal dari brand yang dikembangkan oleh perempuan.
Secara lebih detail, Denia pun menjelaskan prinsip SKS yang merupakan singkatan dari Sebelum membeli, Ketika membeli, dan Setelah membeli.
“Jadi sebelum membeli kita pikir ulang, kita pakai yang ada, kita pinjam, sekarang sudah ada, kan, market place yang (menyediakan layanan) pinjam-pinjam, kita perbaiki dulu yang ada kalau memang rusak dan masih bisa dibetulkan,” tutur Denia.
Bila keputusan untuk membeli suatu barang sudah bulat, Denia menyarankan untuk membeli produk-produk yang bisa di-recycle, dikompos, diisi ulang, dibuat dari bahan-bahan natural, atau dibuat oleh produsen lokal dan bahan lokal.
ADVERTISEMENT
Disarankan pula untuk membeli produk dari brand yang punya inisiatif peduli terhadap lingkungan, misalnya buy one get one tree free, atau yang punya usaha untuk mengurangi pemakaian plastik, dan lainnya.
“Jadi ketika kita beli, belilah barang-barang itu. Kemudian Setelah membeli, dipilah lagi, trus bisa diisi ulang, atau misal dikembalikan, sampai akhirnya dikompos, atau didonasikan. Jadi kita punya prinsip SKS, itu nomor satu yang bisa dilakukan,” ungkap Denia.
Dengan menerapkan prinsip SKS, Ladies sebenarnya sedang mengkurasi barang apa saja yang dikonsumsi dan digunakan yang bisa berkontribusi terhadap kebaikan lingkungan.
---
Ikuti artikel menarik lainnya tentang upaya perempuan mendobrak batasan pada topik Break the Barriers.