heystartic_B1S5AW6hxDV.jpg

Kontribusi UMKM dalam Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender

7 Desember 2020 9:05 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pengrajin heySTARTIC. Foto: dok. heySTARTIC
zoom-in-whitePerbesar
Para pengrajin heySTARTIC. Foto: dok. heySTARTIC
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu sektor yang menyumbang kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, bahkan jumlahnya mencapai 61 persen. Tak hanya itu, dari sisi ketenagakerjaan, UMKM mampu menyerap 97 persen tenaga kerja di Indonesia.
Uniknya, sudah banyak para pelaku UMKM yang memperjuangkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Ya, kini sudah banyak perempuan yang sudah berpartisipasi dalam pengambilan keputusan di dunia kerja, serta menduduki posisi penting sebagai pemangku kebijakan. Itu artinya, perempuan kini punya peran penting dalam dunia profesional.
Ada beberapa contoh UMKM yang melibatkan peran perempuan dalam bisnis. Misalnya, heySTARTIC, KISAKU, dan Rumah Mode Miranda. Inisiatif ketiganya mampu membawa mereka menjadi pemenang Asia-Pacific Women's Empowerment Principles (WEPs) Awards kategori Komitmen Kepemimpinan Muda dan Aksi COVID-19 yang diselenggarakan oleh UN Women.
WEPs Awards yang didukung oleh Uni Eropa merupakan ajang penganugerahan yang diberikan kepada pemimpin usaha dan perusahaan-perusahaan Asia Pasifik termasuk Indonesia, atas kontribusi mereka dalam memajukan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Penghargaan ini juga bertujuan menginspirasi pelaku usaha dan perusahaan lainnya untuk mengambil aksi demi terwujudnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Kategori Kepemimpinan Muda menyoroti para pekerja perempuan di bawah usia 30 tahun yang telah berkontribusi signifikan dalam menyuarakan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di dunia bisnis. Sementara, kategori Aksi COVID-19 memberikan penghargaan bagi sektor bisnis yang memiliki program khusus untuk membantu dan memberdayakan perempuan dalam konteks pandemi COVID-19.
Asia-Pacific Women's Empowerment Principles (WEPs) Awards. Foto: kumparan
Co-Founder heySTARTIC, Vania Santoso, mengatakan penghargaan ini merupakan langkah awal heySTARTIC untuk terus berkomitmen dalam mendukung kesetaraan dan partisipasi perempuan dalam dunia kerja.
"Semoga kita semua bukan sibuk mencari penghargaan, tapi menghargai proses itu sendiri. Karena saya percaya, penghargaan itu adalah sebuah tanggung jawab besar untuk kita bisa melakukan aksi nyata secara konsisten," kata Vania dalam UN Women Indonesia Women's Empowerment Principles (WEPs) Awards 2020, (25/11).

Berdayakan perempuan pengrajin

Dalam menjalankan kegiatannya, heySTARTIC memberdayakan komunitas lokal yang sebelumnya minim keterampilan dan para pengrajin yang minim akses terhadap pasar —terutama perempuan— agar dapat mengelola sampahnya, membuat kerajinan tangan, mempunyai kemampuan berbicara di depan umum sebagai fasilitator workshop. Tak hanya itu, para perempuan juga dikenalkan dengan prinsip dasar bisnis agar memiliki bekal sebagai wirausaha.
Sebagai sebuah label sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan, heySTARTIC memproduksi aksesori dari aneka inovasi daur ulang barang bekas, seperti karung semen, bungkus kemasan, kardus susu, dan lainnya. Program edukasi heySTARTIC bagi komunitas lokal telah melatih 15.000 orang, dengan persentase fasilitator dan pengrajin perempuan mencapai 62 persen. Selain itu, heySTARTIC yang 78 persen anggotanya adalah anak muda telah mendukung masyarakat untuk menghasilkan pendapatan tambahan yang cukup signifikan: dari Rp 400 ribu menjadi Rp 1 juta.
Para pengrajin heySTARTIC. Foto: dok. heySTARTIC
Dalam proses pengumpulan barang bekas, heySTARTIC melibatkan banyak pihak. Mulai dari warga binaan, mitra bank sampah, kerja sama dengan perusahaan untuk penerapan ekonomi sirkular, kontraktor yang menghasilkan limbah karung semen saat proses pembangunan, hingga pabrik makanan yang mengumpulkan kembali limbah kardusnya.
heySTARTIC kini aktif memproduksi tas, dompet, sepatu, taplak meja, kap lampu, dan lain-lain. Harganya juga ramah di kantong, berkisar Rp 50 ribu sampai Rp 300 ribuan.
"Kami berencana untuk menerapkan Women's Empowerment Principles (WEPs) dalam format yang lebih terstruktur. Nantinya, WEPs akan kami masukkan ke dalam rencana kerja maupun strategi bisnis tahun 2021 dan seterusnya," jelas Vania.
Menurut Vania, WEPs membantu bisnisnya untuk menetapkan Key Performance Indicators (KPI) yang lebih terstandarisasi, dengan praktik-praktik bisnis yang memberdayakan komunitas perempuan.

Sengaja merekrut pekerja perempuan

Selain heySTARTIC, KISAKU juga mengambil inisiatif untuk merekrut lebih banyak barista perempuan. Dalam statistik rekrutmen mereka, kedai kopi di bilangan Jakarta Selatan ini hanya menerima 1 pelamar perempuan per setiap 10 pelamar pria. 
Co-Founder & Managing Director KISAKU, Catherine Halim, menyadari bahwa jika pihaknya tidak secara sengaja mempekerjakan pelamar perempuan, kesetaraan gender di ruang lingkup bisnisnya akan sulit dicapai. Fenomena sedikitnya barista perempuan menunjukkan bahwa kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan dalam industri F&B, terutama di bidang kopi, masih perlu perjalanan panjang. 
"Hingga saat ini, 20 persen barista kami adalah perempuan. Namun tantangan terberat dalam menjalankan inisiatif ini adalah sulitnya menemukan bakat perempuan di industri F&B. Ini tidak akan membuat kami berhenti mendorong perekrutan pekerja perempuan. Kami juga berencana mengadakan sesi diskusi bulanan bersama mereka (para pekerja perempuan)," jelas Catherine.
Barista yang ada di KISAKU. Foto: dok. KISAKU
Lebih lanjut, Catherine memaparkan bahwa KISAKU juga telah memberdayakan bisnis milik perempuan. Seratus persen vendor atau pemasok makanan dan minuman sehat di kedai kopi mereka adalah perempuan. Sejak awal KISAKU telah menjalin kolaborasi dengan perempuan pemilik industri rumahan. Tujuannya, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang memiliki produk berkualitas tapi belum memiliki kapasitas dan sumber daya untuk mendirikan tempat usaha sendiri.
Di kemudian hari, KISAKU berencana akan memberikan lebih banyak pelatihan dan lokakarya dalam rangka mendorong lebih banyak perempuan yang ingin menjadi wirausaha dan pemimpin.
Sama seperti KISAKU, Rumah Mode Miranda juga berinisiatif untuk memberdayakan pekerja perempuan sejak awal berdiri tahun 2011. Sofyani Mirah, pemilik usaha Rumah Mode Miranda mengatakan, bisnis modistenya sempat mengalami penurunan penjualan yang sangat drastis saat awal pandemi COVID-19.
Namun, berkat kreativitas para karyawan perempuannya dan dengan semangat membantu penjahit perempuan lainnya yang terdampak pandemi, Rumah Mode Miranda berhasil banting setir menjual 8.000 masker bordir yang dikerjakan hanya dalam 10 hari. Sampai awal Oktober 2020, bisnis yang awalnya berfokus pada pakaian perempuan ini telah memproduksi lebih dari 20.000 masker. Melalui kerjasama dengan KAYA.ID, Rumah Mode Miranda pun memproduksi dan membagikan masker bagi para perempuan pedagang pasar tradisional di seputar wilayah Yogyakarta.
"Sebagai wirausaha, saya juga ingin membagikan kemampuan sulam, rajut, patchwork, dan cara membuat masker yang saya kuasai melalui seri video tutorial. Dengan demikian, para perempuan yang pekerjaannya terdampak COVID-19 bisa menontonnya dan mempelajari kemampuan baru," jelas Sofyani.
Kamu juga bisa menyaksikan bagaimana perusahaan-perusahaan yang menerima WEPs Awards mendorong kesetaraan gender dan partisipasi perempuan dalam dunia kerja dengan menonton video di bawah.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan UN Women
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten