Kurangnya Kehadiran Perempuan Jadi Tantangan Bekerja di Bidang Otomotif

26 April 2021 13:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
2 perempuan bekerja di bidang otomotif yang masih banyak didominasi laki-laki. Foto: ist
zoom-in-whitePerbesar
2 perempuan bekerja di bidang otomotif yang masih banyak didominasi laki-laki. Foto: ist
ADVERTISEMENT
Industri otomotif masih menjadi salah satu pekerjaan yang didominasi oleh laki-laki. Hal ini pun dirasakan oleh dua perempuan yang bekerja di bidang otomotif, yakni Otih Setiawati dan Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi.
ADVERTISEMENT
Otih merupakan perempuan yang bekerja di Vehicle Preparation Centre Department di PT Daimler Commercial Vehicles Manufacturing Indonesia. Ia adalah satu-satunya perempuan yang pernah terlibat langsung di dalam proses perakitan kendaraan komersial Mercedes-Benz di pabrik Wanaherang.
Sedangkan Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi adalah seorang Master Driver Bisnis Swakelola TransJakarta. Ia adalah perempuan pertama yang ditempatkan dalam jabatan tertinggi untuk pramudi (pengemudi) TransJakarta. Saat ini, hanya ada 14 orang pramudi yang menyandang gelar Master Driver dan 4 orang di antaranya adalah perempuan, termasuk juga perempuan yang akrab disapa Roro ini.
Otih Setiawati, Vehicle Preparation Centre Department di PT Daimler Commercial Vehicles Manufacturing Indonesia. Foto: ist
Dalam bincang-bincang Mercedes Talk yang digelar dalam rangka Hari Kartini beberapa waktu lalu, Otih dan Roro sempat membahas tantangan yang sering dihadapi saat bekerja sebagai perempuan di industri otomotif. Salah satu yang paling sering dialami adalah kurangnya kehadiran perempuan dalam bidang pekerjaan yang digelutinya.
ADVERTISEMENT
Otih misalnya, ia sempat menjadi satu-satunya perempuan yang bekerja di perakitan kendaraan komersial sebelum dipindahkan ke departemen saat ini. Setelah itu, tak ada lagi perempuan yang menggantikan pekerjaannya.
"Pengganti saya ternyata laki-laki, jadi sama sekali tidak ada kehadiran perempuan di departemen produksi. Baru beberapa tahun lalu, di 2019 akhirnya ada perekrutan baru dan ada perempuannya. Saya senang karena manajer bisa melihat bahwa perempuan juga mampu bekerja di bagian produksi kendaraan," cerita Otih.
Padahal menurut Otih, justru banyak perempuan yang antusias bekerja di industri otomotif. Bahkan beberapa di antaranya sangat semangat untuk mendapatkan pelatihan dan beasiswa di bidang otomotif yang digelar oleh perusahaan tempatnya bekerja.
Cerita serupa juga datang dari Roro. Menurutnya, salah satu tantangan bekerja di industri otomotif adalah sering dipandang sebelah mata. Dalam hal ini, ia pernah dianggap tidak mampu membawa bus TransJakarta jenis double decker (dua tingkat).
Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi, Master Driver Bisnis Swakelola TransJakarta. Foto: ist
"Pengalaman saya pernah saat membawa bus lalu ada penumpang masuk dan dia kaget kok yang bawa perempuan? Mungkin karena selama ini pramudi TransJakarta kebanyakan adalah laki-laki. Padahal, baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada perbedaannya. Justru perempuan bisa lebih fokus dan berhati-hati membawa bus," ungkap Roro.
ADVERTISEMENT
Ia melanjutkan, meski kehadiran perempuan sebagai pramudi TransJakarta belum terlalu banyak, tetapi Roro bersyukur bahwa PT. TransJakarta membuka peluang dalam menyetarakan laki-laki dan perempuan.
Raden Roro Retno Nurwani Candra Dewi, Master Driver Bisnis Swakelola TransJakarta. Foto: ist
"Memang pramudi didominasi pria, tapi Alhamdulillah ada juga pramudi perempuan. TransJakarta sangat memberikan peluang untuk menjadi pramudi perempuan, asal punya kompetensi dan modal awal SIM B1 Umum. Selain itu, sopan santun dan attitude serta pengetahuan tentang armada juga harus diperhatikan," demikian ujar Roro menutup perbincangan.