Mengenal FOBA, Sebuah Rasa Takut karena Merasa Sendiri & Kesepian

6 Februari 2021 16:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cara atasi rasa insecure pada diri sendiri dengan berkaca  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cara atasi rasa insecure pada diri sendiri dengan berkaca Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, pernah mendengar istilah FOMO (fear of missing out)? Istilah ini digunakan untuk menyebut perilaku orang yang merasa khawatir dan takut bila tertinggal tren saat ini. Rupanya, selain istilah tersebut, muncul istilah baru yang mulai ramai diperbincangkan. FOBA namanya.
ADVERTISEMENT
FOBA adalah singkatan dari fear of being alone. Istilah ini menunjukkan perilaku seseorang yang merasa takut karena sendiri dan kesepian. Menurut survei yang dilakukan pada 2017 lalu, 42 persen perempuan milenial merasa takut dengan kesendirian, daripada divonis mengidap penyakit kanker.
Di tahun yang sama, dokter bedah asal Amerika Serikat, Vivek Murthy, M.D., mendeskripsikan kesepian sebagai sebuah epidemi. Dari riset yang dilakukannya, seseorang yang merasa kesepian akut memiliki masalah kesehatan yang sama buruknya dengan seseorang yang merokok 15 batang dalam sehari.
Namun yang jadi permasalahannya adalah, rasa kesepian yang dirasakan setiap orang berbeda-beda.
Ilustrasi perempuan sedih susah move on. Foto: Shutterstock
"Kesepian adalah perasaan subjektif yang ditentukan oleh jumlah dan jenis koneksi yang dibutuhkan dalam hidup," ujar loneliness and connection expert, Kyla Sokoll-Ward, seperti dikutip dari Glamour.
ADVERTISEMENT
Hal ini pun diperparah dengan pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak 2020 lalu, dimana semua orang harus melakukan aktivitas di rumah dan menjalani social distancing demi menekan penyebaran virus. Namun hampir satu tahun berlalu, di rumah saja tanpa adanya interaksi sosial dengan teman dan kerabat lainnya ternyata membuat seseorang lebih cepat merasa kesepian.

Lantas, mengapa seseorang merasa takut sendirian?

Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan asuransi Cigna pada 2019 lalu, 61 persen orang merasa kesepian karena tidak adanya dukungan sosial. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kondisi fisik dan mental yang buruk, tak ada interaksi sosial yang bermakna, hingga tak adanya keseimbangan dalam hidup.
“Dari zaman prasejarah pada peradaban paling awal, kesepian adalah dorongan biologis manusia untuk kembali berbaur bersama sukunya untuk mendapat perlindungan,” jelas Ben Pleat, pendiri aplikasi wellness Cobu.
ADVERTISEMENT
Alasan lain mengapa seseorang merasa takut kesepian juga diungkapkan oleh Alyssa Petersel, pendiri situs kesehatan mental MyWellbeing. Menurutnya, perasaan takut sendiri ini merupakan 'warisan' dari pola pikir leluhur di masa lalu.
Ilustrasi Perempuan Foto: Freepik
"Sejak dulu, pola pikir leluhur memperlihatkan bahwa menyendiri bukanlah suatu pilihan. Melainkan sebuah hal yang disayangkan, menyedihkan, dan memalukan. Saat merasa kesepian, kita merasa terisolasi dan akhirnya membuat kita lebih kesepian," tutur Alyssa.
Kyla Sokoll-Ward pun melanjutkan, kebosanan dan kesepian dianggap sebagai hal-hal yang hanya dialami oleh kaum jetset saja. Sebab, kaum pekerja terlalu sibuk untuk merasa kesepian. Padahal, hal tersebut tidak benar. Kesepian bisa dirasakan oleh siapa saja.
"Akhirnya pandangan ini pun berubah. Kesendirian dan kesepian menjadi sebuah gabungan. Ketika kami sendirian, kami merasa kesepian. Tapi kini, kita juga bisa merasa kesepian di tengah keramaian," lanjut Kyla lagi.
ADVERTISEMENT
Ia mengatakan, perasaan FOBA ini juga berlaku untuk pasangan yang telah menikah. Faktanya, 60 persen orang yang sudah menikah sering kali merasa kesepian karena tak lagi menemukan kebahagiaan di dalam rumah tangganya.
"Secara alamiah, mengalami perasaan kesepian memberikan kita isyarat bahwa ada sesuatu yang salah dengan kita. Namun, saya ingin mengubah cara orang melihat kesepian sebagai emosi alami yang wajar untuk dirasakan," imbuhnya.
Ilustrasi wanita depresi. Foto: Thinkstock

Bagaimana cara mengatasi FOBA?

FOBA bisa diatasi dengan melakukan cara sederhana yang bisa dilakukan sendiri. Kyla mengatakan, kita harus rajin menyisihkan waktu untuk melakukan quality time dengan diri sendiri. Misalnya melakukan meditasi, berhenti overthinking, hingga melatih pernapasan atau melakukan yoga.
"Coba ingat hal apa saja yang membuatmu merasa senang saat masih anak-anak? Lakukan kembali hal tersebut untuk membangkitkan memori indah yang membuatmu lebih produktif. Kamu juga bisa belajar hal-hal lain yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk meningkatkan suasana hati," katanya lagi.
ADVERTISEMENT
Di masa pandemi ini, penting sekali berinteraksi dengan seseorang. Kamu bisa melakukan video call dengan teman atau keluarga agar tidak merasa kesepian. Namun bila rasa FOBA masih belum juga hilang, ada baiknya lakukan konsultasi dengan psikolog untuk membantumu mencari jalan keluarnya.