Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Krisis kepercayaan diri karena bentuk tubuh rupanya masih banyak dialami para perempuan di seluruh dunia. Banyak perempuan merasa kurang percaya diri dengan bentuk tubuhnya, karena dianggap jauh dari bentuk tubuh ideal yang dilihat di TV atau majalah.
Krisis kepercayaan diri pada bentuk tubuh yang dialami para perempuan, dibuktikan dalam sebuah survei yang dilakukan oleh band kecantikan, Dove, pada 2016 silam. Survei yang diberi nama The Dove Global Beauty and Confidence Report itu meneliti perempuan berusia 10 hingga 60 tahun di 13 negara dengan total lebih dari 10.500 responden.
Hasil survei itu cukup beragam, namun hasil yang paling memprihatinkan ada di Australia. Di mana survei itu melaporkan bahwa sekitar 89 persen perempuan Australia masih tidak percaya diri dengan bentuk tubuhnya. Saking tidak percaya diri dengan bentuk tubuh yang dimiliki, beberapa perempuan tersebut mengaku rela membatalkan wawancara kerja atau acara penting. Sementara 77 persen warga Australia juga menyalahkan standar kecantikan yang tidak realistis yang dibentuk oleh iklan-iklan di media sebagai salah satu masalah terbesar dari rasa tidak percaya diri yang dialami perempuan.
Karena tak percaya diri dengan bentuk tubuh yang dimiliki, beberapa perempuan bahkan merasa tidak pantas mengenakan busana tertentu, salah satunya adalah lingerie . Alasannya, selain karena kerap diasosiasikan dengan aktivitas seksual, lingerie juga kerap dianggap hanya diperuntukkan bagi perempuan yang memiliki bentuk tubuh sempurna layaknya model.
Hal ini kemudian menjadi perhatian khusus sebuah brand lingerie lokal, Nipplets. Nipplets didirikan oleh perempuan lulusan Universitas Wollongong Australia bernama Ida Swasti. Ida terinspirasi mendirikan Nipplets pada 2016 silam karena merasa sulit menemukan lingerie berkualitas bagus dengan harga yang terjangkau saat kembali ke Indonesia. Selama hampir empat tahun berdiri, Nipplets telah menghadirkan koleksi lingerie dalam berbagai model, ukuran, pola, dan bahan yang berbeda-beda. Mulai dari nightgown, babydoll, bra set, sexy lingerie, crotchless, panties, hingga easy access bra.
Perhatian terhadap isu kepercayaan diri yang dihadapi banyak perempuan, menginisiasi Nipplets untuk meluncurkan kampanye bertajuk ‘Real People Real Body’ (RPRB). Kampanye yang sudah dijalankan sejak Mei 2019 lalu itu bertujuan mengajak perempuan agar lebih menghargai bentuk tubuh yang dimiliki. Selain itu, kampanye ini juga bertujuan agar perempuan bisa tampil nyaman dan percaya diri saat memakai lingerie.
"Banyak yang beranggapan kalau lingerie itu hanya untuk perempuan-perempuan berbadan bagus dan ideal saja. Karena persepsi itulah, perempuan jadi merasa tidak percaya diri saat mengenakan lingerie. Padahal, lingerie itu untuk semua perempuan dengan bentuk tubuh apa pun," ungkap Ida Swasti, kepada kumparanWOMAN saat ditemui di Plaza Indonesia, Jakarta Pusat, pada Rabu (22/1) lalu.
Kampanye ini digagas langsung oleh Ida yang terinspirasi dari curahan hati para pelanggannya tentang pengalaman body shaming. Selain itu, Ida juga menyebut bahwa banyak sekali permintaan dari para pelanggan untuk menunjukkan model-model yang relate dengan kehidupanya.
“Banyak banget yang minta boleh enggak pakai model yang relate sama kita. Soalnya, kalau dipake sama model kan belum tentu bagus juga dipakai sama kita. Dari sana terus aku berpikir, kenapa tidak mencari model atau muses dengan bentuk tubuh yang relate sama perempuan,” lanjut Ida.
Tampilkan ‘Bentuk Nyata’ Perempuan
Kampanye ‘Real People Real Body’ ini sendiri telah berjalan selama tiga musim yang bertepatan dengan perilisan koleksi terbarunya. Kampanye pertama fokus pada body insecurity dan bagaimana menghadapi rasa insecure tersebut. Kampanye yang diluncurkan pada Juli 2019 tersebut menghadirkan perempuan Indonesia dengan berbagai bentuk tubuh; langsing, plus size, mungil dan juga curvy.
Sedangkan kampanye kedua yang bertema ‘Eve dan Queen’, menghadirkan perempuan Indonesia yang berusia 34 tahun hingga 49 tahun yang merupakan ibu-ibu. Terakhir untuk kampanye ketiga yang bertema ‘Positive Vibes di Bali’, Nipplets ingin menyampaikan sebuah pesan bahwa perempuan harus saling empower satu sama lain.
Di kampanye ini juga, Ida berhasil menampilkan bentuk nyata seorang perempuan, tanpa adanya editan atau photoshop. Perempuan-perempuan yang memiliki stretch mark, hiperpigmentasi, jerawat punggung atau dada hingga selulit pun tampil percaya diri mengenakan lingerie.
“Aku selalu bilang ke followers aku bahwa it’s ok punya selulit, because everyone has it. Makanya lewat kampanye ini, aku ingin menunjukkan bahwa perempuan gemuk pun bisa pakai lingerie, perempuan dengan selulit pun bisa tampil cantik dengan lingerie,” lanjut Ida.
Namun, saat menjalankan kampanye ini Ida juga sering mengalami berbagai tantangan. Tantangan tersebut misalnya susah untuk dipromosikan di jejaring media sosial Instagram atau Facebook, karena terkait batasan soal ketentuan foto.
“Selain itu, ada juga haters yang ngata-ngatain dan shaming muse aku. Kayak, kok boobs-nya melorot sih, seperti itu,” tutup Ida.
Meski menghadapi berbagai tantangan, namun Ida merasa puas dan senang karena lewat kampanye ini banyak perempuan menjadi lebih menerima apa yang dimiliki dan otomatis jadi lebih tampil percaya diri, terutama saat mengenakan lingerie.
“Awalnya mereka enggak percaya diri pakai lingerie karena insecure dengan badannya, namun setelah adanya kampanye ini banyak pelangganku yang cerita kalau mereka jadi lebih percaya diri dan menerima bentuk tubuhnya. Bahkan ada juga yang cerita kalau pas pakai lingerie , hubungan sama suaminya jadi lebih intim,” katanya.
Melalui kampanye ini, Ida berharap agar perempuan di Indonesia bisa menerima dan percaya diri dengan bentuk tubuh yang dimiliki. Selain itu, Ida juga berharap agar para perempuan bisa saling support satu sama lain.
“Yang paling menyedihkan itu kalau body shaming justru datang dari perempuan itu sendiri. Makanya dengan kampanye ini, aku berharap para perempuan bisa saling support satu sama lain dan berhenti untuk saling mengomentari atau menyakiti perempuan lain,” tutup Ida.