Grab Kartini Project

Mitos & Fakta Perempuan Bekerja di Industri Teknologi

25 April 2022 16:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ladies, pernah dengar anggapan bahwa perempuan kurang cocok bekerja di industri teknologi? Ya, itu adalah salah satu mitos yang paling sering kita dengar di antara mitos lainnya. Nah, mungkin banyak dari kita yang percaya dengan anggapan tersebut, sehingga akhirnya mengurungkan niat untuk memulai karier di industri teknologi.
Namun berbagai mitos tersebut dipatahkan oleh semakin banyaknya perempuan yang berkarier di industri teknologi. Tidak hanya sukses mengembangkan diri mereka sendiri, kehadiran perempuan di perusahaan teknologi juga ternyata membawa banyak manfaat dan perubahan yang berdampak bagi kehidupan orang lain, terutama perempuan.
(Kiri-kanan) Joyce Gaspersz, Senior Product Operations Management Leader of Grab; Tyas Widyastuti, Director of 2-Wheels & Logistics of Grab Indonesia; Dewi Nuraini, Head of Corporate & Policy Communications of Grab Indonesia; Iki Sari Dewi, Director of Business Jabodetabek of Grab Indonesia; Rivana Mezaya, Director of Business Development Strategy & Special Project of Grab Indonesia. Foto: Panji Indra; Fashion Stylist: Erlangga S. Negoro.
Apa saja biasanya mitos-mitos yang beredar seputar perempuan dan karier di dunia teknologi? Dan bagaimana kebenaran dari mitos tersebut? Hal ini akan dijawab oleh lima pemimpin perempuan di Grab Indonesia

1. Mitos: STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) bukan untuk perempuan, karena banyak perempuan tidak ingin kerja berat.

Fakta:
Senior Product Operations Management Leader of Grab, Joyce Gaspersz, mengatakan bahwa berat atau tidaknya suatu pekerjaan itu relatif, tidak bisa dikotakkan berdasarkan gender.
“Menurutku itu mitos. Karena sekarang ini kita lihat banyak juga perempuan yang tampil di perusahaan teknologi. Mereka cukup profesional dan punya dedikasi tinggi dalam pekerjaannya, termasuk saya,” kata Joyce.
(Kiri-kanan) Rivana Mezaya, Director of Business Development Strategy & Special Project of Grab Indonesia; Fei Liong, Head of New Platform Business of Grab Indonesia; Joyce Gaspersz, Senior Product Operations Management Leader of Grab. Foto: Panji Indra, Fashion Stylist: Erlangga S. Negoro.

2. Mitos: Tidak ada keberagaman di industri teknologi

Fakta:
Head of New Platform Business of Grab Indonesia, Fei Liong, mengatakan bahwa hal ini sepenuhnya mitos. “Kalau kita di Grab, 50 persen dari jajaran pimpinan manajemen adalah perempuan yang datang dari segala macam latar belakang dan pengalaman industri,” ujar Fei.

3. Mitos: Bekerja di bidang teknologi tidak memiliki waktu untuk diri sendiri (me-time)

Fakta:
Director of Business Development Strategy & Special Project of Grab Indonesia, Rivana Mezaya, mengatakan bahwa hal ini adalah mitos, Ladies. Menurutnya, tidak ada salahnya jika seseorang perlu me-time untuk menghasilkan sesuatu yang baik.
“Teknologi itu adalah enabler. Jadi kalau kerja di industri teknologi, budayanya adalah mencari bagaimana bisa membawa hasil yang optimal. Kalau perlu waktu untuk diri sendiri supaya bisa kembali bekerja dengan optimal, ya ambil saja waktu khusus untuk fokus pada diri sendiri,” ungkap Meza.
(Kiri-kanan) Zakyah Eryunia, Head of Data Privacy Office of Grab Indonesia; Dewi Nuraini, Head of Corporate & Policy Communications of Grab Indonesia; Fini Margarina, Head of People Operations of Grab Indonesia. Foto: Panji Indra, Fashion Stylist: Erlangga S. Negoro.

4. Mitos: Bekerja di industri teknologi tidak membutuhkan kreativitas

Fakta:
Head of Data Privacy Office of Grab Indonesia, Zakyah Eryunia, membantah hal ini, Ladies. Kreativitas justru sangat diperlukan untuk menghasilkan karya-karya terbaik.
“Jelas itu mitos, karena kreativitas itu mempunyai peranan penting di dalam perusahaan teknologi. Contohnya di Grab, dengan adanya kreativitas, kita bisa menghadirkan suatu inovasi yang bisa memberikan dampak positif untuk para mitra kami. Contohnya, mitra pengemudi, mitra usaha, dan pengguna Grab melalui teknologi yang kami miliki,” kata Zakyah.

5. Mitos: Bekerja di industri teknologi harus memiliki background pendidikan teknologi

Fakta:
Head of Corporate & Policy Communications of Grab Indonesia, Dewi Nuraini, mengatakan hal ini justru sebaliknya, lho. Ladies yang tidak punya latar belakang pendidikan atau pengalaman di bidang teknologi juga punya kesempatan untuk berkarya di industri ini.
“Sebenarnya di industri teknologi ini sangat terbuka untuk berbagai latar belakang pendidikan dan juga pengalaman. Di Grab sendiri, fungsi yang mendukung operasional perusahaan begitu beragam, mulai dari legal, communications, social media, marketing, bahkan sampai business development. Jadi, jangan khawatir buat teman-teman yang tidak punya latar belakang pendidikan teknologi atau pengalaman di industri teknologi, karena ada kesempatan untuk belajar dan juga di-nurture termasuk di Grab. So, we can also turn our passion into a successful career in tech,” kata Dewi.
Bagaimana, Ladies? Kini, kamu tidak perlu ragu untuk melangkahkan kaki masuk ke industri teknologi dan meraih aspirasi kariermu!
-----------
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama kumparanWOMAN dengan Grab Indonesia. Simak kisah menarik lainnya seputar pemimpin perempuan di Grab Indonesia melalui topik #PercayaPerempuan.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten