Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Najwa Shihab & Alissa Wahid: Saling Dukung adalah Poros Kekuatan Perempuan
21 April 2023 10:03 WIB
·
waktu baca 6 menitNama Alissa Wahid dan Najwa Shihab tentu sudah tidak asing lagi di telinga. Dua perempuan ini aktif menyuarakan pandangan terhadap berbagai isu. Mulai dari politik, sosial, hingga isu-isu perempuan, tak luput dari perhatian keduanya.
Lewat berbagai platform, Alissa dan Najwa konsisten menyatakan bahwa perempuan punya peran besar dalam berbagai sektor.
Najwa misalnya, dalam beberapa konten, ia konsisten menyuarakan bahwa perempuan tak seharusnya dipaksa memilih antara menjadi ibu rumah tangga atau perempuan karier. Selain itu, perempuan 45 tahun ini juga jadi panutan dalam keberaniannya menyuarakan isu-isu politik yang penting bagi publik.
Sedangkan Alissa Wahid yang mengaku tak ingin upayanya dilabeli apa pun, terus berusaha menghadirkan keadilan gender dalam tiap putusan yang ia buat. Dalam pergerakan Gusdurian yang dinaungi olehnya, Alissa juga bekerja keras mewujudkan agar perempuan lebih banyak diberikan kesempatan di ruang publik.
Lalu bagaimana dua perempuan ini memberikan dukungan bagi sesama perempuan lewat kiprahnya masing-masing? Simak penuturan keduanya dalam artikel Role Model kumparanWOMAN yang merupakan bagian dari kampanye #PerempuanSemua bersama Grab Indonesia dan OVO.
Najwa Shihab: Perempuan Harus Saling Mendukung
Sama seperti pertemuan sebelum-sebelumnya dengan Najwa Shihab, Aktivis dan Pendiri Narasi, selalu ada energi positif yang terasa. Dengan pengaruh kuat yang ia miliki, keramahan dan ketulusan yang ia miliki membuat sosoknya sama sekali tidak mengintimidasi.
Dalam wawancara eksklusif di kantornya, kami membicarakan tentang peran ganda dan kekuatan perempuan. Nana, begitu panggilan akrabnya, dengan tegas mengatakan bahwa semua perempuan yang berkarier, pasti memiliki peran ganda.
“Semua perempuan itu punya beban ganda. Perempuan yang berkarier itu pasti ada beban gandanya. Selain menyelesaikan pekerjaan, perempuan juga dituntut menyelesaikan hal-hal yang sifatnya domestik,” ungkap Nana.
Menyadari hal itu, ia menegaskan bahwa seberapa pun besarnya tantangan peran ganda yang dihadapi perempuan, kita pasti bisa melaluinya. Sebab Nana memiliki keyakinan yang besar terhadap kekuatan perempuan.
“Karena saya sendiri tidak pernah merasa berkarya dan menjadi ibu itu dua hal yang saling menegasi. Menurut saya, itu merupakan sesuatu yang dapat saling membuat bahagia kok, baik bekerja di luar rumah dan jadi ibu yang juga merawat anak-anaknya,” pungkasnya.
Keberhasilan Nana dalam menjalani multiperan ini tentu berkat banyaknya dukungan yang ia dapat. Selain keluarga, menurutnya penting untuk mendapat dukungan dari sesama perempuan.
Hal ini ia coba wujudkan lewat platform khusus perempuan. Ini jadi salah satu wadah baginya untuk menghadirkan tempat aman bagi perempuan dalam mengembangkan, mengaktualisasi diri dan menunjukkan dukungan satu sama lain.
Bukan tanpa alasan, menurut riset dari Harvard Business Review tahun 2019, perempuan bisa lebih sukses jika saling mendukung satu sama lain. Riset ini juga menunjukkan bahwa perempuan yang punya inner circle atau pertemanan berisi sesama perempuan, akan lebih mudah mencapai posisi level tinggi dalam bekerja.
Suara Keadilan dari Alissa Wahid untuk Perempuan
Soal perempuan harus saling dukung ini juga diamini oleh Alissa Wahid, seorang aktivis yang kerap menyuarakan soal isu-isu perempuan.
Nama Alissa tentu sudah tidak asing lagi. Ia terkenal aktif di berbagai isu, mulai dari multikulturalisme, demokrasi, gerakan muslim moderat dan Hak Asasi Manusia (HAM).
Sebagai anak sulung dari mantan Presiden Indonesia Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Alissa pun merasa sudah sepatutnya untuk meneruskan perjuangan sang bapak. Salah satunya dengan aktif menyuarakan berbagai isu, termasuk isu perempuan.
kumparanWOMAN berkesempatan untuk berbincang dengan Alissa di tengah aktivitasnya yang padat. Saat itu, Alissa baru saja pulang dari luar kota, ia pun masih sibuk berkoordinasi dengan tim untuk kunjungan ke kota lainnya.
Namun, di tengah kesibukannya itu, Alissa masih berupaya untuk menyapa dengan ramah. Sambil menunggu persiapan set pemotretan, Alissa mempersilakan tim kumparanWOMAN untuk masuk ke dalam ruang kerjanya di Rumah Pergerakan Griya Gusdur yang berlokasi di Menteng, Jakarta Pusat. Terlihat ada banyak koleksi buku dan penghargaan yang didapatkan perempuan 49 tahun itu.
Alissa bercerita bahwa ia terus berusaha untuk memberikan dukungan kepada para perempuan dengan menyuarakan perspektif keadilan.
Kepada kumparanWOMAN, Alissa mengatakan ketika perempuan saling mendukung untuk menyatukan kekuatan, itu bisa membawa perubahan besar. Misalnya yang terjadi di tahun 1928, para perempuan bersatu untuk membuat Kongres Wanita. Ini bertujuan untuk memajukan dan menyatukan cita-cita perempuan.
Salah satu langkah yang dilakukan oleh Alissa dalam menyuarakan isu perempuan adalah dengan mengabdikan diri sebagai ibu masyarakat.
Setelah Gus Dur wafat, Alissa berusaha untuk melakukan konsolidasi masyarakat minoritas. Ia juga menjadi Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Indonesia.
“Setelah Gus Dur wafat, banyak kaum minoritas yang bertanya ‘nanti kalau ada apa-apa pada kami mengadunya ke mana?’. Akhirnya saya banting setir kerja keras untuk kerja pendampingan masyarakat, terutama dalam hal demokrasi dan hak asasi manusia, juga isu perempuan,” ungkap Alissa.
Alissa meyakini, setiap langkah yang diambil sudah berdasarkan perspektif keadilan, termasuk kesetaraan gender. Tidak hanya memperjuangkan kebijakan publik, ia juga terus berusaha untuk membuka ruang bagi perempuan.
“Untuk memperjuangkan hak-hak perempuan, tidak harus dilabeli. Tapi, itu benar-benar ya keluar dari sekujur tubuh dan perilaku kita sehari-hari,” pungkasnya.
Menurut Alissa, perempuan punya banyak sekali keunggulan dan peluang. Maka dari itu, perempuan diharapkan bisa jadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik juga untuk sesama.
Alissa juga percaya, sikap kritis, tidak takut melawan kultur yang tak berlandaskan kemanusiaan dan keadilan adalah salah satu tindakan yang mendukung perempuan untuk terus berkembang.
Pandangan Alissa Wahid soal Perempuan dan Multi Peran
Alissa juga menjadi role model perempuan yang sukses menjalani berbagai peran sekaligus. Selain sebagai istri dan ibu, Alissa juga merupakan seorang pemimpin. Baru-baru ini Alissa dipercaya duduk sebagai Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masa Khidmah 2022-2027.
Hal itu tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Alissa. Kemampuannya dalam memimpin kerap kali dipertanyakan. Namun, ia berusaha terus membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi pemimpin.
“Jadi sebetulnya tantangan yang paling besar saya rasakan karena saya adalah satu dari dua perempuan pertama yang menjadi ketua di Tanfidziyah PBNU, Executive Board di NU dan belum pernah ada perempuan yang masuk ke situ,” kata Alissa.
“Jabatan saya itu sering dipertanyakan banyak pihak. Stigma yang paling tidak enak itu adalah disebut tidak perempuan. Padahal dengan segala ciri saya, ya saya perempuan. Kenapa kok ketika ada perempuan yang tegas, bisa mengambil keputusan dengan tepat, dan bisa memimpin kok disebut ciri laki-laki,” sambung Alissa lagi.
Perempuan dengan banyak peran memang sering dihadapkan dengan tantangan. Alissa pun berharap agar para perempuan bisa bergandengan tangan untuk saling memberikan dukungan.
“Ketika perempuan saling mendukung dan bersatu itu membuat perempuan jadi lebih kuat. Daya dorong perubahan juga akan menjadi sangat besar. Kita perempuan harus bisa jadi yang terbaik untuk diri kita dan memberikan yang terbaik juga untuk lingkungan di sekitar kita,” tukasnya.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama kumparanWOMAN dengan Grab Indonesia & OVO. Simak kisah menarik lainnya seputar perempuan dan isu multiperan melalui topik #PerempuanSemua