Ilustrasi Partisipasi Perempuan di Dunia Bisnis dan Profesio

Pentingnya Mendukung Partisipasi Perempuan di Dunia Bisnis dan Profesional

21 September 2020 12:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Partisipasi Perempuan di Dunia Bisnis dan Profesional Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Partisipasi Perempuan di Dunia Bisnis dan Profesional Foto: Shutterstock
Perjuangan perempuan untuk bisa sejajar dengan laki-laki sudah menempuh perjalanan yang cukup panjang. Meski begitu usaha kaum perempuan terdahulu untuk bisa disejajarkan dengan laki-laki, sedikit demi sedikit mulai membuahkan hasil. Terbukti saat ini sudah banyak perempuan yang dapat merasakan kemajuan. Mulai dari mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, berpartisipasi di ranah publik, hingga memiliki posisi penting sebagai pemangku kebijakan.
Meski hal itu menjadi sebuah kemajuan yang besar, namun nyatanya ketimpangan gender di ranah publik, khususnya di dunia usaha kerja dan profesional masih sangat terlihat jelas. Di Indonesia, hal itu dibuktikan lewat Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Selama tahun 2011 hingga 2015, Sakernas menunjukkan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan berada jauh di bawah laki-laki, yakni berkisar antara 48 hingga 52 persen. Sedangkan, partisipasi angkatan kerja laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan perempuan, yaitu mencapai 83 hingga 84 persen.
Padahal, menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada 2017, persentase penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia hampir berimbang, yaitu 50,24 persen untuk laki-laki dan 49,76 persen untuk perempuan.
Relatif lebih tingginya partisipasi angkatan kerja laki-laki dibanding perempuan, secara tidak langsung merefleksikan adanya berbagai hambatan bagi perempuan untuk kembali masuk atau tetap bertahan dalam angkatan kerja. Beberapa permasalahan seperti kesenjangan remunerasi untuk pekerja laki-laki dan perempuan, ketidaksetaraan peluang bagi perempuan dan laki-laki dalam pengembangan karier profesional, bahkan pelecehan dan kekerasan seksual masih menjadi persoalan dalam berbagai konteks. Beban pekerjaan rumah tangga, serta pengasuhan dan perawatan yang tidak dibayar tiga kali lebih banyak, membuat perempuan memiliki lebih sedikit waktu untuk mengejar peluang ekonomi. Padahal partisipasi perempuan di dunia kerja dan profesional merupakan hal yang sangat penting karena berpotensi meningkatkan perekonomian suatu negara.
Perusahaan konsultan manajemen asal AS, McKinsey & Company dalam laporannya berjudul Women Matter: Time to Accelerate, bahkan menyebut bahwa kontribusi atau partisipasi angkatan kerja perempuan akan secara signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. McKinsey menyebut, semakin tinggi kontribusi angkatan kerja perempuan, maka pertumbuhan ekonomi juga akan semakin tinggi.
Lebih lanjut, McKinsey Global Institute (MGI) dalam laporannya pada tahun 2015 menyebut jika laki-laki dan perempuan berpartisipasi secara setara dalam angkatan kerja, maka bisa menggenjot PDB global tahunan hingga 28 triliun dolar AS pada 2025. Selanjutnya, MGI dalam laporannya di tahun 2018 menyebut bahwa jika kesetaraan gender dalam angkatan kerja di kawasan Asia Pasifik meningkat, maka sekitar 4,5 triliun dolar AS bisa ditambahkan ke masing-masing negara kawasan tersebut pada tahun 2025.

Kontribusi Penting Perempuan di Dunia Wirausaha

Ilustrasi Partisipasi Perempuan di Dunia Wirausaha. Foto: Shutterstock
Partisipasi perempuan di dunia wirausaha bisa memengaruhi pertumbuhan ekonomi ke arah yang positif. Dalam lingkup yang lebih kecil, partisipasi perempuan di ranah tersebut bisa membantu meningkatkan kesejahteraan rumah tangga, menurunkan tingkat kemiskinan, hingga mendapatkan posisi terhormat di masyarakat.
Partisipasi perempuan di dunia usaha kini mulai terlihat seiring dengan bertambahnya jumlah pelaku usaha dari kalangan perempuan. Dulu perempuan kerap diidentikkan sebagai seorang yang mengurusi pekerjaan rumah tangga. Namun seiring dengan berjalannya waktu, kini perempuan bisa berperan dalam perekonomian dengan bekerja di luar rumah sesuai dengan keahlian dan kemampuan yang dimiliki. Perempuan pun semakin mampu memberikan kontribusi yang penting dalam dunia usaha sebagai wirausaha perempuan.
Martha Tilaar Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Di Indonesia, banyak sekali contoh usaha yang diinisiasi perempuan yang mendulang kesuksesan besar. Contohnya adalah dua pebisnis kecantikan Indonesia yang sukses membangun brand mereka menjadi brand besar, yaitu Martha Tilaar yang mendirikan Martha Tilaar Group 50 tahun lalu, dan Nurhayati Subakat yang berhasil mendobrak pasar hijab di Indonesia dengan merek Wardah. Kedua perusahaan ini tak hanya sukses dari sisi bisnis, namun juga terbukti memberi dampak positif bagi perempuan Indonesia melalui beragam komitmen pemberdayaan perempuan yang mereka jalankan. Ini menjadi salah satu bukti bahwa, keterlibatan perempuan di dunia bisnis tidak sekadar demi kepentingan diri sendiri dan perusahaan, namun juga turut memikirkan pengaruh sosial terhadap perempuan.
Selain para pengusaha besar tersebut, banyak lagi perempuan yang menginisiasi bisnis kecil, atau dikenal dengan pengusaha UMKM. Bahkan, partisipasi perempuan dalam sektor tersebut juga terus meningkat dari waktu ke waktu. Menurut data Bank Indonesia, total Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di tahun 2018 mencapai 57,83 juta dengan lebih dari 60% dikelola oleh perempuan (sekitar 37 juta).
Maria Gabriella Isabella, founder Copa de Flores. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Maria Gabriella Isabella, mungkin bisa menjadi salah satu contoh nyata dari partisipasi perempuan di dunia usaha. Lewat sebuah brand fashion bernama Copa de Flores, Maria menyebut bahwa partisipasi dirinya di dunia usaha bukan sekadar untuk meningkatkan kesejahteraan melainkan juga ingin memberdayakan perempuan.
Maria sendiri membangun brand Copa de Flores bersama tujuh orang sahabatnya sejak mereka masih dibangku kuliah. Mereka lalu disatukan dengan visi yang sama, yaitu memberdayakan perempuan melalui kain tenun Sikka, kain tenun khas yang berasal dari Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Adapun, misi dari dibentuknya brand fashion ini adalah untuk membantu menyehatkan mental perempuan korban kekerasan, pelecehan seksual, dan kelompok disabilitas.
Menurut Maria, kegiatan menenun ini tidak hanya bisa menenangkan pikiran, namun juga bisa menjadi mata pencaharian tambahan mereka. “Mereka dibina lewat tenun, Copa membeli produk mereka. Maka itu, mereka suka konsultasi tren fashion dan warna. Jadi kami di sini bantu membangun,” kata Maria saat diwawancarai kumparanWOMAN.

Ketidaksetaraan Gender Jadi Hambatan Perempuan di Dunia Kerja

Suasana pekerja di ruang produksi pabrik rokok PT Digjaya Mulia Abadi (DMA) mitra PT HM Sampoerna, Kabupaten Madiun, Jawa Timur. Foto: Siswowidodo/ANTARA FOTO
Selain di dunia usaha, partisipasi perempuan di dunia kerja dan profesional juga sangat penting. Namun, partisipasi perempuan di ranah tersebut kerap terhambat dengan adanya diskriminasi dan ketidaksetaraan gender yang dialami perempuan. Karena kondisi itu, alhasil banyak sekali perempuan yang bekerja di sektor informal alih-alih bekerja di sektor formal.
Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), sekitar 45 persen pekerja perempuan bekerja di sektor informal dan 62 persen bekerja sebagai buruh temporer, buruh yang tidak dibayar, hingga wiraswasta. Tingginya partisipasi perempuan di sektor informal ini menandakan terbatasnya akses perempuan terhadap peluang pasar tenaga kerja di Indonesia.
Pembantu Rumah Tangga (PRT). Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Pekerjaan informal bagi perempuan memang menimbulkan situasi yang cukup dilematis. Di satu sisi, pekerjaan informal bisa memberikan fleksibilitas, karena perempuan bisa bekerja sambil mengurus rumah tangga. Namun di sisi lain, pekerjaan informal mengindikasikan kurangnya keterjaminan pekerjaan, upah yang rendah, serta keterbatasan terhadap pelatihan profesional dan promosi karier dibandingkan dengan pekerjaan di sektor formal.
Meski begitu, bukan berarti pekerjaan formal juga tidak akan menghadapi sebuah kendala. Pada kenyataannya, para perempuan juga sering menghadapi bentuk ketidaksetaraan gender saat bekerja di sektor formal. International Labour Organization Bureau for Employers Activities pada 2015, menyebut bahwa perempuan kerap menemui kendala saat ingin mencapai posisi teratas di sebuah perusahaan, seperti CEO atau Direktur. Sementara, studi yang dilakukan Taniguchi dan Tuwo (2014) mengatakan bahwa perempuan kerap dihadapkan dengan kesenjangan saat memperoleh gaji. Di mana studi itu menyebut bahwa gaji pekerja perempuan 30,8 persen lebih rendah dibanding gaji laki-laki di Indonesia.

Dampak Positif Keberadaan Perempuan di Industri

Ilustrasi Keberadaan Perempuan di Industri. Foto: Shutterstock
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, partisipasi dan pemberdayaan perempuan di dunia usaha, tempat kerja atau profesional, hingga komunitas sangat penting untuk menangani beberapa masalah serta kendala tersebut. Selain itu, partisipasi perempuan di tempat kerja juga bisa membawa manfaat positif bagi karyawan dan juga keberlangsungan bisnis. Hal itu didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Qian (2016) yang menyebut bahwa perusahaan yang setidaknya memiliki satu perempuan di jajaran eksekutif (posisi penting perusahaan), memiliki kinerja bisnis yang lebih tinggi.
Sari Safianti Managing Director Rhenus Logistic Indonesia Foto: dok.Sari Safianti
Sependapat dengan studi tersebut, Sari Safianti Country Manager Rhenus Project Logistic, menyebut bahwa keberadaan perempuan di dalam sebuah industri memang bisa membantu meningkatkan perekonomian.
Pada intinya, partisipasi perempuan di dunia usaha, tempat kerja, hingga komunitas merupakan hal yang sangat penting. Namun, hal itu harus didorong oleh kesetaraan gender. Wujud dari kesetaraan gender sendiri adalah tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan laki-laki dalam kesempatan berpartisipasi, memperoleh akses dan merasakan manfaat dari pembangunan nasional.

Upaya Mendorong Dunia Usaha & Profesional yang Dukung Kemajuan Perempuan

Komitmen untuk mendukung kesetaraan gender dan partisipasi perempuan di dunia usaha, tempat kerja ini menjadi perhatian besar oleh lembaga PBB yang bekerja untuk pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender, UN Women. Bersama dengan UN Global Compact, UN Women menginisiasi sebuah prinsip bernama Women’s Empowerment Principles (WEPs) yang dapat diadopsi oleh perusahan dan pengusaha. WEPs sendiri terdiri dari seperangkat prinsip yang menawarkan panduan bagi dunia bisnis untuk mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di tempat kerja, usaha, serta komunitas.
Lebih lanjut Iriantoni mengatakan bahwa di Indonesia saat ini prinsip WEPs ini sudah diadopsi oleh 22 perusahaan, yang terdiri dari perusahaan nasional maupun multinasional dari berbagai bidang usaha, dengan harapan akan ada lebih banyak perusahaan yang berkomitmen untuk menjalankan ini.
“Kami juga menjalin kemitraan dan berkolaborasi dengan berbagai jaringan bisnis yang memiliki komitmen dalam mendorong kesetaraan gender di tempat kerja, di antaranya Indonesia Business Coalition on Women’s Empowerment (IBCWE), dan Indonesia Global Compact Network (IGCN). Bersama mitra-mitra ini, kami ingin mendorong lebih banyak perusahaan terlepas dari ukuran dan sektor mereka untuk turut serta menjadi penandatangan WEPs dan menerapkannya,” tambahnya.
UN Women 2020 Asia-Pacific WEPs Awards Foto: asiapacificwepsawards
Sebagai cara untuk memperkuat penerapan prinsip WEPs ini, UN Women pun menggelar sebuah inisiatif penghargaan yang disebut The UN Women 2020 Asia-Pacific WEPs Awards atau WEPs Awards. WEPs Awards sendiri merupakan inisiatif penghargaan pertama di Asia-Pasifik, termasuk di Indonesia, yang memberikan apresiasi bagi dunia usaha, termasuk UMKM dan perusahaan dari berbagai ukuran dan sektor atas kontribusinya dalam isu pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender.
Melalui WEPs Awards, UN Women akan memberikan penghargaan bagi perusahaan di 6 kategori terkait pemberdayaan perempuan; seperti Kepemimpinan, Tempat Kerja yang Inklusif Gender, Tempat Usaha yang Responsif Gender, Pelibatan Komunitas & Industri, dan Respons terhadap COVID-19 yang sensitif gender.
“Di Indonesia, penghargaan ini akan dibagi dalam dua fase. Fase pertama adalah WEPs Awards level nasional, di mana kami akan memilih pemenang di level negara pada tanggal 18 November. Kemudian, pemenang dari Indonesia akan otomatis masuk untuk seleksi di level regional, dan hasilnya akan diumumkan pada acara puncak penghargaan di tanggal 10 Desember,” papar Iriantoni.
UN Women 2020 Asia-Pacific WEPs Foto: asiapacificwepsawards
Ladies, bila perusahaanmu telah membuat berbagai terobosan dan kebijakan yang inklusif gender, ini adalah saat untuk menunjukkannya kepada konsumen, pegawai, dan masyarakat yang lebih luas. Daftarkan perusahaanmu di UN Women Asia Pacific WEPs Awards sebelum 12 Oktober 2020 dengan mengunjungi situs https://www.asiapacificwepsawards.org/apply
Artikel ini merupakan kerjasama kumparanWOMAN dengan UN Women dalam mengampanyekan pentingnya pemberdayaan perempuan di bidang ekonomi. Untuk artikel menarik lainnya kunjungi collection Perempuan Bicara Kerja.
----
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten