Peran Komnas Perempuan dalam Memastikan Transportasi Online Aman untuk Perempuan

24 Januari 2022 18:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komnas perempuan pastikan transportasi online aman bagi perempuan. Foto: Dok. Grab
zoom-in-whitePerbesar
Komnas perempuan pastikan transportasi online aman bagi perempuan. Foto: Dok. Grab
Moda transportasi online saat ini jadi andalan banyak orang, terutama yang tinggal di perkotaan. Selain praktis karena bisa langsung dipesan lewat smartphone, harga yang ditawarkan untuk satu kali perjalanan juga masih terbilang terjangkau.
Di sisi lain, kekhawatiran kerap dirasakan pengguna maupun mitra pengemudi transportasi online, terutama bagi para perempuan. Ya, kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan penyedia layanan ride-hailing tak lantas membuatnya bebas risiko.
Beberapa kasus kekerasan seksual pada penumpang perempuan dan mitra pengemudi masih sering dijumpai. Tingginya mobilitas masyarakat bahkan hingga malam hari seakan menjadi celah bagi para pelaku untuk melancarkan aksinya.
Hal ini pun diakui oleh Komisi Nasional Anti-Kekerasan terhadap Perempuan, Komnas Perempuan. Perempuan masih menjadi kelompok yang sangat rentan terhadap tindak pelecehan, baik kekerasan fisik; serangan psikis dengan cara berkomentar tentang tubuh, bersiul, hingga menggoda; maupun kekerasan seksual seperti pencabulan dan pemerkosaan.
Kondisi ini juga disebabkan oleh minimnya kesadaran dan pemahaman masyarakat untuk mewujudkan lingkungan yang aman bagi perempuan, tak terkecuali saat menggunakan transportasi online. Komisioner Komnas Perempuan, Veryanto Sitohang, pun mengungkapkan bahwa perusahaan teknologi ride-hailing harus ikut mengambil langkah serius melalui kebijakan dan kode etik pelayanan.
Komisioner Komnas Perempuan, Veryanto Sitohang. Foto: Dok. Grab
“Kami terus memberikan masukan kepada pelaku bisnis dalam menciptakan kebijakan dan mengimplementasikan upaya pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada perempuan. Kami juga melakukan upaya-upaya kolaboratif dan strategis dengan beberapa perusahaan termasuk para penyedia layanan ride-hailing mulai dari pencegahan, penyusunan kebijakan, pembekalan Tim Penanganan Kasus, hingga pelatihan anti-kekerasan seksual,” ungkap Veryanto.
“Kami berharap transportasi online dapat memastikan perlindungan terhadap penumpang dan mitra pengemudi khususnya perempuan termasuk rasa aman terhindar dari kekerasan seksual,” sambungnya.
Sebagai salah satu penyedia layanan ride-hailing terbesar di Indonesia, Grab pun mengembang tanggung jawab besar untuk memastikan keamanan penggunanya yang mencapai lebih dari sembilan juta mitra pengemudi dan puluhan juta pengguna di Asia Tenggara.
“Sejak awal berdiri, Grab menempatkan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan penumpang sebagai prioritas utama. Untuk itu kami akan terus memperkuat protokol keamanan melalui teknologi pendukung keamanan pada aplikasi, seleksi mitra pengemudi secara ketat, pencegahan sejak dini dan penanganan melalui pembekalan dan pelatihan anti-kekerasan seksual,” tegas Director of Central Public Affairs, Tirza R. Munusamy.
Grab secara aktif menjalin komunikasi dan kerja sama dengan Komnas Perempuan untuk mendapatkan masukan dalam upaya keselamatan bagi penumpang dan mitra pengemudi perempuan.
“Masukan-masukan itulah yang menjadi acuan kami dalam membuat kebijakan dan kode etik, setidaknya ada 40 kode etik mitra pengemudi GrabBike dan GrabCar beserta dengan sanksi yang diterapkan jika melanggar, misalnya sopan santun dan etika berkendara dan keamanan penumpang,” tambah Tirza.
Sejak hadir di Indonesia, Grab juga berkomitmen menginvestasikan pendapatan perusahaan yang diperoleh dari mitra pengemudi dan pengguna untuk menunjang keselamatan, keamanan serta kenyamanan penumpang dan mitra pengemudi melalui empat pilar strategi yang terintegrasi pada layanan Grab. Di antaranya teknologi pendukung keamanan pada aplikasi Grab, seleksi mitra pengemudi yang ketat, pencegahan—melalui pembekalan dan pelatihan—, serta sistem penanganan insiden yang perspektif korban.
Selain memberikan pembekalan dan pelatihan mengenai anti-kekerasan seksual secara berkala, Grab memastikan proses seleksi mitra pengemudi dilakukan secara ketat untuk pencegahan potensi kekerasan sejak dini. Menurut Grab, mitra pengemudi merupakan garda terdepan dalam memberikan layanan berkualitas serta perlindungan kepada penumpang perempuan.
Salah satu mitra pengemudi Grab, Kevin Tambalaen, pun mengakui tidak mudah untuk menjadi mitra GrabCar karena harus melalui berbagai tahapan seleksi mitra dan pelatihan untuk memberikan pelayanan berkualitas.
“Saya sudah tujuh tahun jadi Grab driver. Saya bersyukur, karena untuk jadi mitra driver GrabCar itu susah banget, persyaratannya banyak dan ada beberapa tahapan, mulai dari periksa berkas-berkas, kendaraan saya juga diperiksa kelayakannya. Pas masuk ada pembekalan, topiknya banyak, termasuk pencegahan kekerasan seksual. Enggak cuma itu, ada kode etik yang harus saya ikuti, ada sanksi juga kalo melanggar. Saya dapat rejeki dari penumpang, otomatis saya juga harus melindungi penumpang, apalagi perempuan. Ya sama saja kaya saya melindungi keluarga, ke penumpang juga begitu,” jelas Kevin.
“Saya dan teman-teman driver GrabCar melindungi penumpang karena saya juga enggak mau keluarga saya mengalami kekerasan, apalagi kekerasan seksual. Kita juga dilatih bagaimana caranya kalau mengalami kekerasan, ada fitur Pusat Bantuan di aplikasi Grab, jadi penumpang dan driver terlindungi,” tambah Kevin.
Bagi GRAB, teknologi canggih pada layanan ride-hailing tak sekadar dirancang untuk memudahkan serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Melalui keterlibatan banyak pihak, mulai dari perusahaan teknologi penyedia layanan ride-hailing, pemerintah, lembaga terkait, mitra pengemudi hingga masyarakat umum, teknologi juga bisa menjadi solusi untuk mewujudkan transportasi online yang aman, khususnya bagi perempuan.