Perempuan India & Bangladesh Disiram Cairan Asam karena Tolak Ajakan Nikah

21 Februari 2020 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan di India. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan di India. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sebuah film dokumenter tentang kisah perempuan penyintas serangan cairan asam di India baru saja dirilis pada awal Januari 2020 lalu. Dokumenter bertajuk 'Chhapaak' ini digarap oleh sutradara Meghna Gulzar dan diproduseri oleh aktris Deepika Padukone.
ADVERTISEMENT
Film yang dalam Bahasa Inggris berarti splash atau dalam Bahasa Indonesia berarti percikan ini berkisah tentang kasus penyiraman cairan asam pada Laxmi Agarwal, aktivis sekaligus penyintas serangan cairan asam (Acid attack) di India. Perempuan 29 tahun ini diserang dengan cairan asam setelah menolak tawaran menikah dari seorang pria pada 2006 lalu. Sebuah peristiwa yang sepertinya sudah akrab terjadi pada perempuan India.
Acid attack atau serangan cairan air asam sendiri merupakan sebuah serangan yang dilakukan oleh sekelompok pria atau perorangan yang menyiram perempuan dengan cairan senyawa kimia pada bagian wajah. Serangan ini dilakukan bukan untuk membunuh sang korban, namun untuk membuat korban malu seumur hidup sebab sudah menolak tawaran pernikahan yang diajukan. Oleh karena itu, kebanyakan perempuan yang menjadi korban mengalami luka bakar di bagian wajah dan tubuh bagian atas.
ADVERTISEMENT
“Serangan asam adalah tindakan terencana yang dirancang untuk menjelekkan, melukai dan membutakan, tetapi tidak untuk membunuh. Sering kali niat pelaku adalah agar korban tetap selamat tetapi menderita cacat di wajahnya agar dikucilkan di lingkungan masyarakat. Sebab para pelaku percaya bahwa kecantikan merupakan hal yang sangat berarti bagi para perempuan,” ungkap Jaf Shah, Direktur Eksekutif Acid Survivors Trust International (ASTI).
Di tahun 2013, ASTI, sebuah organisasi non-profit asal Inggris yang berfokus menghentikan tindak kekerasan menggunakan cairan asam, mengatakan bahwa ada 1.000 kasus penyiraman cairan asam terhadap perempuan terjadi di India tiap tahunnya. Angka tersebut membuat India menjadi salah satu negara dengan angka kasus penyiraman cairan asam tertinggi di dunia.
Tak hanya India, kekerasan cairan asam terhadap perempuan juga banyak terjadi di negara tetangganya Bangladesh. Untuk mengatasinya, pemerintah Bangladesh mengeluarkan undang-undang yang membatasi penjualan, penggunaan, dan penyimpanan cairan asam. Memang secara jumlah, kasus tersebut tiap tahunnya berkurang. Melansir Vogue Arabia, data terbaru menunjukkan bahwa saat ini di Bangladesh kurang lebih terdapat 100 kasus penyiraman terjadi tiap tahunnya. Meski secara jumlah sudah berkurang, tetapi kekerasan tersebut tetap menghantui banyak perempuan, baik di India maupun di Bangladesh setiap harinya.
ADVERTISEMENT
Menurut ASTI, kebanyakan kasus tidak terdata dengan baik lantaran perempuan cenderung takut melaporkan kejadian penyiraman yang mereka alami. Oleh karena itu, film 'Chhapaak' sengaja dibuat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kasus ini, serta mendorong banyak perempuan agar lebih berani melaporkan kasus penyiraman cairan asam yang mereka alami.
Sebab, kasus tersebut menorehkan trauma yang begitu mendalam pada setiap korbannya. Memang, luka di wajah mereka lambat laun akan sembuh dan membaik. Para perempuan India yang menjadi korban ini bahkan sudah banyak belajar untuk menerima kondisi tubuh mereka apa adanya. Namun yang membuat para perempuan ini merasa sedih dan tidak rela adalah tidak adanya perubahan signifikan yang terlihat. Banyak orang masih mendapatkan akses mudah terhadap cairan asam dan para pelaku tidak ditindak hukum sebagaimana mestinya.
ADVERTISEMENT