Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Frasa women supporting women alias ‘perempuan saling dukung’ kini mungkin hampir terlalu sering dipakai. Mungkin, bagi sebagian orang, ucapan tersebut sekadar kalimat berisi janji-janji manis. Namun, nyatanya, di balik tiga kata tersebut, tersimpan hal unik yang hanya bisa tampak lewat aksi nyata: kekuatan perempuan.
Berpuluh, bahkan beratus tahun lamanya, perempuan hidup di dalam bayangan. Entah bayang-bayang keraguan terhadap diri sendiri, rasa takut untuk membuktikan diri, hingga diskriminasi berbasis gender di berbagai bidang.
Ini ditambah dengan kompetisi tidak sehat di antara perempuan, yang semakin membuat sinar perempuan kian meredup. Dewasa ini, kisah-kisah perempuan yang saling menjatuhkan, menghina satu sama lain, dan tidak menghargai pilihan masing-masing sudah menjadi bacaan sehari-hari.
Perempuan menyalahkan korban pelecehan seksual; perempuan menyabotase pekerjaan rekan kerjanya; sampai mengomentari keputusan perempuan soal pilihan pribadi seperti ingin menikah atau tidak menikah, melahirkan normal atau secara caesar, adalah sedikit dari bentuk women not supporting women, atau perempuan tidak saling mendukung.
Mengapa masih ada perempuan yang tidak saling dukung?
Dikutip dari Forbes, penulis asal Amerika Serikat, Pat Heim, menciptakan satu istilah bernama Power dead-even rule.
Ini bermakna sebuah budaya tak kasat mata yang menyatakan bahwa kuasa dan kepercayaan diri antara perempuan harus seimbang. Jika keseimbangan tersebut terganggu—seperti satu perempuan bisa naik jabatan atau status ketimbang lainnya—tak jarang perempuan lainnya akan membicarakan hal-hal buruk di belakangnya.
Selain itu, emotional intelligence (EQ) juga berperan besar dalam women not supporting women. Perempuan dengan empati dan kompetensi hubungan interpersonal yang kurang baik mungkin akan kurang menjalin hubungan baik dengan perempuan lainnya.
Perempuan multiperan dan masyarakat
Satu hal yang tentunya tidak bisa dilupakan soal perempuan adalah perannya di masyarakat. Perempuan, dengan seluruh kekuatannya, tidak hanya memiliki satu peran; mereka memiliki banyak peran (multiperan).
Ada perempuan meniti karier menuju masa depan gemilang. Ada perempuan yang memilih untuk mengambil peran sebagai seorang homemaker atau mengurus rumah tangga.
Banyak yang menjalani dua peran utama sekaligus, bekerja dan juga mengurus rumah tangga. Bahkan, tak sedikit juga perempuan yang menjalani lebih dari dua peran: bekerja, mengurus rumah tangga, membangun bisnis, menimba ilmu lanjutan sambil mengurus orang tua.
Dengan berbagai peran tersebut tentu hadir rentetan tantangan. Bagaikan bangunan tanpa fondasi kokoh, jika tidak memiliki support system yang baik, perempuan selayaknya manusia pada umumnya bisa runtuh kapanpun.
Di sinilah women supporting women menjadi sangat krusial. Terkadang, perempuan tidak selalu memerlukan dukungan fisik. Dukungan emosional dari sesama perempuan sering kali sudah lebih dari cukup.
Ketika perempuan saling memahami, mereka bisa menjadi wadah untuk menguatkan satu sama lain. Sesi curhat dan bercerita hingga kata-kata pendukung seperti, “You got this!” Atau “Aku paham apa yang kamu rasakan” merupakan contoh kuat dari konsep women supporting women yang dikemas dalam bentuk sederhana.
Bagaimana dengan dukungan fisik bagi para perempuan? Banyak stakeholder yang dengan gigih bertekad untuk menjadi salah satu pihak yang turut serta mendukung perempuan dalam ranah ini. Salah satunya adalah Grab Indonesia dan OVO.
Grab Indonesia dan OVO berupaya menjadi salah satu support system bagi para perempuan untuk berkembang dalam setiap peran yang dijalani, dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung perempuan untuk berkarya dan menghadirkan beragam dukungan inovasi teknologi sehingga perempuan juga semakin berdaya.
Sejalan dengan kampanyenya pada momen Hari Kartini 2023, #PerempuanSemua Satukan Kekuatan, Grab Indonesia dan OVO kembali menegaskan dukungannya untuk sesama perempuan.
“Kami ingin memberikan dukungan kepada sesama perempuan agar mampu menjalankan multiperan, di tengah tantangan ekstra yang dihadapi mereka termasuk selama Ramadhan dan Lebaran,” ucap Country Managing Director of Grab Indonesia, Neneng Goenadi, kepada kumparanWOMAN.
“Grab bersama OVO ingin mengingatkan kita semua, bahwa perempuan semua bisa dan perempuan bisa semua. Ini adalah hal yang sering kali dilupakan,” tegasnya perempuan yang sudah menakhodai Grab Indonesia sejak 2019 ini.
Neneng menjelaskan, dukungan yang diberikan oleh Grab selama meliputi pemberian jam kerja yang fleksibel bagi para karyawannya, cuti hamil selama empat bulan didukung cuti suami saat istri melahirkan selama dua minggu, penyediaan ruang laktasi di kantor Grab bagi ibu menyusui.
Kehadiran dan kontribusi perempuan sangat kental di dalam ekosistem Grab, mulai dari mitra pengemudi, UMKM hingga karyawan. Pada 2022, data menunjukkan bahwa 60 persen konsumen Grab Indonesia adalah perempuan. Mereka berkontribusi hingga 70 persen ke semua transaksi.
Selain itu, lebih dari 50 persen perempuan mendominasi posisi kepemimpinan Grab Indonesia. Para pemimpin perempuan tersebut hadir di lintas divisi, mulai dari manajemen hingga operasional. Bersama dengan rekan laki-laki, mereka menciptakan serangkaian fitur dan layanan yang dinikmati oleh para konsumen dan mitra.
Pentingnya women supporting women
Perempuan berdaya jika diberikan kesempatan untuk menunjukkan potensinya. Menurut Neneng Goenadi, perempuan memiliki kekuatan khas yaitu mengimbangi otak dengan hati, berorientasi pada detail dan lihai mengerjakan dua atau lebih pekerjaan secara sekaligus atau multitasking.
“Saking sudah terbiasanya, kelebihan tersebut kadang terlupakan. Di sini kita ingin mengingatkan sesama perempuan untuk memanfaatkannya sebagai 'kekuatan super' khas kita, yang akan memungkinkan kita mencapai begitu banyak hal,” ungkap Neneng.
Menurut Neneng, lewat kekuatan tersebut, perempuan akan mampu memberikan dukungan kepada sesama perempuan termasuk bagi perempuan yang memiliki multiperan. Sebab, lewat saling dukung, perempuan bisa memenuhi tanggung jawab mereka dengan baik.
“Bagi saya, tantangan yang dihadapi oleh perempuan termasuk peran ekstra selama Ramadan ini dapat diatasi dengan dukungan dari keluarga dan sesama rekan kerja, perempuan, agar semua pekerjaan dan tanggung jawab dapat terselesaikan dengan baik,” ucap Neneng.
Dengan potensi besar yang dimiliki, bisa dibayangkan betapa besarnya kekuatan perempuan apabila mereka mendukung satu sama lain. Sudah banyak contohnya, baik di Indonesia maupun dunia.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, turut mengemukakan pandangan terkait ini dalam wawancara eksklusif bersama kumparanWOMAN.
Bintang juga menyebutkan bahwa perempuan Indonesia, termasuk mereka yang memiliki multiperan, memiliki peran besar dalam pembangunan. Baginya, ketika perempuan berdaya, perempuan bisa memajukan keluarga, lingkungan, hingga akhirnya memajukan bangsa dan negara.
“Makanya, untuk bisa mewujudkan peran perempuan dalam pembangunan ini, dibutuhkan kontribusi banyak tangan. Untuk bisa mendukung, perempuan bisa berpartisipasi dalam pembangunan itu sendiri. Untuk mewujudkan perempuan berdaya, anak terlindungi, Indonesia maju,” tegas Bintang.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama kumparanWOMAN dengan Grab Indonesia & OVO. Simak kisah menarik lainnya seputar perempuan dan isu multiperan melalui topik #PerempuanSemua