Pertama dalam Sejarah, Menteri Perempuan Terbanyak di Afrika Selatan

31 Mei 2019 19:00 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Patricia de Lille, Menteri Pekerjaan Umum Afrika Selatan. Foto: AFP/RODGER BOSCH
zoom-in-whitePerbesar
Patricia de Lille, Menteri Pekerjaan Umum Afrika Selatan. Foto: AFP/RODGER BOSCH
ADVERTISEMENT
Perempuan kembali mencetak sejarah dunia. Setelah Amerika Serikat yang hampir setengah anggota kongresnya adalah perempuan, kini giliran perempuan Afrika Selatan yang menunjukkan gaungnya pada sektor pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Pada Rabu (29/5), Presiden Cyril Ramaphosa mengumumkan kepada dunia bahwa 50 persen dari anggota kabinetnya adalah perempuan.
"Untuk pertama kalinya dalam sejarah negara kami, setengah dari semua menteri adalah perempuan," ungkap pemimpin berusia 66 tahun itu dalam pidato yang disiarkan secara langsung di televisi ibukota Johannesburg, Afrika Selatan, seperti dikutip dari CNN.
Seluruh perempuan anggota kabinet ini akan dilantik pada Kamis (30/5) waktu Afrika Selatan bersamaan dengan menteri baru lainnya.
Salah satu perempuan yang ditunjuk sebagai menteri adalah Patricia de Lille. Mantan Walikota Cape Town ini dipilih sebagai menteri pekerjaan umum oleh Presiden Cyril.
Meski banyak mendapat pujian dari masyarakat Afrika Selatan dan dunia, namun langkah berani Presiden Cyril ini juga menuai banyak kritikan dari berbagai kritikus politik.
ADVERTISEMENT
Xolani Dune, seorang analis politik dari Institute of Research and Development yang berbasis di Durban, Afrika Selatan, mengatakan bahwa penunjukan kekuasaan politik tetap harus didasari dari rekam jejak prestasi dan kinerja masing-masing.
Patricia de Lille, Menteri Pekerjaan Umum Afrika Selatan. Foto: AFP/Phill Magakoe
"Banyak nama perempuan yang diumumkan presiden telah sejak lama duduk di pemerintahan. Kita perlu bertanya pada diri sendiri, perubahan seperti apa yang dicari dalam negara ini. Kita perlu memperkenalkan perempuan muda yang memiliki pandangan berbeda tentang pemerintahan di Afrika Selatan," ungkap Xolani Dube seperti dikutip dari CNN.
Kritikan Xolani itu didasari karena beberapa anggota kabinet perempuan yang dipilih merupakan orang-orang lama. Misalnya Nkosazana Dlamini-Zuma (70), salah satu politisi paling kuat di Afrika Selatan dan telah memegang jabatan menteri di berbagai pemerintahan sejak 1994. Di tahun 2019 ini, ia kembali sebagai menteri pemerintahan koperasi dan urusan tradisional. Selanjutnya ada Thoko Didiza yang kembali menjabat sebagai menteri pertanian. Jabatan sama yang telah ia pegang selama delapan tahun di bawah naungan mantan Presiden Thabo Mbeki.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, dominasi perempuan dalam pemerintahan Afrika Selatan ini patut diapresiasi dan menjadi contoh bagi negara lainnya, juga Indonesia yang sebentar lagi akan memiliki kabinet baru di pemerintahan periode kedua Presiden Jokowi, Mengupayakan kesetaraan gender adalah hal penting yang harus dilakukan oleh pemerintah. Sebab, keterlibatan perempuan dianggap sangat penting dalam memajukan perekomonian suatu negara.