Putus Cinta di Tengah Pandemi Corona Terasa Lebih Menyiksa, Ini Alasannya

24 April 2020 19:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi putus cinta  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi putus cinta Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Apa yang biasanya dilakukan setelah mengalami putus cinta? Sebagian orang memilih untuk meratapi nasib dan bersedih sejenak, sebagian lagi mencari dukungan dengan bercerita ke orang terdekat, bahkan ada pula yang melampiaskannya dengan berbelanja atau memesan makanan sebagai distraksi agar tidak larut dalam kesedihan.
ADVERTISEMENT
Namun, di saat pandemi Corona seperti sekarang ini, mengalami putus cinta terasa lebih menyiksa dan menyakitkan. Bayangkan saja, ketika semua orang menjalani masa karantina dan social distancing, pusat perbelanjaan ditutup dan tidak diperbolehkan untuk berkumpul ramai-ramai, kita seolah merasa kehilangan 'distraksi' yang bisa membuat kita cepat move on.
Ilustrasi putus cinta Foto: Shutterstock
Akhirnya, kita harus tetap berada di rumah yang justru malah membuat diri semakin bersedih dan mengingat-ingat luka lama. Meskipun sebenarnya kita bisa bercerita pada keluarga atau teman melalui telepon atau video call, namun hal itu tidak cukup bisa menggantikan kehadiran mereka dengan bertatapan secara langsung.
Melihat hal ini, psikolog klinis asal Amerika Serikat, Dr. Carla Marie Manly, mengatakan bahwa putusnya hubungan asmara tidak terlalu membuat trauma ketika hidup kita disibukkan dengan berbagai kegiatan dan aktivitas. Tetapi pasalnya, hal ini tidak berlangsung ketika kita sedang dalam masa karantina.
ADVERTISEMENT
"Kendala pandemi virus Corona telah membuat banyak orang merasa terkurung, terputus dengan kerabat dan terjebak di tempatnya masing-masing," jelas Dr. Carla seperti dikutip dari Elite Daily.
Psikolog klinis lainnya, Dr. Aimee Daramus mengatakan, biasanya saat kita putus cinta, selalu ada satu atau dua orang teman dekat yang menemani kita, untuk sekadar menenangkan atau memeluk kita saat menangis. Tetapi, di tengah pandemi Corona ini, hal tersebut sangat tidak mungkin untuk dilakukan mengingat adanya imbauan social distancing.
Selain itu, mungkin saja kerabat kita juga tengah terkena dampak dari Corona sehingga mereka tak mungkin selalu ada saat kita membutuhkannya. Bisa saja, mereka juga tengah merasa stres karena masalah kesehatan, finansial, ataupun kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Karena semua hal inilah, tak heran bila mengalami putus cinta di tengah pandemi Corona justru terasa lebih menyakitkan. Namun untungnya, ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi patah hati meski kita harus berjuang seorang diri.
Saat ini, ada banyak tenaga kesehatan mental profesional, seperti psikolog atau terapis yang bisa memberikan konseling secara online. Kita pun bisa melakukan beberapa sesi terapi agar lebih tenang dan tidak stres.
Ilustrasi perempuan sedih susah move on. Foto: Shutterstock
Tetapi jika kita tak memiliki akses untuk melakukan terapi, jangan bersedih. Selalu ada dukungan dari kerabat dan teman-teman meski hanya melalui video call.
Dr. Carla juga menegaskan pentingnya melakukan self-care setelah mengalami putus cinta, terlebih lagi di masa karantina seperti ini. Ia menyarankan untuk melakukan yoga, meditasi, membaca buku atau melakukan hal apapun yang membuat diri lebih bahagia.
ADVERTISEMENT
"Coba tulis cerita tentang diri Anda pada sebuah jurnal. Tuangkan semua hal yang Anda rasakan dan jadikan jurnal itu sebagai tempat aman Anda dalam mencurahkan perasaan," demikian tuturnya.
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.