Riset: Ternyata Banyak Pasangan yang Putus saat Valentine

14 Februari 2020 11:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi putus cinta  Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi putus cinta Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Hari kasih sayang atau Valentine identik dengan romansa dan juga cinta. Momen ini biasanya dimanfaatkan oleh sebagian orang untuk mengungkapkan perasaan mereka dan menghabiskan waktu bersama dengan orang-orang yang disayang.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata, bagi beberapa orang Valentine tak selalu berakhir indah dan juga romantis. Sebab menurut sebuah sebuah riset, Valentine justru menjadi momen bagi beberapa pasangan untuk mengakhiri hubungannya.
Melansir Your Tango, riset yang dikumpulkan oleh perancang informasi asal Inggris, David McCandless dan Lee Byron pada 2014 lalu itu menyebut bahwa saat Valentine banyak pasangan yang memutuskan untuk berpisah.
Untuk menyimpulkan hasil temuan tersebut, keduanya mengumpulkan 10.000 pembaruan status Facebook dengan keyword ‘break up’ atau ‘broken up’ selama satu tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa banyak pasangan mengakhiri hubungannya dalam kurun waktu seminggu menjelang Valentine dan juga beberapa minggu setelahnya.
Pertanyaannya, kenapa banyak pasangan memilih untuk putus saat Valentine? Simak penjelasannya berikut ini.
ADVERTISEMENT

1. Tekanan akan ekspektasi

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock
Hari Valentine biasanya identik dirayakan dengan ritual saling memberi hadiah dengan orang terkasih. Karena itulah, beberapa pasangan memiliki ekspektasi yang tinggi soal apa yang mereka inginkan dan harapkan dari pasangannya saat Valentine tiba (baik itu soal hadiah hingga perhatian). Namun sayangnya, ketika ekspektasi itu tidak sesuai dengan yang diinginkan, maka bisa menimbulkan kekecewaan dan akhirnya memicu perpisahan.

2. Perbandingan dalam media sosial

Ilustrasi kecanduan sosial media. Foto: Shutter Stock
Bukan rahasia lagi kalau kini media sosial menjadi tempat bagi seseorang untuk membagikan semua pengalaman pribadinya; baik itu soal makanan, hadiah, tempat berlibur, hingga keintiman hubungan. Namun sayangnya, beberapa hal yang ditunjukkan di media sosial terlalu berlebihan dan tak sesuai dengan apa yang terjadi di kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Sebuah studi yang dilakukan oleh psikolog asal Kanada Dr. Marian Morry dan Tamara Sucharyna, menemukan bahwa pasangan yang membandingkan kehidupan dan juga hubungannya dengan apa yang mereka lihat di media sosial sangat rentan memicu depresi. Selain itu, studi yang diterbitkan dalam jurnal Computers in Human Behavior itu juga menyebut bahwa membandingkan kehidupan dengan orang lain di media sosial juga bisa memicu seseorang untuk menuntut pasangannya agar bisa memenuhi keinginan mereka.
Menurut Dr. Marian Morry dan juga Tamara Sucharyna, harapan-harapan dan tuntutan yang tidak realistis bisa memicu pertengkaran dan pada akhirnya menyebabkan perpisahan.

3. Hubungan sudah dalam keadaan krisis

Ilustrasi pasangan bertengkar. Foto: Shutterstock
Alasan terakhir kenapa pasangan bisa putus juga disebabkan karena hubungannya sudah mengalami berbagai masalah sebelum Valentine. Selain itu, kehadiran Valentine juga bisa menambah besarnya harapan dan ekspektasi (baik itu soal hadiah hingga perhatian) yang membuat pasangan akhirnya memilih untuk berpisah.
ADVERTISEMENT
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh psikolog dan peneliti asal Amerika Serikat, Dr. John Gottman, ketika pasangan tidak membuat tindakan atau tawaran emosional untuk hubungannya, maka kemungkinan hal itu bisa menimbulkan rasa kecewa (pada saat hari Valentine) dan memicu pertengkaran besar hingga akhirnya perpisahan.