Role Model: Kombes Pol Nurul Azizah Bicara soal Karier hingga Tugas Jubir Polri

3 September 2022 10:39 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kabagpenum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Nurul Azizah. Foto: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Kabagpenum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Nurul Azizah. Foto: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, jabatan Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Kepolisian RI dipegang oleh seorang polwan. Posisi sebagai juru bicara Polri ini diduduki oleh Kombes Pol Nurul Azizah, seorang polwan asal Ambarawa, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Kabar ini berhasil menarik perhatian masyarakat. Sebab, sejak kelahiran profesi polwan pada 1948, ini menjadi kali pertama polwan menjabat sebagai jubir Polri—posisi yang sangat krusial. Artinya, butuh waktu 74 tahun hingga akhirnya polwan bisa berada di titik ini.
Ditunjuknya Nurul Azizah oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit pada Juni lalu merupakan hal yang patut dibanggakan. Ini membuktikan bahwa perempuan pun dapat dipercaya untuk bertanggung jawab atas posisi pemimpin yang berat. Dan benar saja, Nurul Azizah menjalani profesinya ini tanpa main-main.
Kombes Pol Nurul Azizah memiliki latar belakang pendidikan yang tidak kaleng-kaleng: S1 di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK), S2 di Universitas Indonesia, dan S3 di Universitas Negeri Jakarta. Kemudian, ibu tiga anak ini tak hanya berprofesi sebagai seorang polwan, tetapi juga tenaga pendidik.
Kabagpenum Divhumas Polri Nurul Azizah menyampaikan terkait saksi dalam sidang kode etik Ferdy Sambo di Gedung TNCC Polri, Jakarta, Kamis (25/8/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Bagi Ladies yang penasaran dengan sosok role model ini, kumparanWOMAN berkesempatan untuk berbincang-bincang dengan Nurul Azizah seputar karier, polwan, hingga pandangannya soal kepemimpinan oleh perempuan dalam institusi Polri. Simak perbincangan hangat kami dalam rubrik Role Model kumparanWOMAN berikut ini, ya.
ADVERTISEMENT

Bagaimana perjalanan karier Anda, dari awal bergabung dengan kepolisian hingga bisa dipercaya memegang jabatan Kabagpenum Divhumas Polri?

Nurul Azizah (NA): Karier saya dulu diawali dengan bertugas di Mabes ABRI di bagian personel—kalau sekarang mungkin nama bagiannya Sumber Daya Manusia. Kemudian, setelah di Mabes ABRI, setelah reformasi (selepas reformasi tahun 1998), kita dikembalikan ke Polri. Di Polri, saya bertugas di Srena Polri (Staf Kapolri Bidang Perencanaan Umum dan Anggaran), kemudian di PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian), kemudian ke Srena Polri lagi, kemudian ke SSDM Polri (Staf Kapolri Bidang Sumber Daya Manusia).
Kemarin, sebelum menjadi Kabagpenum, saya menjabat sebagai Kaprodi (Kepala Program Studi) S3 di STIK (Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian), baru menjadi Kabagpenum di Divisi Humas Polri.

Mengapa Anda memutuskan untuk menjadi Polwan?

NA: Dulu ketika masih SMA, kita tahu bahwa ada profesi yang tidak hanya bisa diikuti oleh laki-laki, tetapi juga bisa diikuti oleh perempuan. Saya dulu ingin mengabdi kepada bangsa dan negara, dan idealnya, melalui jalur kepolisian yaitu Polwan. Kebetulan, Polri menerima anggota Polwan untuk menjadi anggota dari organisasinya.
Karo Penmas Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadan dan Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Nurul Azizah saat Konferensi Pers di Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (30/6/2022). Foto: Nugroho GN/kumparan

Apa yang menginspirasi Anda untuk menjalani profesi ini?

ADVERTISEMENT
NA: Dulu ada film Police Academy, di sana ada tokoh Polwannya. Nah, di situ saya terinspirasi, “Oh, jadi seperti ini, ya, gambaran Polwan di film tersebut.” Oleh karena itu, saya pun terinspirasi; ternyata tidak hanya laki-laki yang bisa menjadi polisi. Perempuan pun bisa mengabdikan dirinya menjadi anggota Polri, yaitu menjadi seorang Polwan.
Lalu, kebetulan di desa saya juga ada SPN (Sekolah Polisi Negara) di Banyubiru, Semarang. Adanya SPN itu juga menginspirasi saya untuk menjadi seorang anggota Polri.

Sebelum menjabat sebagai Kabagpenum, Anda merupakan seorang dosen utama di STIK dan juga menjabat sebagai Kaprodi S3 di STIK. Apa topik yang Anda ajarkan saat itu?

NA: Sebelumnya, saya merupakan dosen utama, saya mengajar manajemen sumber daya manusia. Kemudian, saya juga membantu—bisa dikatakan sebagai asisten dosen—di penelitian.

Anda kini menjabat sebagai Kabagpenum. Artinya, apakah Anda masih menjadi Kaprodi dan dosen, atau sudah fokus menjadi Kabagpenum Divhumas Polri saja?

NA: Sebenarnya, profesi dosen itu melekat. Walaupun kita menjadi apa pun, kita tetap bisa mengajar, karena saya juga sudah memiliki nomor induk khusus yang terdaftar di Dikti. Namun, saya tidak lagi menjabat sebagai Kaprodi, karena itu jabatan struktural. Otomatis, setelah saya menjabat sebagai Kabagpenum, jabatan yang sebelumnya sudah dilepas dan digantikan orang lain.
ADVERTISEMENT
Beberapa anggota Polri ada yang menjadi dosen, tetapi kita bisa tidak mengajar. Namun, jika kita diminta mengajar? Kalau waktunya ada, bisa saja [kita mengajar]. Kapanpun ada permintaan mengajar, jika sesuai dengan kompetensi atau bidang yang kita tekuni, itu bisa.
Kabagpenum Divhumas Polri Nurul Azizah menyampaikan terkait saksi dalam sidang kode etik Ferdy Sambo di Gedung TNCC Polri, Jakarta, Kamis (25/8/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan

Anda pernah jadi Kaprodi, menjadi dosen, dan kini menjadi Kabagpenum. Posisi atau profesi mana yang lebih Anda sukai?

NA: Menjadi dosen dan Kabagpenum adalah dua hal yang berbeda; masing-masing memiliki tantangan tersendiri. Menurut saya, dua hal ini bisa kita sinergikan. Ketika saya menjadi Kabagpenum, modal saya saat menjadi dosen bisa saya bawa untuk melaksanakan tugas saya yang sekarang.
Menjadi Kabagpenum ini merupakan hal baru, tetapi Alhamdulillah, saya ada modal dari profesi dosen dulu. Tentunya, saat ini saya juga harus banyak belajar untuk bisa segera beradaptasi dengan tugas yang baru.
ADVERTISEMENT

Anda mengatakan, setiap pekerjaan pasti ada tantangannya. Seperti apa tantangan yang dihadapi sebagai Kabagpenum?

NA: Sebagai Kabagpenum, saya berhadapan dengan media. Apa yang kita sampaikan melalui media, akan disampaikan kepada masyarakat umum. Artinya, di dalam menyampaikan segala sesuatu, harus didukung dengan data dan fakta, sehingga yang disampaikan ke masyarakat bisa diterima dengan baik dan bisa bermanfaat untuk masyarakat, dan kita memberikan kontribusi kepada organisasi.

Bicara soal tantangan, apakah Anda pernah menemui tantangan di masyarakat atau keluarga, akibat profesi sebagai seorang Polwan?

NA: Alhamdulillah, sepanjang ini tidak ada. Anggota keluarga saya mendukung, jadi tidak ada masalah. Pun dari tetangga, tidak ada ucapan aneh, semuanya mendukung. Tidak ada hambatan yang berarti.
Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Nurul Azizah di Bareskrim Polri, Jakarta Selatan, Selasa (28/6). Foto: Nugroho GN/kumparan

Mungkin, banyak orang yang belum paham terkait tugas-tugas seorang Polwan, terutama yang sudah berpangkat cukup tinggi. Seperti apakah tugas dari seorang Polwan?

NA: Untuk tugas polisi, tidak ada dibedakan antara tugas polwan dan tugas polisi laki-laki. Tugas dan fungsi polisi itu diatur dalam Struktur Organisasi Tingkat. Kalau di Mabes, berarti Struktur Organisasi Tingkat Mabes. Kalau saya di Kabagpenum, ada struktur organisasi tingkat mabes. Di sana dijelaskan apa saja tugas pokok dan fungsi sebagai Kabagpenum. Lalu, untuk Polwan dengan pangkat Pamen (Perwira Menengah) di Polda (Kepolisian Daerah), ada struktur organisasi tingkat Polda.
ADVERTISEMENT
Jadi, tidak dibagi-bagi “tugas polwan itu seperti ini.” Tugas pokok dan fungsinya sudah diatur; tergantung jabatan dan posisinya, mau itu dijabat oleh laki-laki atau perempuan, tugasnya sama.

Sebagai Kabagpenum, apa saja tugas Anda sehari-hari?

NA: Sekarang kita ada doorstop dan rilis. Di sini, doorstop maupun rilis bisa dilakukan oleh Kadiv Humas (Kepala Divisi Humas), Karopenmas (Kepala Biro Penerangan Masyarakat), ataupun oleh Kabagpenum. Namun, untuk internal, tugas-tugas pokok dan fungsi yang dijalani di Bagian Penerangan Umum sehari-hari adalah memberikan informasi terkait organisasi Polri kepada masyarakat. Bisa melalui media koran, media televisi, dan sebagainya.

Selama menjadi seorang Polwan, apakah Anda pernah dihadapkan dengan tugas yang sangat berat dan menantang?

NA: Kita tidak bisa memilih; semua tugas yang diberikan kepada anggota Polri pasti menantang. Yang penting adalah bagaimana kita mengelola tugas itu, sehingga kita bisa mengerjakan dengan baik. Kita dituntut untuk selalu belajar, segera menguasai apa yang kita kerjakan, sehingga kita bisa berkontribusi secara maksimal.
Kabagpenum Divhumas Polri Nurul Azizah menyampaikan terkait saksi dalam sidang kode etik Ferdy Sambo di Gedung TNCC Polri, Jakarta, Kamis (25/8/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Jadi, saya tidak menimbang pekerjaan mana yang lebih menantang dibandingkan pekerjaan lainnya. Sebab, saya menganggap semua pekerjaan yang diberikan kepada kami adalah pekerjaan yang menantang, sehingga kita berupaya agar bisa menguasai dan melaksanakannya dengan maksimal.
ADVERTISEMENT

Dengan profesi dan kesibukan Anda, bagaimana cara Anda untuk menyeimbangkan waktu profesional dengan waktu pribadi untuk keluarga?

ADVERTISEMENT
NA: Kegiatan sehari-hari sudah jelas, ya. [Berangkat] dari pagi, dengan tuntutan pekerjaan, bisa [bekerja] sampai malam. Kita mengikuti dinamika pekerjaan itu secara maksimal. Bicara soal waktu yang benar-benar untuk keluarga, ada hari Sabtu dan Minggu. Kemudian, untuk quality time, bisa sepulang kerja. Selalu disempatkan untuk berkomunikasi dengan keluarga.

Bicara soal posisi Anda sebagai Kabagpenum, bagaimana Anda memaknai posisi Anda sebagai seorang pemimpin perempuan?

NA: Saya memandang bahwa seorang pemimpin itu adalah seorang perempuan yang mendapatkan amanat dari pimpinan, rekan sejawat, masyarakat, dan anak buah kita. Oleh karenanya, dalam melaksanakan kepemimpinan itu, saya harus memegang prinsip: Saling asah, saling asih, dan saling asuh.
Saling asih, berarti kita mengerti empati, bertanggung jawab, berkomunikasi dengan baik, menerima saran dan masukan. Saling asah, artinya sebagai orang baru, tentu saya banyak menimba ilmu dari rekan sejawat, menerima petunjuk dan arahan pimpinan, kemudian sharing, sehingga saya bisa mendapatkan masukan dari teman-teman. Saling asuh, artinya kami saling menghargai satu sama lain, sehingga satu pekerjaan bisa dilakukan secara bersama-sama dan untuk bisa berkontribusi kepada organisasi.
Kabag Penum, Kombes Nurul Azizah dalam Konferensi Pers Divisi Humas Polri, Senin (8/8). Foto: Zamachsyari/Kumparan

Adakah tantangan yang Anda temui dalam menjadi seorang pemimpin perempuan di institut Polri?

ADVERTISEMENT
NA: Sejauh ini, situasi kondusif. Sebab, dalam lingkungan organisasi saya, saya menerapkan saling asih, asah, dan asuh.

Seperti apa gaya kepemimpinan Anda?

NA: Saya menerapkan kesetaraan. Saya berdiskusi; kalau ada permasalahan, saya lempar dan minta pendapat. Kemudian, saya memimpin dengan sifat keperempuanan dan keibuan, tetapi tetap bertanggung jawab. Saya juga memberikan motivasi, supaya kita selalu berpikir positif dan ikhlas dalam melaksanakan tugas.

Anda memiliki gaya kepemimpinan yang mengedepankan empati. Menurut Anda, apakah Polri memerlukan lebih banyak pemimpin dengan gaya kepemimpinan seperti ini?

NA: Menurut saya pribadi, perlu. Salah satu unsur dalam memimpin di Polri adalah memiliki empati, rasa kesetaraan. Polisi, kan, pelayan masyarakat. Artinya, kita tidak boleh lebih tinggi dari masyarakat, karena kita setara. Kita berempati, paham apa yang diinginkan oleh masyarakat dalam aturan yang ada. Memimpin tidak hanya sebagai orang yang dilayani, tetapi justru melayani.
Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Pol Nurul Azizah. Foto: Reno Esnir/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
NA: Perempuan secara umum sabar. Ketika menghadapi segala sesuatu, emosi tidak dikedepankan. Selain menggunakan rasional dan logikanya, perempuan juga menggunakan hatinya. Kemudian, menurut saya, perempuan memiliki etos kerja yang luar biasa. Kita bisa lihat, bagaimana perempuan yang sudah berkeluarga bisa menangani anak-anaknya, dan di saat yang bersamaan menangani pekerjaan di kantor. Kita memiliki jiwa ketahanan.
Perempuan juga mudah berkolaborasi, memiliki keluwesan dalam membangun jaringan, pintar dalam membangun kepercayaan, dan punya keleluasaan dalam komunikasi, baik itu lisan maupun tulisan.

Jumlah polwan yang menjadi pemimpin di instansi Polri terbilang masih sedikit. Apakah sulit bagi perempuan/polwan untuk mendaki jenjang karier di Polri dan meraih posisi pemimpin?

NA: Untuk meraih posisi bagi anggota polwan, saat ini Bapak Kapolri memberikan seluas-luasnya kesempatan untuk pengembangan kapasitas maupun karier. Saya yakin, dari tahun ke tahun, Polri sudah berbenah untuk memberikan kesempatan kepada Polwan menduduki posisi-posisi strategis.
ADVERTISEMENT
Kalau dikatakan sulit, itu sebenarnya sesuai dengan kompetensi. Kalau memang yang bersangkutan memiliki kompetensi dan performa yang baik, saya yakin, pimpinan akan memberikan kesempatan. Jadi, tidak ada perbedaan dalam pembinaan karier. Pengembangan kapasitas juga diberikan kesempatan yang sama.

Sebagai salah satu pemimpin perempuan, adakah perubahan yang Anda harap bisa dibuat untuk para polwan?

NA: Pasti ada. Saat ini saya menjabat sebagai Kabagpenum. Ke depan, saya ingin polwan yang bisa menjabat Kabagpenum bukan hanya saya. Saya ingin penerus-penerus kami juga bisa menduduki jabatan ini dan juga jabatan lain. Namun, kembali lagi, mereka menjadi pemimpin tanpa mengurangi kualitas dan persyaratan yang sudah disyaratkan; tetap harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas yang akan diemban.
Kabag Penum Divisi Humas Polri, Kombes Pol Nurul Azizah. Foto: Nugroho GN/kumparan

Apa pesan Anda bagi para perempuan Indonesia yang bercita-cita menjadi seorang pemimpin atau polwan?

NA: Jika ada yang ingin menjadi Polwan, persiapkan diri secara maksimal. Polwan tidak hanya dituntut kecerdasan akademik, tetapi juga dituntut kecerdasan secara emosional. Polwan juga harus sehat secara fisik maupun mental. Lalu, tentu harus memiliki attitude yang baik.
ADVERTISEMENT
Bagi perempuan yang ingin menjadi pemimpin, dia harus selalu tegas. Kemudian, tanggung jawab harga mati. Kemudian lengkapi lagi dengan empati, kesetaraan, stabilitas emosional, sabar, serta mampu mengomunikasikan segalanya dengan baik.

Apakah ada tips bagi para perempuan untuk menjadi pribadi yang kuat dan tangguh?

NA: Jika berkaitan dalam hal pekerjaan, caranya adalah menerima segala pekerjaan atau tanggung jawab dengan ikhlas dan senang hati. Ketika kita senang dan ikhlas, akan menimbulkan pengaruh positif pada diri kita sendiri, sehingga semua tugas yang diberikan bisa dilaksanakan dengan baik. InsyaAllah, kita akan tahan dengan segala guncangan.