

Waktu menunjukkan pukul 1 siang ketika Luna Maya tiba di Pan Pacific Hotel, Jakarta. Artis multitalenta itu menyapa ramah setiap orang, melempar senyum lebar sembari menanyakan kabar kami satu per satu. Seolah dirinya lupa bahwa beberapa jam lalu ia baru saja landing dari Yogyakarta, setelah menghabiskan 23 hari di Kota Gudeg itu untuk shooting film terbarunya. Bahkan di antara jadwalnya yang sangat padat, siang itu Luna tetap datang on time.
Inilah Luna Maya, sosok yang profesionalitasnya telah mengantarkannya menjadi figur yang tak lekang oleh waktu di dunia hiburan selama hampir tiga dekade. Karier gemilangnya dimulai di dunia modeling saat ia masih remaja, ketika pada tahun 1999 ia meraih Juara 3 (Favorit) dalam ajang pencarian model majalah Aneka Yess!. Ia kemudian merambah ke dunia entertainment, menjadi presenter, hingga akhirnya sukses sebagai aktris papan atas. Dari layar kaca hingga layar lebar, Luna terus membuktikan dirinya sebagai salah satu figur paling berpengaruh di industri hiburan Tanah Air.
Tak hanya bersinar di dunia hiburan, Luna Maya juga telah lama merambah dunia bisnis. Sebelum terjun ke industri kecantikan, ia lebih dulu mengembangkan lini fashion dengan mendirikan Luna Habit, sebuah brand pakaian yang mencerminkan gaya modern dan dinamis. Kepekaannya terhadap tren dan kecintaan pada industri kreatif terus membawanya bereksplorasi. Pada 2019, Luna mengambil langkah baru sebagai beautypreneur dengan mendirikan NAMA Beauty, brand kecantikan lokal yang mengusung konsep autentik dan inovatif.
Langkah ini menegaskan dedikasinya untuk terus berkembang dan tetap relevan di tengah dinamika industri yang terus berubah. Dengan semangat dan komitmen yang kuat, Luna bukan hanya ikon entertainment, tetapi juga inspirasi bagi banyak orang yang ingin berinovasi dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
Simak perbincangan kumparanWoman dengan Luna mengenai perjalanan kariernya, tantangan dalam mempertahankan eksistensi, serta visinya dalam membangun NAMA Beauty sebagai brand kecantikan lokal yang autentik dan berkelanjutan.
Banyak orang melihat Luna Maya sebagai sosok yang selalu relevan di industri hiburan. Apa sih kuncinya?
Luna Maya (LM): Alhamdulillah. Menurut aku, kuncinya adalah jangan pernah berhenti belajar dan jangan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai dalam karier. Selalu mencoba untuk beradaptasi, berkolaborasi, dan mencari teman baru, meskipun usianya di bawah kita.
Bukan soal 'nebeng' atau 'pansos', tapi lebih kepada belajar. Memahami apa yang disukai generasi sekarang, apa yang mereka bicarakan, tonton, dan sukai atau tidak sukai—kita belajar dari situ. Jadi, menurut aku, jangan pernah berhenti belajar, selalu eksplorasi hal baru, dan jangan takut dengan perubahan.
Setelah sekian tahun di dunia entertain, beberapa tahun terakhir Luna fokus ke beauty industry sebagai enterpreneur, apa yang membuat Luna yakin untuk melangkah ke dunia bisnis kecantikan?
LM: Sebenarnya, aku sudah mulai berbisnis sejak 2007, tapi masih belajar. Sampai sekarang pun aku masih belajar dan mencari yang terbaik untuk bisnis ini—apa kesalahannya, kelebihannya, dan kekurangannya.
Jadi ya, kalau ditanya soal kenapa memulai bisnis kecantikan , it's just about time aja. Karena bisnis ini sangat dekat dengan pekerjaan aku di dunia hiburan. Setiap hari aku berurusan dengan makeup, fashion, dan lifestyle. Ini adalah sesuatu yang nggak asing, jadi aku berpikir, setiap hari pakai makeup dan skincare, why not explore?
Bisa jelaskan tentang NAMA Beauty dan apa yang membedakan NAMA Beauty dengan brand kecantikan lainnya?
LM: Kalau ditanya bedanya apa dengan brand lain, aku rasa bedanya terletak di nilai dan keunikan yang ingin kami berikan kepada konsumen, yaitu praktis dan efektif.
Aku sendiri pernah melewati fase skincare berlapis-lapis yang katanya bisa bikin kulit lebih sehat. Tapi jujur, aku nggak selalu punya waktu buat itu semua. Ada hari-hari di mana aku cuma ingin sesuatu yang simpel, cepat, tapi tetap efektif. Sesuatu yang bisa bikin aku merasa dan terlihat lebih baik tanpa harus menghabiskan banyak waktu.
Dari situlah Nama Beauty tercipta. Aku ingin menghadirkan produk kecantikan—baik kosmetik maupun skincare—yang praktis, efektif, dan nggak mengorbankan hasil. Simpel bukan berarti kurang efektif, justru kami percaya bahwa dengan formula yang tepat, perawatan bisa jadi lebih efisien. Tagline kami, "Simple, Better Self-Care" mewakili visi ini.
Apakah brand NAMA juga mengusung konsep berkelanjutan? Seperti apa komitmen NAMA Beauty terhadap isu ini?
LM: Kalau ditanya apakah Nama Beauty sudah 100% atau 50% sustainable? Jawabannya belum. Aku nggak mau memberi jawaban yang terdengar manis dan sempurna, karena kenyataannya membangun keberlanjutan itu butuh proses panjang. Tapi satu hal yang pasti: sustainability adalah komitmen kami.
Kami paham masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Misalnya, penggunaan 100% recycled packaging belum bisa sepenuhnya kami terapkan. Salah satu alasan utamanya adalah biaya yang masih tinggi, sementara pelanggan tetap menginginkan harga beauty product yang terjangkau.
Meskipun begitu, kami nggak tinggal diam. Kami terus berusaha melakukan perubahan dengan langkah-langkah nyata. Contohnya, kami bekerja sama dengan Waste Management Waste4Change, di mana pelanggan bisa membuang botol bekas—bukan hanya dari produk kami, tapi dari merek apa pun—di flagship store kami agar bisa dikelola dengan lebih bertanggung jawab. Mungkin saat ini kontribusi kami baru kecil, bahkan hanya 1%, tetapi kami percaya bahwa setiap langkah berarti.
Lalu tantangan terbesar apa yang Luna hadapi sebagai seorang beautypreneur?
LM: Uncertainty dan fenomena fast beauty. Konsep fast beauty ini mirip dengan fast fashion—di mana brand terus-menerus merilis produk baru dalam waktu singkat, mendorong konsumen untuk selalu membeli yang terbaru. Secara bisnis, fast beauty memang menarik karena brand bisa terus meluncurkan produk baru setiap bulan. Tapi bukan arah itu yang ingin aku ambil.
Aku ingin mengajak pelanggan untuk lebih mindful dalam memilih produk kecantikan. Jangan sampai kita hanya tergoda oleh tren. Dengan kesadaran ini, aku berharap konsumen bisa lebih bijak dalam merawat kulit, bukan sekadar membeli produk terbaru, tapi benar-benar memahami apa yang mereka butuhkan.
What was the best advice and the worst one you ever received dalam perjalanan karier Luna baik di dunia entertain dan beautypreneur?
LM: I think the best advice is from my mom, ya. Pertama, kindness is my religion. Apapun agamanya I think you should be kind. Kedua, stay healthy and be conscious dengan apapun yang kita makan, kita pakai. Harus mindful dan sadar dengan apapun itu. Terlihat simple tapi susah banget untuk dilakukan. Termasuk juga harus tidur cukup. Ini juga susah untuk diikutin. Tapi advice itu yang selalu aku dengar: kamu harus istirahat, harus egois sama diri sendiri.
The worst advice is: "Orang sukses itu hanya mereka yang start when they're young." It can be true, tapi a lot of big names justru memulai kesuksesannya di usia lanjut. Mungkin itu bukan worst advice, tapi jangan dengarkan advice yang bilang bahwa orang sukses itu hanya mereka yang mulai bekerja di usia muda. Banyak kok yang bisa menggapai kesuksesan di usia lanjut. Mungkin bukan soal usianya, kata kuncinya adalah never give up-nya. Tekun, disiplin, nggak gampang nyerah. Resilien.
Menjadi salah satu sosok selebriti paling dikenal di Indonesia, memiliki bisnis yang sedang berkembang, bagaimana Luna mendefinisikan sebuah kesuksesan?
LM: Sukses buat aku adalah kalau aku sudah mencapai satu titik yang aku anggap sebagai goal-ku. Untuk saat ini, aku masih bilang aku belum sukses. Tapi, and again, bukan tidak bersyukur, bukan tidak melihat perjalanan yang kemarin ini tidak ada artinya—sangat-sangat luar biasa. Tapi goal aku masih jauh. Aku ngelihatnya per lima tahun, gitu. Kayak, "Oke, aku dalam lima tahun harus ini, harus ini, harus ini."
Banyak perempuan Indonesia mengidolakan Luna sebagai role model mereka. Bagaimana Luna memandang hal tersebut dan apa pesan yang ingin Luna sampaikan kepada mereka yang look up ke Luna?
LM: Sejujurnya, sampai detik ini aku nggak pernah merasa bahwa aku adalah seorang role model. Tapi aku merasa sangat bersyukur dan terhormat kalau ada yang melihat aku seperti itu. Aku hanya bisa berharap yang mereka lihat adalah hal-hal yang baik. Karena, jujur saja, aku juga punya banyak kekurangan. Aku bukan sosok yang sempurna, aku juga punya sisi negatif seperti manusia lainnya.
Sering kali, yang paling menghambat kita adalah pikiran kita sendiri, overthinking yang tidak ada habisnya. Sebagai perempuan, kita sering kali berpikir dengan perasaan yang bercampur aduk. Tapi percaya deh, pikiran bisa kita latih.
Kalau kita terus menerus meragukan diri sendiri, dunia pun akan melihat kita dengan cara yang sama. Sebaliknya, kalau kita bisa meyakini bahwa kita punya nilai yang ingin kita berikan ke dunia, maka lama-lama orang lain juga akan melihat dan menghargai itu. Jangan remehkan diri sendiri, karena kita jauh lebih kuat dari yang kita bayangkan.
Now, sebagai seorang beautypreneur, can you share us your beauty secret?
LM: Menurut aku, kesehatan kulit atau bagaimana seseorang terlihat lebih tua atau lebih muda dari usianya itu nggak cuma soal skincare, tapi juga soal asupan makanan dan pikiran.
Aku pernah ada di situasi yang membuat aku stres luar biasa, sampai rasanya dunia runtuh. Tapi aku berhasil melewati itu, dan saat aku melihat ke belakang, aku sadar bahwa kuncinya adalah mengelola stres dengan baik. Selalu berpikir positif: "Hari ini nggak enak, tapi besok pasti lebih baik." Diulang terus, sampai jadi mindset.
Dari sisi makanan, sebisa mungkin hindari gorengan. Aku tahu itu enak banget—aku juga suka! Tapi kalau bisa dikurangi, lebih baik. Minum air juga penting. Hal simple lain: masker wajah jadi salah satu trik aku kalau lagi malas skincare-an. Atau tinggal pakai Hydra Booster dari Nama Beauty. Cukup bawa satu produk yang multifungsi, bisa dipakai kapan aja, di mana aja.