Sejarah Kebaya Janggan, Busana yang Dipakai Dian Sastrowardoyo di Gadis Kretek

8 November 2023 19:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dian Sastrowardoyo mengenakan kebaya janggan di serial Gadis Kretek. Foto: Netflix
zoom-in-whitePerbesar
Dian Sastrowardoyo mengenakan kebaya janggan di serial Gadis Kretek. Foto: Netflix
ADVERTISEMENT
Dian Sastrowardoyo tampil memukau di serial Gadis Kretek. Ia berperan sebagai Dasiyah yang juga akrab disapa Jeng Yah. Penampilannya kala menghidupkan tokoh tersebut menjadi perbincangan, salah satunya karena ia mengenakan kebaya janggan yang tidak sedemikian populer di masyarakat umum.
ADVERTISEMENT
Kemunculan kebaya janggan di serial Gadis Kretek dianggap dapat semakin membangkitkan tren perempuan berkebaya. Terlebih, beberapa figur publik, seperti Franka Makarim, Adinia Wirasti, Marsha Timothy, hingga Yuni Shara, terlihat memakai kebaya itu dalam beberapa waktu terakhir.
Lantas, seperti apa sejarah kebaya janggan? Simak selengkapnya, sebagaimana dirangkum kumparanWOMAN berikut ini.

Sejarah kebaya janggan

Dian Sastrowardoyo mengenakan kebaya janggan di serial Gadis Kretek. Foto: Netflix
Kebaya janggan pertama kali muncul sekitar 1830-an, menjelang akhir Perang Diponegoro. Kebaya ini kerap dikenakan oleh Ratna Ningsih, istri Pangeran Diponegoro, untuk menyembunyikan patrem atau senjata keris putri di baliknya saat mendampingi sang suami berperang melawan kolonial Belanda.
Desain kebaya janggan terinspirasi dari model seragam militer Eropa pada saat itu; memiliki kerah tinggi hingga menutupi leher, namun tidak memiliki kancing. Hal ini membuat kebaya janggan tampak berbeda dengan desain kebaya pada umumnya yang memiliki leher rendah.
ADVERTISEMENT
Kebaya janggan juga terlihat menyerupai surjan atau pakaian jas khas laki-laki Jawa. Kendati demikian, kebaya janggan merupakan pakaian untuk perempuan, ya, Ladies.
Dian Sastrowardoyo mengenakan kebaya janggan di serial Gadis Kretek. Foto: Netflix
Umumnya, kebaya janggan berwarna hitam atau gelap yang memiliki makna khusus, yakni menggambarkan karakter ketegasan, kesederhanaan, dan kedalaman. Selain itu, warna gelap kebaya tersebut juga menonjolkan sifat keputrian yang suci dan bertakwa.
Janggan berasal dari kata jangga yang bermakna 'leher' dalam bahasa Jawa. Kata ini melukiskan keindahan dan kesucian kaum perempuan Jawa, khususnya mereka yang tinggal di keraton.
Kebaya janggan sering digunakan oleh perempuan keraton saat acara penting, seperti upacara. Busana tersebut juga menjadi seragam para abdi dalem putri hingga saat ini.