Sejarah Kelam Pelecehan Seksual di Mesir Setiap Hari Raya Idul Fitri

23 Mei 2020 20:20 WIB
comment
17
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang wanita berjalan melewati mural yang menggambarkan pesan pelecehan anti-seksual "Selamatkan jalan dari pelecehan" di jalan raya di Kairo, Mesir, Senin (03/09/2018). Foto: REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
zoom-in-whitePerbesar
Seorang wanita berjalan melewati mural yang menggambarkan pesan pelecehan anti-seksual "Selamatkan jalan dari pelecehan" di jalan raya di Kairo, Mesir, Senin (03/09/2018). Foto: REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan di seluruh dunia seharusnya disambut dengan sukacita dan bahagia. Namun di Mesir, ada satu masa kelam di mana perayaan Idul Fitri dijadikan sebagai hari untuk melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan.
ADVERTISEMENT
Entah sejak tahun berapa kejadian ini mulai terjadi setiap Idul Fitri, namun melansir BBC, kasus pelecehan seksual yang dilakukan pada Idul Fitri mulai banyak tercatat pada 2006 lalu. Kasus ini pertama kali dilaporkan secara online oleh seorang blogger yang melihat gerombolan laki-laki tengah melakukan pelecehan kepada perempuan berhijab, bahkan memaksa untuk melepaskan pakaiannya di tengah jalan di kota Kairo.
"Kami melihat perempuan dikejar-kejar oleh laki-laki, bajunya sobek. Ia masuk ke dalam restoran. Tak lama kami melihat ada seorang perempuan dikerubungi oleh sekelompok laki-laki yang ingin memukulnya, dia masuk ke dalam gedung. Perempuan lainnya masuk ke dalam taxi setelah dikejar-kejar, tapi taxi tidak bisa jalan karena dikerubungi oleh mereka. Aku tidak mau mengingat kejadian ini lagi," ujar salah satu saksi yang sempat diwawancarai BBC pada 2006 lalu.
ADVERTISEMENT
Suasana ricuh ini sangat menghancurkan hati dan mental para perempuan yang menjadi korban. Mereka disentuh tanpa izin, bahkan pakaian mereka hampir dilucuti. Walau mereka berusaha meminta tolong kepada pihak berwajib, namun polisi yang ada di sana hanya berdiri dan menyaksikan kejadian tersebut tanpa membantu.
Ilustrasi pelecehan seksual Foto: Nugroho Sejati/kumparan
Kurangnya pengawasan dan bantuan polisi setempat menjadikan pelecehan seksual di Mesir sebagai kasus yang tak terlihat dan dianggap angin lalu. Hingga pada tahun-tahun berikutnya, kejadian ini akhirnya harus terulang kembali dan memakan lebih banyak korban yang mayoritas adalah perempuan.
Pemerintah Mesir akhirnya mengambil tindakan dengan memasang CCTV di beberapa titik di pusat-pusat kota Kairo, terutama daerah yang menjadi tempat pelecehan seksual setiap tahunnya. Namun, upaya ini tidak membantu untuk mencegah serangan pelecehan seksual yang terjadi di luar kota Kairo. Insiden ini menyebar dan bahkan meningkat di daerah dan kota-kota lain.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, banyak yang masih menyalahkan terjadinya pelecehan seksual ini karena para korban. Mereka disalahkan oleh masyarakat yang berasumsi bahwa perempuan diserang karena berpakaian terlalu terbuka dan berperilaku mencurigakan hingga membuat laki-laki yang melihatnya bergairah.
Tak sedikit pula yang menyalahkan korban pelecehan seksual ini karena tidak berpakaian sesuai dengan aturan pakaian Islami yang tertutup. Padahal, para korban adalah mayoritas perempuan berhijab.
Setiap tahun, jumlah pelecehan seksual saat Idul Fitri justru semakin meningkat. Meski tak ada data yang menyebutkan angka pastinya, namun pada 2013 lalu, setidaknya ada lebih dari 25 laporan pelecehan seksual dalam satu harinya. Mereka disebut-sebut ditelanjangi, dipukul, bahkan hingga diperkosa. Walaupun, banyak yang percaya bahwa korban pelecehan seksual lebih dari 25 orang, namun mereka tak berani melapor karena malu atau tak tahu bagaimana caranya.
Demonstrasi anti pelecehan seksual di Mesir. dok. Gigi Ibrahim/Wikimedia Commons
Tidak jelas apa alasan mengapa tindakan pelecehan ini terjadi pada hari raya Idul Fitri, namun Operation Anti Sexual Harassment, sebuah organisasi yang didirikan untuk melindungi perempuan dari pelecehan seksual di Mesir, mendeskripsikan bahwa Idul Fitri adalah 'musim pelecehan seksual'. Hal ini bahkan dianggap sebuah tren yang telah dikaitkan dengan perayaan Idul Fitri dalam beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT

Munculnya kampanye kesadaran perlindungan diri oleh organisasi perempuan

Sebuah studi sosial bernama 'Clouds in the Sky of Egypt: Sexual Harassment – From Verbal Advances to Rape' yang dilakukan oleh sejumlah sosiolog Mesir mengungkapkan sebuah fakta yang cukup mengejutkan.
Dari 2.500 perempuan Mesir dan 109 orang perempuan asing yang dijadikan sampel penelitian, sebanyak 98 persen perempuan asing dan 83 persen perempuan Mesir mengungkapkan bahwa mereka pernah mengalami pelecehan seksual. Data dari penelitian tersebut juga mencatat bahwa dua per tiga pria mengaku pernah melakukan pelecehan seksual terhadap wanita.
Mendengar para perempuan korban pelecehan seksual banyak disalahkan, kemudian muncul organisasi dan kelompok-kelompok yang dipimpin oleh para perempuan. Mereka meluncurkan kampanye kesadaran diri agar terhindar dari pelecehan seksual.
Kampanye anti kekerasan seksual di Mesir. dok. Gigi Ibrahim/Wikimedia Commons
Kampanye ini berusaha untuk mendidik perempuan tentang hak-hak mereka sendiri dan memperingatkan laki-laki dan perempuan tentang tindakan pelecehan seksual yang tidak dibenarkan. Kampanye ini disampaikan sebagai salah satu bentuk masalah sosial yang mempengaruhi setiap orang. Mereka membeberkan fakta bahwa pelecehan seksual ada hubungannya dengan pengangguran dan marginalisasi kaum muda, termasuk pula mengaitkan budaya patriarki yang selama ini dilakukan di Mesir.
ADVERTISEMENT
Sejak banyaknya organisasi perempuan yang mengangkat isu ini, mulai banyak pula media-media yang berani mengangkat pelecehan seksual sebagai salah satu fenomena sosial di Mesir yang cukup mengkhawatirkan. Beberapa di antaranya adalah majalah lokal Mesir, Kalimatina, yang mengkampanyekan 'Respect Yourself' dan the Egyptian Center for Women’s Rights yang merilis kampanye 'Safe Streets for Everyone'.
Setelah itu, mulai banyak organisasi atau kelompok serupa yang juga merilis kampanye bernada sama dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran perlindungan diri di tempat umum. Kampanye ini juga dihadirkan pada seluruh media, mulai dari majalah, blog, situs berita online, hingga banner di jalan raya.

Bangkitnya kesadaran perempuan Mesir dalam melawan pelecehan seksual

Hingga 2013, topik pelecehan seksual ini masih menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan. Namun pada 2015, semakin banyak perempuan yang berani melaporkan tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang dialaminya pada Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
The Cairo Post melaporkan, National Council for Woman (NCW) mengatakan ada 141 laporan yang diterima polisi Mesir terkait pelecehan seksual yang dialami perempuan pada Idul Fitri 2015. Sebanyak 136 laporan di antaranya merupakan pelecehan secara verbal dan lima laporan merupakan insiden kekerasan fisik.
Seorang wanita melewati mural yang menggambarkan pesan anti pelecehan seksual "Perempuan adalah kebebasan" di jalan raya di Kairo, Mesir, Senin (03/09/2018). Foto: REUTERS/Amr Abdallah Dalsh
NCW mengatakan, laporan ini merangkak naik sejak kampanye 'I Saw Harassment' yang menerbitkan laporan berisi data pelecehan seksual selama Idul Fitri setiap tahunnya. Tujuannya untuk menyoroti upaya pemerintah dalam mengamankan perempuan dan mencegah insiden tersebut kembali terjadi sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pelecehan seksual terhadap perempuan.
Setiap tahunnya pula, selama tiga hari perayaan Idul Fitri, pemerintah Mesir mengerahkan polisi wanita untuk berjaga-jaga di area yang ramai pengunjung serta meningkatkan jumlah pasukan keamanan di pusat kota Kairo.
ADVERTISEMENT
Beruntung, hal ini berhasil menekan angka pelecehan seksual di Mesir. Pada 2016, ada 120 laporan pelecehan seksual dan 35 orang laki-laki yang ditangkap karena melakukan kekerasan terhadap perempuan. Angka ini terus turun setiap tahunnya, hingga pada 2019 lalu organisasi Operation Anti Sexual Harassment mencatat ada 19 kasus pelecehan seksual, baik verbal dan fisik, yang terjadi pada Idul Fitri 2019 hari pertama di Gharbiya, Daqahlia dan Alexandria.
Meski setiap tahunnya semakin kasus pelecehan dan kekerasan seksual semakin menurun, namun bukan berarti Mesir sudah sepenuhnya terbebas dari fenomena sosial yang sangat meresahkan para perempuan ini. Namun yang penting, semakin banyak perempuan yang memiliki kesadaran untuk melindungi diri saat berada di ruang publik dan berani melapor kepada polisi setempat bila ia mendapatkan pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.