Sembelit pada Perempuan Sering Dikaitkan dengan Kesehatan Mental, Kenapa Ya?

23 Februari 2024 16:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wanita sembelit (cover) Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wanita sembelit (cover) Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sembelit atau konstipasi jadi masalah pencernaan yang umum terjadi pada semua orang. Kondisi ini biasanya ditandai dengan menurunnya frekuensi buang air besar, misalnya kurang dari tiga kali seminggu atau lebih lama.
ADVERTISEMENT
Tak jarang, sembelit juga membuat tekstur tinja menjadi keras sehingga menyebabkan ketidaknyamanan yang cukup mengganggu.
Kurangnya asupan serat dan cairan kerap menjadi penyebab utama kondisi sembelit. Karenanya, perubahan pola makan yang lebih seimbang dan menu sehat biasanya menjadi solusi dari masalah ini.
Meski bisa terjadi pada siapa saja –baik perempuan maupun pria– sembelit ternyata lebih sering terjadi pada perempuan, lho. Menurut penelitian yang terbit di National Library of Medicine, perempuan cenderung memiliki waktu transit makanan di usus besar lebih lambat daripada pria, sehingga mereka berisiko lebih tinggi untuk mengalami sembelit.
Ilustrasi perempuan sembelit saat menstruasi. Foto: Vadym Pastukh/Shutterstock
Selain itu, sembelit juga kerap terjadi menjelang atau selama menstruasi. Cleveland Clinic melansir, sembelit di periode menstruasi terjadi karena adanya perubahan kadar hormon progesteron dan estrogen yang menyebabkan tubuh menahan lebih banyak air dan garam.
ADVERTISEMENT
Ya, Ladies, meningkatnya kadar progesteron dapat memperlambat kerja sistem pencernaan dan salah satu dampaknya adalah perasaan kembung dan sulit buang air besar.
Meski begitu, bukan sekadar masalah pencernaan, sembelit juga kerap dikaitkan dengan masalah kesehatan mental seseorang. Lho, bagaimana bisa, Ladies?

Sembelit dan gangguan kesehatan mental

Ilustrasi depresi pada perempuan. Foto: Shutterstock
Ladies, pada sebagian orang, ketidaknyamanan pada perut akibat sembelit bisa menyebabkan masalah lain, seperti stres dan kecemasan, siklus tidur yang berantakan, hingga kelelahan kronis. Web MD melansir, rasa frustrasi akibat sembelit dapat membuat otot di sekitar area pencernaan menegang sehingga memperburuk keadaanmu.
Sebaliknya, stres dan kecemasan yang terjadi lebih dulu akibat kehidupan sosial atau pekerjaan berhubungan erat dengan masalah pencernaan seperti sembelit. Otak dan usus saling terhubung untuk memberikan informasi soal kondisi masing-masing melalui sel saraf.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, saat kita stres atau cemas, otak akan langsung mengaktifkan respons dengan melepaskan hormon kortisol (hormon stres) yang dapat mempengaruhi organ pencernaan.
Selain itu, stres dan kecemasan juga mengganggu keseimbangan mikrobioma atau bakteri baik di dalam tubuh yang disebut disbiosis. Kondisi ini dapat membuat bakteri jahat mengambil alih proses yang terjadi di organ pencernaan, kemudian menimbulkan peradangan usus, memperlambat metabolisme, hingga menyebabkan sembelit.
Ilustrasi perempuan mengalami kecemasan. Foto: Shutterstock
Hubungan antara masalah pencernaan sembelit dengan kesehatan mental juga senada dengan temuan pada jurnal berjudul Gastroenterology and Hepatology from Bed to Bench. Penelitian itu menunjukkan prevalensi gangguan suasana hati dan kecemasan pada pasien sembelit lebih tinggi hingga 50 persen daripada mereka yang tidak mengalami masalah pencernaan ini.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang mengalami sembelit memiliki tekanan psikologis yang lebih tinggi dari pasien lainnya. Gangguan kecemasan, depresi, dan nyeri kronis menjadi masalah kesehatan mental yang paling umum ditemukan pada pasien konstipasi.
Ya, Ladies, sembelit mungkin tampak sebagai masalah kesehatan yang sederhana karena cukup umum terjadi. Namun ternyata penyakit ini sangat kompleks bahkan bisa mempengaruhi kesehatan mental. Oleh karenanya, jangan abaikan lagi bila kamu mengalami masalah kesehatan yang satu ini, ya.