news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Studi Temukan Faktor Risiko Demensia pada Usia Muda, Apa Saja?

28 September 2021 18:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi demensia pada usia muda. Foto: Dok. Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi demensia pada usia muda. Foto: Dok. Freepik
ADVERTISEMENT
Ada banyak penyakit yang dapat dengan mudah menyerang orang lanjut usia, salah satunya adalah Alzheimer. Ini merupakan gangguan atau penurunan pada fungsi saraf otak yang sering menyebabkan demensia.
ADVERTISEMENT
Demensia juga paling sering menyerang orang-orang berusia 60 tahun atau lebih. Namun, penelitian terbaru menemukan tiga faktor risiko demensia yang dapat dideteksi pada usia remaja atau awal 20 tahun.
Mengutip Mind Body Green, sebuah penelitian yang dilaporkan pada Alzheimer's Association International Conference (AAIC) tahun 2020 menemukan bahwa kesehatan jantung, indeks massa tubuh (BMI), dan kualitas pendidikan dapat memengaruhi kesehatan otak seseorang dan membantu mendeteksi demensia sejak dini.
Lantas, bagaimana faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi kesehatan otak seseorang? Berikut penjelasannya dan pengaruhnya terhadap deteksi dini demensia pada usia remaja.

1. Kesehatan jantung

Merujuk pada data dari Study of Healthy Aging in African Americans (STAR), peneliti menemukan bahwa remaja, dewasa muda, serta laki-laki dan perempuan paruh baya dengan dua atau lebih faktor risiko penyakit jantung lebih mungkin mengalami penurunan kognitif di kemudian hari. Beberapa faktor risiko penyakit jantung, yaitu keturunan, merokok, kolesterol tinggi, obesitas, dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Untuk menguji kemampuan kognitif, para peneliti melakukan tes memori dan fungsi eksekutif otak atau yang berkaitan dengan perencanaan secara langsung. Hasilnya tetap sama tanpa memandang usia dan jenis kelamin.
Menurut laporan itu, orang Afrika-Amerika berada pada risiko yang lebih tinggi untuk penyakit kardiovaskular daripada kelompok ras dan etnis lainnya. Mengatasi masalah ini di awal masa remaja dapat membantu meningkatkan kesehatan jantung dan otak.

2. Indeks massa tubuh

Berdasarkan hasil analisis dua penelitian berbeda dengan responden lebih dari 5.000 orang dewasa, orang yang memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi di awal masa dewasa (usia 20 hingga 49 tahun) lebih mungkin mengembangkan demensia di kemudian hari.
Perempuan dengan BMI tinggi hampir dua kali lebih mungkin mengalami demensia. Sementara itu, pria dengan BMI tinggi hampir dua setengah kali lebih mungkin untuk mengembangkan demensia dibandingkan orang dewasa dengan BMI normal. Akan tetapi, BMI yang lebih tinggi di usia paruh baya tidak berkaitan dengan peningkatan risiko demensia.
ADVERTISEMENT

3. Kualitas pendidikan

Untuk memahami bagaimana kualitas pendidikan berperan dalam Alzheimer dan demensia, para peneliti menganalisis lebih dari 2.400 laki-laki dan perempuan kulit hitam dan kulit putih, berusia 65 dan lebih tua, yang sempat mengenyam pendidikan di sekolah dasar di Amerika Serikat (AS).
Untuk mempelajari kualitas pendidikan, peneliti mempertimbangkan faktor usia wajib sekolah, usia minimum putus sekolah, lama masa sekolah, rasio siswa-guru, dan kehadiran. Peserta yang menerima kualitas pendidikan yang lebih rendah mengalami kehilangan memori dan kesulitan keterampilan bahasa ketika mereka lebih tua. Baik perempuan kulit hitam dan laki-laki dan perempuan kulit putih dengan pendidikan berkualitas lebih tinggi cenderung tidak berisiko mengalami demensia.