Tantangan yang Dihadapi Perempuan dalam Dunia Bisnis

5 Maret 2021 11:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Budaya kerja yang patriarki dan adanya stereotip gender menjadi dua tantangan utama yang dihadapi perempuan saat terjun ke ranah bisnis. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Budaya kerja yang patriarki dan adanya stereotip gender menjadi dua tantangan utama yang dihadapi perempuan saat terjun ke ranah bisnis. Foto: Shutterstock
Seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesetaraan gender, keterlibatan perempuan dalam berbagai sektor industri kian tumbuh. Salah satunya dalam ranah bisnis.
Kontribusi perempuan dalam bisnis dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Hal ini dibuktikan dari laporan yang dikeluarkan McKinsey Global Institute (MGI) pada tahun 2018. Menurut laporan tersebut, jika kesetaraan gender dalam angkatan kerja di kawasan Asia Pasifik meningkat, Pendapatan Domestik Bruto (PDB) di negara-negara yang ada di kawasan tersebut dapat meningkat hingga 4,5 triliun dolar AS pada 2025.
Meski begitu, masih banyak tantangan yang harus dihadapi perempuan saat terjun ke dunia bisnis. Dalam sebuah studi yang dilakukan Australia Indonesia Partnership for Economic Governance pada 2017, disebutkan bahwa perempuan Indonesia yang bekerja di sektor formal menerima gaji 34 persen lebih sedikit dibanding pekerja laki-laki. Sementara perempuan yang bekerja di sektor informal menerima gaji 50 persen lebih sedikit.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani, juga mengatakan, angka partisipasi perempuan di berbagai sektor bisnis dalam dua dekade terakhir masih stagnan. Selama tahun 2011-2015, BPS melalui Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menyebut, tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki hampir dua kali lipat dibanding perempuan, jumlahnya mencapai 83-84 persen.
Studi menunjukkan, pekerja perempuan Indonesia memiliki gaji yang lebih sedikit dibanding pekerja laki-laki. Foto: Shutterstock
Pada tahun 2020, partisipasi pekerja perempuan hanya mencapai angka 54,56 persen. Angka tersebut menurun dari tahun lalu yang mencapai 55,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah perempuan yang keluar dari dunia kerja mengalami peningkatan.
Lebih lanjut, berdasarkan studi penerapan Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Perempuan terhadap 50 perusahaan top Indonesia yang dilakukan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE), Indonesia Global Compact Network (IGCN), dan UN Women pada 2018, hanya 28 persen perusahaan yang memiliki perempuan di jajaran direksi mereka.
Kesenjangan tersebut utamanya disebabkan oleh budaya kerja yang patriarki dan masih adanya stereotip gender. Perempuan kerap mengalami pelecehan verbal dan perlakuan tidak menyenangkan dari rekan kerja laki-laki, bahkan mengalami kekerasan seksual. Meskipun pengaruhnya terus menurun dari waktu ke waktu, faktor-faktor itu tetap berkontribusi pada lingkungan kerja yang tidak ramah perempuan.
Kita juga tak bisa menampik bahwa perempuan dihadapkan pada beban pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan keluarga. Hal ini membuat perempuan memiliki lebih sedikit waktu untuk mengejar peluang dalam dunia kerja.

Gelaran Ring the Bell for Gender Equality

Studi menunjukkan, pekerja perempuan Indonesia memiliki gaji yang lebih sedikit dibanding pekerja laki-laki. Foto: Shutterstock
Diperlukan kerja sama dengan berbagai pihak untuk menemukan solusi dan inisiatif atas tantangan-tantangan yang dihadapi perempuan dalam dunia kerja dan ranah profesional. Sebab, bila dibiarkan, jalan perempuan untuk mendapat kesempatan dan perlakuan yang setara masih butuh waktu lama.
Salah satu inisiatif itu datang dari UN Women, Indonesia Global Compact Network (IGCN), dan Indonesia Business Coalition for Women Empowerment (IBCWE). Didukung oleh Bursa Efek Indonesia dan International Finance Corporation, ketiganya menggelar acara tahunan bertajuk Ring the Bell for Gender Equality. Tujuannya, meningkatkan kesadaran bagi sektor bisnis, termasuk perusahaan swasta dan badan usaha milik negara, dalam memajukan kesetaraan gender dan pembangunan berkelanjutan.
Tahun ini, Ring the Bell for Gender Equality akan diadakan secara virtual pada Selasa, 9 Maret 2021 pukul 14.00-16.30 WIB. Direktur Utama PT Blue Bird, Noni Sri Ayati Purnomo, B.Eng., MBA, Direktur Keuangan Bursa Efek Indonesia, Risa Rustam, serta Andrea Cullinan, Lead Gender-Based Violence, Environmental, Social and Corporate Governance, International Finance Corporation akan mengisi sesi diskusi terkait kontribusi pemimpin perempuan dalam ranah industri dan bisnis.
Ring The Bell for Gender Equality. Foto: kumparan
Ring the Bell for Gender Equality juga akan mendorong sektor bisnis untuk mengimplementasikan Women's Empowerment Principles (WEPs), seperangkat prinsip yang menawarkan panduan bisnis dalam mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di tempat kerja, pasar, maupun komunitas.
Dengan adanya acara ini, diharapkan semakin banyak perusahaan berkomitmen dalam meningkatkan partisipasi perempuan di lingkup bisnis mereka, seperti menyusun kebijakan yang lebih ramah bagi perempuan, menempatkan perempuan pada posisi manajerial, hingga serta memastikan rantai pasokan perusahaan dan upaya pemasaran dalam memberdayakan perempuan.
Untuk mengikuti Ring the Bell for Gender Equality 2021, Anda dapat mendaftarkan diri terlebih dahulu. Caranya mudah, cukup lengkapi formulir di bawah atau klik di sini.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan UN Women