Tantowi Yahya: Puteri Indonesia Tak Hapal Pancasila Bukan Berarti Cuek

9 Maret 2020 14:30 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Finalis Puteri Indonesia dari Sumatera Barat, Louise Kalista Iskandar (tengah). Foto: Instagram/@kalistaiskandar
zoom-in-whitePerbesar
Finalis Puteri Indonesia dari Sumatera Barat, Louise Kalista Iskandar (tengah). Foto: Instagram/@kalistaiskandar
ADVERTISEMENT
Beberapa waktu yang lalu, finalis Puteri Indonesia dari Sumatera Barat, Louise Kalista Iskandar, menjadi bahan perbincangan di media sosial lantaran gagal melafalkan Pancasila di atas panggung penjurian saat sesi penilaian Top 6 Puteri Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pada ajang yang digelar di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, pada Jumat (6/3) lalu itu, awalnya Kalista lancar menyebut sila pertama hingga ketiga. Namun, tiba-tiba ia salah melafalkan sila keempat, dan membuatnya disoraki oleh penonton. Bahkan, Kalista juga salah menyebutkan sila kelima, sehingga membuatnya langsung dikoreksi oleh salah satu dewan juri, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (yang kala itu melemparkan pertanyaan tersebut kepada Kalista).
Finalis Puteri Indonesia dari Sumatera Barat, Louise Kalista Iskandar (tengah). Foto: Instagram/@officialputeriindonesia
Peristiwa ini sontak menjadi bahan perbincangan di media sosial seperti Twitter dan juga Instagram. Banyak warganet menyalahkan Kalista karena gagal melafalkan Pancasila, namun tak sedikit juga yang memberi dukungan terhadapnya, termasuk dari presenter Najwa Shihab dan Duta Besar RI untuk Selandia Baru, Solomon, dan Tonga, yaitu Tantowi Yahya.
ADVERTISEMENT
Menurut Tantowi, perlakuan publik terhadap Kalista terlalu berlebihan, karena dalam kondisi di bawah kegugupan dan tekanan psikologis, seseorang bisa saja lupa terhadap hal-hal yang paling mudah sekalipun.
Meski tak memiliki situasi yang serupa, namun Tantowi mencontohkan pengamalan salah satu pesertanya saat mengikuti ajang kuis Who Wants to be Millionaire, yang ia pandu kala itu.
“Salah seorang peserta sampai harus menggunakan alat bantu (lifeline) ketika ditanya matahari terbit dimana. Dalam kondisi dibawah tekanan sebagaimana yang saya sampaikan di atas, peserta yang notabene dosen tersebut tidak tahu apakah matahari terbit di Barat atau Timur. Saya berusaha keras untuk memancing daya ingat beliau, tapi rasa gugup yang begitu hebat membuatnya blackout. Kejadian ini sudah barang tentu tidak merefleksikan kemampuan sesungguhnya dari dosen tersebut,” kata Tantowi Yahya dalam pernyataan resmi yang diterima kumparanWOMAN pada Senin (9/3).
Dubes RI untuk Selandia Baru, Samoa dan Kerajaan Tonga, Tantowi Yahya. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Belajar dari peristiwa tersebut, Tantowi lantas menganjurkan acara-acara yang ditayangkan secara live, agar tidak melemparkan pertanyaan yang bisa menyudutkan seseorang jika dijawab dengan tidak tepat.
ADVERTISEMENT
“Saya bisa merasakan suasana hati Kalista setelah kejadian tersebut. Mudah-mudah ia bisa segera bangkit dan kembali bersemangat,” ungkap laki-laki yang beberapa bulan lalu baru ditunjuk sebagai Duta Besar Keliling RI untuk Pasifik tersebut.
Menurut Tantowi, kejadian Kalista ini bisa terjadi pada siapa saja. Selain itu, ia juga menyebut bahwa ketidakmampuan Kalista dalam melafalkan Pancasila bukan berarti Kalista dungu, cuek atau tidak Pancasilais.
“Bisa saja Kalista selama ini mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-harinya. Pancasila bukan semata dihafalkan namun yang lebih penting diamalkan,” tutup Tantowi Yahya.