Tidak Semua Buruk, Ini 3 Jenis Perfeksionisme

3 Desember 2021 20:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perfeksionis. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perfeksionis. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ladies, apakah kalian pernah bekerja sama dengan orang perfeksionis atau kalian sendiri sebenarnya perfeksionis? Bagi orang awan, perfeksionis mungkin dipandang sebagai satu jenis kepribadian.
ADVERTISEMENT
Faktanya, ada beberapa jenis perfeksionisme dengan kecenderungan tertentu. Mengutip Well+Good, Monifa Seawell, MD, psikiater bersertifikat di Atlanta juga mengatakan, "Terkadang perilaku perfeksionis mengarah pada hasil yang positif dan diinginkan. Bagi banyak orang, perfeksionisme mereka menghasilkan pekerjaan berkualitas tinggi, membuat mereka unggul, atau melakukan dengan sangat baik di beberapa bidang kehidupan tertentu.”
Jadi, orang tidak selalu terbebani oleh perfeksionisme mereka dan merasa benar atas standar yang telah mereka tetapkan. Karena itu, beberapa mungkin tidak menyadari perfeksionisme dalam diri mereka.
Namun, untuk beberapa jenis perfeksionisme, kecenderungan tersebut justru menjadi penghalang bagi kebahagiaan dan produktivitas. “Perfeksionisme bisa menjadi tidak efisien, tidak menyelesaikan sesuatu karena mereka tersesat dalam perfeksionisme, menjadi cemas, dan melewatkan tenggat waktu karena fokus untuk mendapatkan sesuatu yang sempurna,” kata psikolog klinis Ramani Durvasula, PhD, yang juga penulis Don't You Know Who I Am?.
ADVERTISEMENT
Lantas, apa saja tiga jenis perfeksionisme? Untuk memahami lebih jauh, simak penjelasan berikut seperti kumparanWOMAN rangkum dari Well+Good.

1. Perfeksionisme yang berorientasi pada diri sendiri

Menurut Ramani, seorang perfeksionis yang berorientasi pada diri sendiri biasanya sangat teliti dan ingin memperhatikan setiap detail. Pada tingkat yang lebih ekstrem, ini bisa menjadi obsesi dan menyebabkan seseorang merasa cemas.
Tanda yang paling mencolok dari seseorang yang mungkin memiliki perfeksionisme yang berorientasi pada diri sendiri, yaitu mereka menuntut standar tinggi dari dalam diri sendiri. “Orang dengan perfeksionisme berorientasi pada diri sendiri menetapkan standar yang sangat tinggi untuk diri mereka sendiri dan bisa sangat kritis terhadap diri mereka sendiri dalam satu atau lebih bidang kehidupan,” jelas Ramani.
ADVERTISEMENT

2. Perfeksionisme berorientasi pada orang lain

Ilustrasi perfeksionis. Foto: Shutterstock
Cukup banyak hal yang bertolak belakang antara perfeksionisme yang berorientasi pada diri sendiri dan orang lain. Perfeksionisme berorientasi pada orang lain mengarahkan standar perfeksionis mereka kepada orang lain.
“Orang dengan perfeksionisme berorientasi lain menetapkan standar yang sangat tinggi, sering kali tidak realistis, untuk orang lain dan bisa sangat kritis ketika orang gagal memenuhi standar tersebut,” kata Monifa. Pada akhirnya, hal ini dapat menyebabkan masalah di tempat kerja dan dalam relasi.
Ramani juga menyatakan bahwa orang-orang perfeksionis jenis ini juga tidak akan mendelegasikan tugas ke orang lain karena mereka yakin orang lain tidak dalam melakukannya dengan tepat.

3. Perfeksionisme yang ditentukan secara sosial

Perfeksionisme yang ditentukan secara sosial adalah standar pencapaian dari masyarakat yang perlu dicapai seseorang. “Ini bisa mencakup orang yang mencoba menjadi sempurna bagi keluarga atau teman untuk memenuhi standar sosial atau media sosial,” ujar Ramani.
ADVERTISEMENT
Jadi, itu tadi beberapa jenis perfeksionisme. Penting untuk memahami bahwa tidak semua perfeksionisme itu buruk. Ben Cherkasky, LPC, seorang konselor profesional berlisensi di Skylight Counseling Center, Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa perfeksionisme dapat dikelompokkan menjadi perfeksionisme adaptif dan maladaptive.
Perfeksionis adaptif adalah seseorang yang menetapkan standar tinggi untuk diri sendiri atau orang lain, tetapi tidak terlalu kritis ketika gagal memenuhi standar yang telah ditetapkan." Artinya, kamu mungkin memiliki standar yang tinggi, tetapi kamu merasa akan baik-baik saja jika kamu tidak memenuhinya.
Sementara itu, perfeksionis yang maladaptive menggambarkan tekanan yang parah ketika standar kamu tidak sesuai dengan hasilnya. Di saat inilah, perfeksionisme menjadi masalah.
Jika kamu merasa memiliki kecenderungan perfeksionis yang maladaptive, ada beberapa cara untuk mencegahnya.
ADVERTISEMENT
Sebagai permulaan, Monifa merekomendasikan untuk mengakui bahwa ini adalah masalah dan mencoba untuk mengatasinya. “Misalnya, jika perfeksionisme kamu biasanya menyebabkan kamu menghabiskan dua jam menyelesaikan tugas yang seharusnya hanya memakan waktu 30 menit, kamu dapat membatasi berapa banyak waktu yang kamu berikan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Setelah waktu habis, kamu dapat menganggap tugas itu selesai, terlepas dari seberapa sempurna hasilnya,” katanya.