Tips Memilih Jenis Olahraga yang Sesuai Siklus Menstruasi

7 Oktober 2019 9:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi perempuan mengenakan hijab saat olahraga. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi perempuan mengenakan hijab saat olahraga. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Saat sedang menstruasi, kita mungkin merasa enggan berolahraga. Rasa sakit atau rasa tidak nyaman pada beberapa bagian tubuh membuat kita ingin beristirahat saja tanpa melakukan aktivitas apapun.
ADVERTISEMENT
Namun, sebenarnya ada olahraga yang bisa kita lakukan saat sedang menstruasi sekalipun. Faktanya, ada beragam jenis olahraga yang bisa kita coba, sesuai siklus menstruasi atau ovulasi yang sedang dialami. Kuncinya adalah menyesuaikan dengan intensitas energi yang ada pada tiap fase.
Apa saja olahraga yang disarankan sesuai siklus menstruasi? Berikut kumparanWOMAN sajikan rangkumannya.
1. Fase Menstruasi (Hari 1-5)
Ilustrasi menstruasi. Foto: Shutterstock
Menurut laporan The Independent, hari pertama menstruasi adalah hari pertama dalam siklus kita. Jumlah hari menstruasi dapat berbeda-beda bagi setiap orang; ada yang berjumlah 3-8 hari dan ada pula yang lebih. Sehingga, total hari dalam siklus menstruasi seseorang pun berbeda-beda. Namun, menurut situs yourperiod.ca yang dikelola oleh The Society of Obstetricians and Gynaecologists of Canada, menstruasi bisa terjadi tiap 21-35 hari sekali.
ADVERTISEMENT
Saat berada dalam fase ini, badan kita seringkali tidak terasa nyaman. Keram perut juga mungkin menyebabkan kita enggan beraktivitas.
Oleh karena itu, kita lebih baik melakukan olahraga yang ringan saja. Contohnya, olahraga cardio ringan, yoga, atau angkat beban ringan.
"Level estrogen (pada tubuh) berada di titik paling rendah saat menstruasi. Ini bisa membuat sebagian perempuan merasa lebih mampu melakukan olahraga untuk melatih kekuatan," ujar Dr. Petra Simic dari grup perawatan kesehatan internasional, Bupa Health Clinics, seperti dikutip oleh The Independent.
Namun, Dr. Simic juga menyarankan agar kita mendapat bantuan ahli dalam melakukan olahraga jenis tersebut. Ia juga menganjurkan agar kita menyesuaikan beban latihan dengan kemampuan, untuk mencegah cedera.
ADVERTISEMENT
2. Fase Folikuler (Hari 1-14)
Ilustrasi olahraga Foto: dok.shutterstock.com
Fase folikuler atau pra-ovulasi terjadi pada hari pertama menstruasi hingga terjadinya ovulasi. Menurut Huffpost, pada fase ini, hormon dalam tubuh kita akan meningkat dan sel telur sedang mulai terbentuk dalam ovarium. Sebagai hasilnya, kita akan merasa punya lebih banyak energi, menjadi lebih ramah, dan tertarik mencoba hal baru.
Sehingga, dalam fase ini, kita disarankan untuk melakukan olahraga dengan jenis cardio. Karena memiliki energi yang cukup banyak, kita juga bisa mencoba meningkatkan intensitas dan durasi olahraga.
3. Fase Ovulasi (Hari ke-14)
Ilustrasi olahraga kickboxing. Foto: Shutterstock
Ovulasi adalah fase ketika sel telur yang sudah matang lepas dari indung telur (ovarium). Fase ini baik untuk berolahraga cukup keras. Sebab, level hormon estrogen dan progesteron kita berada pada puncaknya, membuat energi semakin meningkat.
ADVERTISEMENT
Dalam fase ini, kita bisa menjajal olahraga dengan intensitas tinggi, seperti High Intensity Interval Training. Namun, kita tetap perlu memahami batasan fisik yang dimiliki untuk menghindari cedera.
4. Fase luteal (Hari 14-28)
Ilustrasi Kundalini Yoga. Foto: Shutter Stock
Ini adalah fase yang terjadi setelah ovulasi, sebelum menstruasi selanjutnya terjadi. Pada fase ini, kita mungkin merasakan beberapa gangguan, seperti menurunnya energi, keinginan untuk makan banyak, juga timbulnya jerawat.
Saat berada dalam fase luteal, kita disarankan untuk 'beristirahat'. Bila ingin berolahraga, kita dianjurkan untuk melakukan olahraga ringan seperti yoga dan pilates. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi keram dan lelah pada otot.