Vagina Sering Terasa Gatal? Ini 7 Kemungkinan Penyebabnya

23 Januari 2020 7:54 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Vagina Gatal. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Vagina Gatal. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Sebagai perempuan, kesehatan dan kebersihan vagina menjadi salah satu hal yang tak boleh luput dari perhatian. Ladies juga perlu tahu apa saja yang terjadi pada area kewanitaan kita sendiri agar tidak panik jika suatu saat terjadi perubahan signifikan pada vagina. Beberapa hal yang bisa terjadi adalah vagina mengalami kekeringan, gatal, iritasi, berkutu, atau bahkan mengalami penyakit menular seksual.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai masalah terkait vagina, salah satunya yang sering dialami oleh perempuan adalah vagina gatal. Tak hanya menyebabkan perasaan tidak nyaman, rasa gatal tersebut juga bisa membuat vagina kita mengalami luka karena terlalu sering digaruk. Ada banyak penyebab yang bisa membuat vagina kita terasa gatal, satu diantaranya adalah karena infeksi jamur.
Untuk mengetahui lebih lengkapnya, berikut kumparanWOMAN telah merangkum tujuh penyebab lainnya yang bisa menyebabkan vagina terasa gatal seperti dilansir dari Women’s Health. Apa saja? Simak selengkapnya berikut ini.

Bacterial Vaginosis

Ilustrasi bakteri. Foto: skeeze via Pixabay
Bacterial vaginosis (BV) adalah suatu kondisi pada vagina yang ditandai dengan adanya pertumbuhan bakteri berlebih yang mengganggu keseimbangan pH pada vagina.
Namun gatal bukan menjadi tanda-tanda utama yang dirasakan ketika kita mengalami bacterial vaginosis. Menurut Mary Jane Minkin, profesor klinis kebidanan, ginekologi, dan ilmu reproduksi di Universitas Yale, AS, kondisi gangguan kesehatan vagina tersebut bisa ditandai dengan terjadinya keputihan dengan aroma yang menyengat dan iritasi pada area vagina.
ADVERTISEMENT
Untuk mengobatinya, Anda dapat mencoba obat-obatan dari dokter yang bisa membantu meningkatkan pH sehingga tingkat keasaman pada vagina bisa meningkat. Mary mengungkapkan bahwa kandungan asam pada vagina harus dijaga, sebab keasaman bisa membantu membunuh bakteri jahat. Selain itu, Anda juga bisa mengkonsumsi antibiotik sesuai dengan resep dokter.

Infeksi Jamur

Biasanya jika vagina terasa gatal, selain masalah higienitas, infeksi jamur juga menjadi salah satu penyebabnya.
Pada keadaan normal, jamur ragi memang sudah ada secara alami dalam vagina setiap perempuan. Jamur ini membuat vagina beraroma asam, biasanya akan muncul jika terjadi keputihan. Seorang perempuan dikatakan mengalami infeksi jamur apabila perempuan mengalami keputihan secara berlebihan, mengeluarkan aroma asam, dan vagina terasa gatal.

Penyakit Menular Seksual

Ilustrasi penyakit menular seksual. Foto: Shuutterstock
Gatal-gatal pada vagina juga menjadi salah satu tanda bahwa Anda tengah mengalami Sexually Transmitted Diseases (STDs) atau Penyakit Menular Seksual. Rasa gatal tersebut biasanya akan mulai dirasakan pada area kulit kewanitaan Anda Ladies.
ADVERTISEMENT
“Penyakit menular seksual ini dapat mengubah kadar pH dalam vagina yang kemudian menyebabkan kekeringan dan gatal-gatal pada vagina,” ungkap Natasha Chinn, M.D., FACOG, dan ob-gyn dari Women’s Health dan Brescia & Migliaccio di New Jersey, AS.

Kutu Kemaluan

Tahukah Anda Ladies, jika kutu tak hanya muncul pada rambut di kepala tetapi juga bisa menyerang bulu kemaluan? Ya, bulu kemaluan kita memang memiliki potensi terserang hama kutu. Biasanya, kutu tersebut bisa hinggap melalui kontak fisik dengan alat kelamin pasangan Anda atau kutu-kutu itu juga bisa datang karena kita sendiri yang kurang baik dalam menjaga higienitas vagina.
Sama halnya seperti kutu rambut, kutu kemaluan juga bisa menyebabkan gatal dengan cara menggigit. Jadi kalau tiba-tiba vagina Anda terasa gatal, bahkan sesaat setelah Anda selesai mandi atau membersihkan area kewanitaan, bisa jadi gatal-gatal tersebut disebabkan oleh gigitan kutu kemaluan.
ADVERTISEMENT
Tak jauh berbeda dengan kutu rambut, kutu kemaluan juga bisa diatasi dengan krim atau obat kutu khusus area kewanitaan. Pastikan Anda sudah memeriksakan diri pada dokter untuk mendapatkan resep yang benar agar tidak terjadi masalah lain di vagina Anda.

Perubahan Hormon dan Perimenopause

Melansir Healthline, menurunnya jumlah hormon estrogen atau hormon seks yang hanya ada pada perempuan juga bisa menjadi penyebab mengapa vagina kita mengalami gatal-gatal. Normalnya, kondisi tersebut terjadi karena semakin bertambahnya usia, maka tubuh kita akan semakin sedikit memproduksi hormon estrogen. Biasanya proses alami ini pula yang mengawali berhentinya masa menstruasi atau yang biasa disebut perimenopause.
Dalam kondisi yang normal, tubuh kita akan memproduksi hormon estrogen yang membantu menjaga jaringan tisu, menjaga kekencangan jaringan tisu, dan tingkat keasaman pada vagina dengan cara menghasilkan cairan pada vagina.
ADVERTISEMENT
Jadi, ketika tubuh tak menghasilkan hormon estrogen secara maksimal, maka jumlah cairan pada vagina juga akan berkurang. Jika hal ini terus dibiarkan, bisa jadi vagina Anda akan mengalami luka hingga berdarah saat berhubungan seks, vagina akan terasa panas seperti terbakar dan gatal, hingga infeksi saluran urin.

Terpapar Produk

Ilustrasi sabun cuci. Foto: Pixabay
Jika vagina terasa gatal dan iritasi, namun Anda tidak memiliki gejala lain yang memicunya, ada baiknya Anda mulai memperhatikan produk apa saja yang baru-baru ini digunakan. Produk-produk tersebut bisa beragam, mulai dari detergen, sabun, pembalut, pisau cukur, krim cukur, tisu toilet, hingga kondom.
Cek apakah produk-produk tersebut mengandung bahan-bahan aktif yang bisa membahayakan area kewanitaan. Hal paling utama yang harus Anda perhatikan adalah ada atau tidaknya kandungan parfum, sebab fragrance atau aroma yang ada pada produk bisa menjadi salah satu penyebab gatal dan iritasi pada vagina.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegahnya, Anda bisa mulai menghindari pemakaian produk-produk tersebut secara sementara. Jika gatal mulai hilang, berarti bisa jadi produk tersebut adalah penyebabnya. Namun jika tidak, Anda bisa mulai melakukan pemeriksaan secara detail pada dokter agar mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Iritasi karena Waxing

waxing. Foto: Shutterstock
Merawat kesehatan dan kecantikan area kewanitaan memang menjadi salah satu hal wajib yang harus dilakukan oleh perempuan. Oleh karena itu, perawatan seperti mencukur bulu kemaluan atau melakukan waxing perlu dilakukan setidaknya satu atau dua bulan sekali untuk menghilangkan kuman atau kotoran yang menempel pada area vagina.
Namun, Anda tak bisa sembarangan melakukannya Ladies. Sebab waxing dan perawatan vagina lainnya juga dapat menyebabkan vagina Anda terasa gatal.
Natasha Chinn merekomendasikan agar kita menggunakan krim atau lotion hypoallergenic untuk melindungi kulit kemaluan, serta menjaganya agar tetap kering dan bersih. Jika itu sudah dilakukan namun gatal-gatal tetap berlanjut, coba kurangi perawatan waxing dan atau hentikan rutinitas tersebut sementara waktu untuk melihat perubahannya pada vagina.
ADVERTISEMENT