Womanpreneur: Nouva Puspita, Founder dan CEO Carl & Claire Perfumery

29 September 2022 10:51 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Womanpreneur: Nouva Puspita, Founder dan CEO Carl & Claire Perfumery. Foto: Instagram/@naanouva
zoom-in-whitePerbesar
Womanpreneur: Nouva Puspita, Founder dan CEO Carl & Claire Perfumery. Foto: Instagram/@naanouva
ADVERTISEMENT
Setelah brand lokal skin care mulai marak di pasaran, kini giliran industri parfum hadir meramaikan UMKM di dunia digital. Salah satunya yaitu brand yang kini menjadi seller dengan penjualan tinggi di e-commerce, Carl & Claire Perfumery.
ADVERTISEMENT
Founder dan CEO Carl & Claire, Nouva Puspita berhasil mengembangan bisnisnya selama tiga tahun hingga kini memiliki tempat di hati masyarakat Indonesia untuk pilihan wewangian masa kini. Carl & Claire sukses hadir membawa serangkaian aroma parfum menarik untuk meningkatkan rasa percaya diri dengan produk berkualitas tinggi dan harga yang terjangkau.
Womanpreneur: Nouva Puspita, Founder dan CEO Carl & Claire Perfumery. Foto: Dok. Istimewa
Pada Selasa (6/9), kumparanWOMAN berkesempatan untuk hadir secara online dalam sesi talk show Shopee bersama founder dan CEO Carl & Claire, Nouva Puspita di webinar road to 9.9 Super Shopping Day. Ladies, yuk simak cerita selengkapnya mengenai perjalanan Nouva untuk membangun dan memasarkan bisnis parfumnya hingga bisa dikenal oleh masyarakat dan menjadi salah satu brand lokal dengan penjualan yang tinggi di marketplace.
ADVERTISEMENT

Bisa ceritakan bagaimana awal mula membangun bisnis di bidang parfum?

Womanpreneur: Nouva Puspita, Founder dan CEO Carl & Claire Perfumery. Foto: Dok. Istimewa
Brand Carl & Claire Perfumery berdiri tiga tahun yang lalu pada 2019 di saat industri parfum lokal dengan harga menengah hampir tidak ada di pasaran. Jadi pilihan yang ada saat itu adalah parfum yang lebih murah sekelas FMCG supermarket atau parfum internasional yang harganya jutaan.
Munculnya kesempatan bisnis ini berasal dari pengalaman pribadi ketika saya sedang mendalami parfum, kemudian juga fashion and beauty untuk mencari jati diri. Hal tersebut sejalan dengan proses pengembangan diri guna menjadi pribadi yang lebih baik dan percaya diri. Parfum tidak hanya memberikan wewangian saja, tapi juga bisa memberikan kepercayaan diri bagi saya. Selain itu, parfum juga bisa membuka percakapan dengan orang lain, yaitu ketika teman-teman saya bertanya apa parfum yang saya pakai.
ADVERTISEMENT
Di saat ingin membeli parfum, pengalaman yang saya miliki itu berbeda dengan membeli produk fashion atau skin care dan makeup lainnya. Saya tidak bisa langsung membeli parfum yang diinginkan melainkan harus menabung terlebih dahulu selama berbulan-bulan. Itu pun baru bisa membeli satu varian. Sementara, saya ingin memiliki parfum yang banyak agar bisa dipakai berganti-ganti dengan aroma berbeda setiap harinya. Untuk membeli parfum yang berkualitas dengan harga terjangkau saat itu masih sulit sekali, berbeda dengan industri skin care yang sudah banyak mengeluarkan berbagai produk lokal yang inovatif dengan harga ekonomis.
Dari rasa penasaran tersebut, saya mulai mengulik bagaimana cara membuat parfum yang tahan lama hingga bisa membuat brand parfum sendiri. Akhirnya usaha Carl & Claire ini terbentuk dan bisa ada di titik sekarang melalui serangkaian proses yang panjang mulai dari berjualan offline hingga online.
ADVERTISEMENT

Apakah ada perasaan ragu dan apa saja tantangan yang dihadapi dalam merintis usaha ini?

Womanpreneur: Nouva Puspita, Founder dan CEO Carl & Claire Perfumery. Foto: Dok. Istimewa
Tantangan pasti selalu ada dalam hidup, apalagi ketika saya memutuskan untuk berbisnis. Saya sendiri melihat tantangan itu sebagai batu loncatan atau tangga untuk dapat belajar dan terus menjadi lebih baik. Kalau tidak dihadapkan dengan tantangan-tantangan, saya justru akan selalu berada di zona nyaman yang membuat saya tidak bisa berkembang.
Selama tiga tahun menjalani usaha parfum, saya menghadapi tantangan yang beragam. Saat pertama kali misalnya, saya tidak tahu mau mengeluarkan parfum yang seperti apa. Kesalahan saat baru berdiri itu adalah saya launching terlalu banyak varian. Market belum paham apa produk Carl & Claire, tapi saat itu sudah langsung mengeluarkan tiga puluh varian sekaligus. Jadi pelanggan mengaku kebingungan dan pada akhirnya tidak jadi membeli.
ADVERTISEMENT
Mengatasi persoalan tadi, kami memutuskan untuk memotong sebagian besar varian, lalu kemudian melihat produk apa saja yang memang favoritnya customer. Dari beberapa pilihan yang paling banyak disukai pelanggan itu baru dikembangkan lagi aromanya.
Di pertengahan merintis brand lokal ini, saya juga pernah memproduksi aroma tanpa diuji coba terlebih dahulu apakah variannya populer di target pasar atau tidak. Jadi pada akhirnya tidak berjalan mulus dan investasinya pun tidak berhasil. Dari situ saya menyadari bahwa kami belum menjawab apa yang pelanggan Carl & Claire butuhkan. Pelajaran yang berharga ini membuat saya dan tim jadi lebih berhati-hati setiap kali akan meluncurkan produk.

Bagaimana proses produksi yang dilakukan oleh Carl & Claire sampai berada di titik sekarang?

ADVERTISEMENT
Kalau dari parfum itu salah satu komponen yang paling penting adalah fragrance oil atau minyak parfumnya. Jika fragrance oil ini memiliki kriteria yang tidak sesuai, maka hasil pencampuran aromanya akan berbeda. Mengatasi upaya tersebut, Carl & Claire bekerja sama dengan fragrance house dan memberikan materi untuk perfumers.
Saya tidak meracik parfum sendiri karena sangat menghargai jasa seorang perfumer di mana prosesnya itu sangat panjang dan tidak mudah. Sebelumnya, saya sudah pernah ikut kursus membuat parfum tapi ternyata tidak semudah yang terlihat.
Selain itu, untuk membentuk satu aroma atau satu jenis fragrance oil dibutuhkan lebih dari ribuan material sehingga tidak bisa dilakukan oleh amatir. Oleh karenanya, saya mempercayakan Carl & Claire ke fragrance houses yang bisa mengerti kebutuhan pelanggan. Dari situ prosesnya kami mengajukan ideation, briefing dengan perfumers, menerima hasil fragrance oil, kemudian segera dicoba dan dites untuk branding atau dijadikan produk akhir untuk Carl & Claire.
ADVERTISEMENT
Biasanya dari satu minyak aroma akan menghasilkan sekitar 5 sampai 6 atau lebih varian wangi. Setelah menentukan varian, akan dipilih 3 besar yang paling sesuai dengan target pasar. Dari 3 parfum ini, kami melakukan pendekatan dengan customer-customer yang memang sering belanja dan merepresentasikan pembeli di Carl & Claire. Melalui serangkaian proses yang matang, kalau sudah fix baru diproduksi dan dipasarkan. Jadi sudah tidak asal meluncurkan varian lagi.

Apa rekomendasi dan bagaimana cara menentukan aroma parfum Carl & Claire yang cocok sesuai dengan kepribadian calon pembeli?

Pada dasarnya, parfum itu merupakan cerminan dari diri seseorang. Seperti bagaimana caranya orang mampu membuat kesan, merepresentasikan diri tanpa harus berbicara, tanpa harus dilihat atau dengan lewat saja orang sudah mengerti daya tarik tersendiri. Tentukan terlebih dahulu kesan apa yang ingin ditampilkan ke orang lain.
ADVERTISEMENT
Untuk tipe karakter kalem, ramah atau humble akan sangat cocok memilih aroma-aroma yang lembut dan mungkin powdery, di Carl & Claire contohnya adalah varian Essensa. Aroma ini sangat lembut dan cenderung feminin.
Bagi yang suka dengan aroma-aroma karismatik, biasanya akan menyukai varian Black Orchid. Black orchid merupakan perpaduan dari vanila, kopi, dan bunga putih. Parfum ini membuat pemakainya jadi pusat perhatian karena wanginya memiliki karakter khusus untuk orang-orang yang berkarisma.

Bagaimana cerita perjalanan Carl & Claire hingga menjadi best seller di marketplace dan meningkatkan penjualan?

ADVERTISEMENT
Awal mulanya, saya itu orang yang sangat konvensional karena sebenarnya datang dari background retail secara fisik. Saat baru merintis bisnis, saya mulai dari usaha offline, mulai dari keliling bertemu teman, testing produk, kemudian juga ikut bazar untuk memasarkan produk sampai akhirnya pertama kali buka toko di Lippo Mall Puri.
ADVERTISEMENT
Setelah toko fisik yang saya rintis itu bisa berkembang, baru kemudian dari tim Shopee ada yang mengajak untuk menjadi seller. Saya bergabung karena melihat tingginya potensi berjualan online sekarang. Saya mendaftar dan dipandu mengembangkan bisnis di marketplace tersebut.
Pertama, kami kejar target dengan minimal penjualan perbulannya untuk menjadi Star Seller. Caranya yaitu dengan memaksimalkan berbagai program yang ada Shopee untuk meningkatkan penjualan. Saya ikut dan berpartisipasi secara aktif pada berbagai kampanye. Selama dua bulan, hasilnya pun sangat baik dalam berjualan parfum online ini. Ternyata menjual parfum pun bisa dilakukan secara online, yang tadinya saya pikir susah dan sempat pesimis, namun akhirnya membuahkan hasil yang baik.
Beberapa bulan bergabung sebagai star seller, Carl & Claire ditawari lagi untuk join di Shopee Mall. Menurut saya hal tersebut bisa meningkatkan kredibilitas suatu brand karena dengan menjadi official store, kami bisa meningkatkan kepercayaan customer. Setelah bergabung, Carl & Claire bisa memiliki posisi yang lebih kuat dalam penjualan digital, juga makin banyak fitur yang dihadirkan untuk meningkatkan promosi brand. Hasilnya pun penjualan parfum kami di marketplace tersebut selalu naik.
ADVERTISEMENT

Apa pesan untuk perempuan yang ingin memulai bisnisnya secara online?

Untuk teman-teman UMKM lainnya, Carl & Claire berpesan agar terus bersemangat seberat apa pun rintangan, terutama yang ada di awal, pasti terasa lebih berat. Kalau ada beban atau masalah dalam berbisnis, cobalah melihat sisi positifnya. Jadikan hal tersebut sebagai tangga untuk belajar dan naik level lagi.