4 Cara KAIFA Menanamkan Cinta Tanah Air Melalui Mengaji

Konten dari Pengguna
10 Maret 2019 23:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Kuntum Khaira Ummah HG tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sahabat yang budiman. Semoga tetap setia membaca tulisan Penulis seputar kisah-kisah Diaspora Indonesia di Qatar.
ADVERTISEMENT
Kali ini, cerita tentang sebuah lembaga pengajian di Qatar yang berkomitmen menanamkan hubbul wathan, atau cinta tanah air, di kalangan anak-anak Indonesia.
Mengenal KAIFA
KAIFA atau Kajian Anak Islam Intensif Doha, merupakan lembaga pendidikan informal, yang dikhususkan untuk anak-anak Indonesia.
Secara hukum, KAIFA bernaung di bawah Pusat Budaya Islam Qatar, atau yang lebih dikenal dengan istilah FANAR.
Meski demikian, pada hakikatnya KAIFA merupakan lembaga pendidikan non-profit yang diupayakan mandiri oleh Diaspora Indonesia di Qatar.
Kata KAIFA sendiri diambil dari bahasa Arab yang berarti ‘bagaimana’.
“Dipilihnya nama tersebut juga karena KAIFA yang dalam bahasa Arab berarti ‘bagaimana’, menunjukkan semangat belajar dan mencari ilmu pengetahuan”, jelas Lina salah seorang penggagas KAIFA.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2019 ini, KAIFA memasuki usia ke-14 tahun.
Suasana anak-anak belajar di kelas KAIFA (Dok. KAIFA)
KAIFA, Bagaimana?
KAIFA seperti halnya Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) di Indonesia. Namun untuk pelaksanaannya, disesuaikan dengan kondisi di Qatar. Muridnya merupakan anak-anak Indonesia yang tinggal di Qatar, dengan rentang usia 3 sampai 17 tahun.
Guru-gurunya adalah orang Indonesia.
Bagaimana KAIFA menanamkan cinta tanah air kepada anak-anak Indonesia melalui mengaji? Kaifa? Bagaimana?
Berdasarkan hasil wawancara Penulis, berikut empat cara efektif KAIFA menyemikan hubbul wathan kepada anak-anak Indonesia di Qatar.
Sebagaimana di negara-negara lainnya, anak-anak diaspora di Qatar banyak yang belajar di sekolah internasional. Mereka menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Akibatnya, anak-anak lebih fasih berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Menurut Lina, seorang ibu rumah tangga, ia bertemu beberapa anak Indonesia yang sudah agak lama tinggal Qatar. Dan mereka kurang lancar berbahasa Indonesia.
“Kami berfikir, anak-anak harus punya semacam pusat kegiatan yang mengharuskan mereka berbahasa Indonesia,” ujar wanita yang memiliki nama lengkap Siti Mursalina ini.
semua pengajaran KAIFA menggunakan bahasa Indonesia (Dok. KAIFA)
Kurikulum KAIFA mengacu pada standar kurikulum Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Namun, pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan di Qatar.
KAIFA memiliki program tentang Cinta Tanah Air agar anak-anak mengenal akar rumputnya, Indonesia. Selain itu, tentunya materi KeIslaman menjadi materi pokok pembelajaran.
“Materi-materi pendidikan juga dikemas dalam program-program di luar kelas, seperti kegiatan mancakrida (outbond), berkemah, pesantren kilat, kuis, dan olahraga,” tambah Lina.
Anak-anak KAIFA mengikuti kegiatan mancakrida (Dok. KAIFA)
Bidin Bachrul Ulumuddin, penggagas dan dewan pengurus KAIFA, menambahkan bahwa lembaga ini juga sering mengadakan acara-acara tentang keindonesiaan.
ADVERTISEMENT
“Beberapa kali kita mengundang tokoh-tokoh di Indonesia. Mereka kita minta menceritakan kisah pahlawan Indonesia kepada anak-anak di KAIFA,” ungkap Bidin, Diaspora Indonesia yang telah bekerja di Qatar sejak 2002 ini.
KAIFA menghubungkan silaturahim antara anak-anak Indonesia. Tidak hanya itu, para orang tua, guru dan pengurus KAIFA, juga ikut merasakan jalinan silaturahim.
“Senang sekali melihat orang tua semangat mengantar anak-anak mengaji. Ketika istirahat, orang tua dan anak-anak mengobrol sambil mencicipi makanan-makanan Indonesia,” tambah Lina penuh bahagia.
Pada awalnya, KAIFA hanya memiliki murid 30 orang. Namun saat ini mencapai 250 orang. Pengurus tidak mampu menampung terlalu banyak murid, karena keterbatasan sarana prasarana.
ADVERTISEMENT
4. Membangun Kemitraan Untuk Peningkatan Kapasitas Penerus Bangsa
KAIFA berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas anak-anak Indonesia. Membekali mereka dengan ilmu agama dan kecintaan kepada bangsa.
Lembaga pendidikan ini berharap dapat terus meningkatkan kemitraan dengan FANAR dan memperoleh dukungan KBRI Doha, serta seluruh pihak untuk keberlangsungan kegiatan KAIFA di masa mendatang.
“Saya sangat berharap, KAIFA dapat berjalan terus dengan baik. Menjadi partner orang tua dalam mendidik dan menyiapkan anak-anak yang membawa kebaikan,” terang Bidin berkaca-kaca.
KAIFA menjalin kerja sama dengan FANAR dalam penyediaan sarana pendidikan (Dok. KAIFA).
ADVERTISEMENT
Semoga, KAIFA dapat terus mencetak generasi-generasi yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Amin.
Para diaspora di Qatar memang memiliki cara masing-masing berjuang membangun negeri. Mereka adalah sahabat sekaligus guru yang menginspirasi penulis selama penugasan di KBRI Doha, Qatar.
Pada tulisan selanjutnya, Penulis akan berbagi cerita tentang Diaspora Indonesia yang berusaha menghidupkan sepakbola dan seni budaya Indonesia di kalangan anak-anak Indonesia.