Pusat Data Nasional Lumpuh: Ketika Manajemen Risiko Keamanan Siber Terabaikan

Besar Satrio Nugraha
Mahasiswa UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
25 Juni 2024 11:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Besar Satrio Nugraha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Source : GEMINI AI Prompt "Ransomware Pushing KOMINFO
zoom-in-whitePerbesar
Source : GEMINI AI Prompt "Ransomware Pushing KOMINFO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Serangan ransomware Brain Cipher terhadap Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada 20 Juni 2024 menjadi pukulan telak bagi layanan publik dan operasional pemerintah. Kejadian ini melumpuhkan ratusan instansi pemerintah, mengganggu layanan imigrasi di bandara, dan menyebabkan kerugian yang tidak sedikit. Namun, di balik serangan ini, terdapat pelajaran penting mengenai pentingnya manajemen risiko keamanan siber yang kerap terabaikan.
ADVERTISEMENT
Manajemen Risiko Keamanan Siber: Benteng Pertahanan Digital
Manajemen risiko keamanan siber adalah proses yang terstruktur untuk mengidentifikasi, menilai, mitigasi, dan memantau risiko yang terkait dengan aset digital suatu organisasi. Tujuannya adalah untuk melindungi informasi sensitif, menjaga kelangsungan operasional, dan meminimalkan kerugian akibat serangan siber. Proses ini melibatkan empat tahapan utama:
Identifikasi Risiko: Memahami jenis-jenis ancaman siber (seperti ransomware, malware, phishing) dan kerentanan yang ada dalam sistem dan infrastruktur.
Penilaian Risiko: Menilai potensi dampak dan kemungkinan terjadinya serangan, serta menentukan tingkat prioritas risiko.
Mitigasi Risiko: Menerapkan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian risiko, seperti pembaruan perangkat lunak, enkripsi data, pelatihan karyawan, dan sistem cadangan.
Pemantauan Risiko: Memantau secara terus-menerus terhadap perubahan lingkungan ancaman dan efektivitas langkah-langkah mitigasi yang telah diterapkan.
ADVERTISEMENT
Kerangka kerja seperti NIST Cybersecurity Framework dapat membantu organisasi dalam mengimplementasikan manajemen risiko keamanan siber secara efektif.
Analisis Kasus PDN Kominfo: Pelajaran Pahit yang Terulang
Serangan terhadap PDN Kominfo menunjukkan adanya kegagalan dalam menerapkan manajemen risiko keamanan siber yang komprehensif. Beberapa risiko yang mungkin terabaikan antara lain:
Kerentanan Perangkat Lunak: Penggunaan perangkat lunak yang sudah usang atau tidak mendapatkan pembaruan keamanan secara teratur.
Kurangnya Pelatihan Karyawan: Karyawan yang tidak memiliki pengetahuan dan kesadaran yang cukup tentang keamanan siber, sehingga rentan terhadap serangan rekayasa sosial seperti phishing.
Tidak Adanya Sistem Cadangan yang Memadai: Ketiadaan atau ketidakcukupan sistem cadangan data yang aman dan terisolasi, sehingga menyulitkan pemulihan data setelah serangan.
Selain itu, penilaian risiko yang tidak akurat atau tidak dilakukan secara berkala, serta kegagalan dalam menerapkan langkah-langkah mitigasi risiko yang efektif, juga turut berkontribusi terhadap kelumpuhan PDN.
ADVERTISEMENT
Belajar dari Kesalahan: Membangun Pertahanan Siber yang Lebih Kuat
Serangan ransomware terhadap PDN Kominfo menyisakan pelajaran berharga bagi pemerintah dan organisasi lainnya. Beberapa langkah yang perlu diambil untuk meningkatkan manajemen risiko keamanan siber antara lain:
Kepemimpinan yang Kuat: Pimpinan organisasi harus memberikan komitmen yang kuat terhadap keamanan siber dan memastikan bahwa manajemen risiko menjadi bagian integral dari strategi organisasi.
Investasi yang Memadai: Menyediakan anggaran yang cukup untuk teknologi keamanan, pelatihan karyawan, dan pengujian keamanan secara berkala.
Kolaborasi: Membangun kemitraan dengan pihak eksternal seperti penyedia layanan keamanan siber, akademisi, dan komunitas keamanan siber untuk berbagi informasi dan praktik terbaik.
Kesadaran dan Pelatihan: Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan karyawan tentang keamanan siber melalui pelatihan yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan: Keamanan Siber adalah Investasi, Bukan Beban
Kelumpuhan PDN Kominfo akibat serangan ransomware menjadi pengingat bahwa keamanan siber bukanlah sekadar biaya, melainkan investasi jangka panjang untuk melindungi aset digital yang vital. Dengan menerapkan manajemen risiko keamanan siber yang komprehensif dan berkelanjutan, organisasi dapat meminimalkan risiko kerugian akibat serangan siber dan menjaga kelangsungan operasionalnya.
Saatnya bagi pemerintah dan instansi terkait untuk mengambil tindakan nyata dalam memperkuat pertahanan siber Indonesia. Jangan sampai kita terus menerus belajar dari kesalahan yang sama. Keamanan siber adalah tanggung jawab bersama, dan kita semua memiliki peran dalam melindungi aset digital negara kita.