5 Fakta Unik yang Terdapat di Tata Surya

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
8 Juli 2019 10:16 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mungkin kita akan mengatakan bahwa Kutub Utara atau Selatan adalah tempat yang paling dingin di Bumi. Lalu, bagaimana dengan tempat terdingin di tata surya?
ADVERTISEMENT
Menurut beberapa pengamatan langsung yang pernah dilakukan, suhu terdingin yang pernah tercatat di bumi terdapat di Antartika dengan suhu mencapai −89.2 derajat Celcius.
Uranus | wikimedia.org
Pertanyaannya, apakah lokasi tersebut menjadi tempat dengan suhu terdingin di Tata Surya? Jawabannya tentu tidak. Lalu di mana tempat dengan suhu terdingin di Tata Surya? Menurut penelitian dan pengamatan yang pernah dilakukan, Uranus menjadi tempat yang paling dingin di Tata Surya dengan perkiraan suhu udara terdingin mencapai -224 derajat celcius.
Suhu ini sekitar dua setengah kali lebih besar dibandingkan suhu terdingin di Bumi. Dengan suhu sedingin itu, tentu planet tersebut memang belum ada bukti bahwa makhluk hidup dapat bertahan di sana. Bahkan, air saja tidak akan bertahan lama dalam bentuk cairnya.
ADVERTISEMENT
Jika banyak orang beranggapan bahwa tornado itu berbahaya, mungkin hal ini berkali-kali lipat lebih berbahaya dari pada tornado. Selain terkenal karena tempatnya yang dingin, tempat juga sangat identik dengan kecepatan angin yang tidak mungkin kita temukan di Bumi.
Kecepatan anginnya diperkirakan bisa mencapai angka 2.100 km per jam. Bahkan, turbin angin di Bumi pun tidak akan mampu menahannya dan semua bisa terbawa oleh kecepatan sekuat itu.
Neptune | wikipedia.org
Hal ini pertama dicurigai oleh para ilmuan ketika mempertanyakan bagaimana awan atau gas yang mengelilingi planet ini bergerak begitu cepat. Salah satu indikasi hal tersebut adalah suhu yang dingin.
Kecepatan gas di planet ini diduga menjadi mampu mengurangi gesekan yang terjadi, sehingga angin akan bergerak sangat cepat, bahkan kita tak mungkin bisa bersembunyi di dalam rumah untuk ini.
ADVERTISEMENT
Lalu, tempat apakah itu? Ya, dia adalah planet Neptunus.
Banyak dari kita yang tahu tentang ini, tapi tidak banyak yang mengerti apa sebenarnya “Milky Way”. Secara sederhana, banyak orang yang mengartikan Milky Way sebagai bintang yang bertaburan di angkasa yang luas. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah, karena memang Milky Way terdiri dari banyak bintang-bintang di angkasa.
Namun sebenarnya, Milky Way itu sendiri adalah galaksi yang di sekitarnya terdapat sistem tata surya. termasuk sistem tata surya yang kita tempati saat ini.
The Milky Way and Andromeda Galaxies | wikimedia.org
Nama Milky Way merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, γαλαξίας κύκλος (galaxías kýklos, "milky circle"). Dari Bumi, Milky Way akan terlihat seperti tumpukan cahaya yang membentang luas dengan panjang tertentu yang tentu sangat indah.
ADVERTISEMENT
Milky Way sebenarnya adalah galaksi berbentuk spiral dengan diameter 100.000 sampai 180.000 tahun cahaya. Tidak heran jika kita melihat Milky Way seperti tumpukan bintang karena diperkirakan Milky Way mengandung 100-400 miliar bintang atau mungkin ada setidaknya 100 miliar planet di Bima Sakti.
Hal ini bukanlah gurauan tentang Uranus pada umumnya, namun ilmuan menemukan gas hidrogen sulfida pada planet ini. Temuan ini baru saja dilaporkan dalam jurnal Nature Astronomy bahwa atmosfer planet Uranus mengandung gas hidrogen sulfida dalam jumlah yang tidak sedikit. Hal ini tentu juga membuka fakta bahwa planet ini mungkin akan berbau seperti kentut jika kita dekat atau berkunjung ke sana.
Temuan yang dilakukan dengan menggunakan teleskop Gemini yang terdapat di Hawaii ini menemukan keberadaan hidrogen sulfida pada awan tipis yang menyelimuti Uranus. Selain gas tersebut, para ilmuwan juga menemukan adanya amonia pada posisi yang sama.
Ilustrasi planet Uranus. Sumber: wikimedia.commons
Patrick Irwin, peneliti dari Universitas Oxford, Inggris, mengungkapkan bahwa Spektrometer dari teleskop Gemini sebenarnya dirancang untuk mempelajari lingkungan eksplosif di sekitar lubang hitam supermasif yang ditemukan di pusat galaksi yang cukup jauh. Namun penggunaannya telah diperluas untuk memecahkan misteri yang sudah berlangsung lama di tata surya dan menjadikannya lebih bermanfaat dibandingkan fungsi awalnya.
ADVERTISEMENT
Karena fakta lain tentang pembentukan tata surya bisa jadi terungkap dengan adanya temuan awal bagaimana planet di sekitarnya dapat terbentuk.
8 menit 20 detik, mungkin itu adalah jawaban singkat mengenai waktu yang dibutuhkan cahaya Matahari untuk sampai ke Bumi. Dalam perhitungannya, bumi mengorbit mengelilingi Bumi kurang lebih dengan jarak 150 juta km jauhnya. Di sisi lain, kecepatan cahaya bergerak dengan kecepatan 300,000 km per detik.
Jika kita membagi ini, hasilnya kurang lebih adalah 500 detik atau setara dengan angka di atas tadi. Namun ini adalah angka rata-rata.
Sunlight over Earth as seen by STS-29 crew | wikimedia.org
Kita perlu ingat bahwa Bumi bergerak mengikuti orbit berbentuk elips mengelilingi Matahari, sehingga menimbulkan jarak yang variatif mulai dari 147 juta hingga 152 juta km. Pada titik terdekatnya, sinar Matahari hanya membutuhkan waktu sekitar 490 detik untuk mencapai Bumi. Kemudian, pada titik yang paling jauh, dibutuhkan sekitar 507 detik untuk sinar matahari sampai ke Bumi.
ADVERTISEMENT
Jadi, ketika kita melihat Matahari terbit di pagi hari tepat di pukul 05:30 pagi, sebenarnya cahaya tersebut sudah bersiap dan mulai berjalan dari pukul 05:22 pagi.