Apa Artinya Ketika Ada Awak yang Sedang Tidak Bertugas dalam Penerbangan?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
12 Januari 2021 22:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan penerbangan SJ 182 meninggalkan luka yang mendalam. Bukan hanya bagi keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan, tapi juga masyarakat Indonesia secara umum. Penerbangan yang dijadwalkan terbang dari Jakarta ke Pontianak tersebut membawa 62 orang di dalamnya. Lima puluh dua di antaranya adalah penumpang, sementara dua belas orang lainnya adalah awak pesawat. Enam orang awak sedang bertugas, sementara enam sisanya sedang tidak bertugas.
Kondisi di dalam kokpit sebuah pesawat. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Apa artinya awak yang sedang tidak bertugas?
ADVERTISEMENT
Bahasa Inggris memiliki kata khusus untuk menyebut awak yang sedang tidak bertugas tersebut, yaitu deadheader. Deadheader berasal dari kata kerja deadheading yang berarti sebuah praktik yang dilakukan oleh perusahaan transportasi untuk membawa awak perusahaan itu sendiri sebagai penumpang biasa di dalam pesawat mereka (atau kendaraan lain). Karena statusnya adalah penumpang, awak tersebut tidak bertugas selama perjalanan. Namun waktu dalam perjalanan tersebut sudah dihitung sebagai jam kerja. Mereka dibawa ke suatu tempat di mana mereka akan memulai tugas mereka, atau mereka baru saja menyelesaikan tugas dan dibawa pulang. Deadheader bukan hanya merujuk kepada pilot dan pramugara atau pramugari, melainkan juga teknisi dan pegawai lainnya.
Oke Dhurrotul Jannah adalah salah satu korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang juga merupakan awak yang sedang tidak bertugas. Kabarnya ia akan memulai tugasnya sebagai pramugari dalam penerbangan NAM Air (anak perusahaan Sriwijaya Air) yang akan dimulai dari Pontianak.
ADVERTISEMENT
Oke adalah salah satu deadheader yang saat ini sedang ramai diperbincangkan. Namun, ada beberapa deadheader lain yang pernah menjadi perbincangan dalam sejarah penerbangan Indonesia. Salah satu yang paling terkenal adalah seorang pilot yang sedang tidak bertugas pada penerbangan Lion Air dari Denpasar ke Jakarta pada Oktober 2018. Penerbangan rute tersebut menggunakan pesawat yang sama dengan penerbangan Lion Air JT 610 yang dijadwalkan membawa penumpang dari Jakarta ke Pangkal Pinang sehari setelahnya. Malangnya, Lion Air JT 610 harus kandas di laut Jawa dan menewaskan 189 orang di dalamnya.
Kesalahan teknis menjadi alasan utama kecelakaan tersebut. Namun kesalahan teknis yang sama sudah terjadi sejak penerbangan dari Jakarta ke Denpasar dan juga tiga penerbangan sebelumnya yang beroperasi dengan menggunakan pesawat yang sama. Khususnya pada penerbangan Jakarta-Denpasar, sesaat setelah lepas landas, pesawat secara tiba-tiba meluncur turun. Pilot yang namanya tidak dipublikasikan dan yang saat itu seharusnya sedang tidak bertugas dilaporkan berhasil mengidentifikasi masalah pada pesawat tersebut dan mengatasinya dengan terbang lebih rendah dari ketinggian yang seharusnya. Buah dari tindakannya adalah terhindarnya pesawat dan penumpangnya dari kecelakaan pada hari tersebut.
ADVERTISEMENT
Deadheader lainnya yang juga tidak kalah terkenalnya adalah Pollycarpus Priyanto. Ia adalah seorang pilot yang sedang tidak bertugas dalam penerbangan Garuda Indonesia pada 7 September 2004 dari Jakarta ke Amstedam yang juga ditumpangi aktivis HAM Munir Said Thalib. Pollycarpus meninggalkan pesawat di Singapura saat pesawat tersebut sedang transit, lalu ia kembali ke Jakarta. Sementara Munir melanjutkan perjalanan ke Belanda karena ia hendak menempuh pendidikan S2 di Universitas Utrecht. Malangnya, Munir harus tewas di tengah perjalanan karena keracunan arsenik.
Setelah berbagai penyelidikan dilakukan, Pollycarpus ditetapkan sebagai tersangka dan dituduh memasukkan racun arsenik ke dalam jus jeruk milik Munir. Pollycarpus seharusnya terbang ke Beijing sehari sebelumnya. Tapi dengan menggunakan identitas palsu, ia malah mengganti rute perjalanannya dan menjadi deadheader pada penerbangan dari Jakarta ke Singapura. Meskipun Pollycarpus telah mendapatkan hukuman penjara dan saat ini telah tewas karena COVID-19, kasus kematian Munir ini masih belum memuaskan banyak pihak. Banyak yang masih menuntut kejelasan dan keadilan pada kasus pembunuhan tersebut.
ADVERTISEMENT