Apa Itu Cuaca Ekstrem? dan Mengapa Kita Mengalaminya?

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
16 Januari 2021 23:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi (BPPT) serta Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geologi (BMKG), memberikan keterangan bahwa bencana banjir yang terjadi di sebagian besar Provinsi Kalimantan Selatan disebabkan oleh adanya hujan ekstrem yang terjadi pada beberapa hari terakhir. BMKG juga mengeluarkan peringatan mengenai cuaca ekstrem secara periodik. Di mana pada tanggal 16 hingga 18 Januari 2021, hampir seluruh Provinsi di Indonesia berpotensi hujan lebat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang. Sehingga kita diminta untuk siaga dan awas terhadap potensi bencana yang dapat timbul akibat cuaca ekstrem ini. Namun sebenarnya apa sih cuaca ekstrem itu? Dan mengapa Indonesia mengalami cuaca ekstrem?
Ilustrasi banjir. Gambar oleh Hermann Traub dari Pixabay.
Iklim, Cuaca, dan Cuaca Ekstrem
ADVERTISEMENT
Cuaca adalah kondisi atmosfer dalam periode singkat yang memiliki beragam indikator suhu udara, radiasi matahari, arah dan kecepatan angin, kelembapan udara dan curah hujan serta lama penyinaran. Kondisi cuaca dapat berubah-ubah dalam hitungan hari atau jam. Sedangkan iklim adalah kondisi rata-rata cuaca pada suatu daerah tertentu dalam kurun waktu yang cukup panjang. Dalam panduan World Meteorological Agency (WMO), data cuaca selama tiga puluh tahun adalah periode minimum yang harus digunakan untuk menentukan jenis iklim suatu daerah.
Cuaca ekstrem adalah suatu kondisi di mana salah satu atau beberapa indikator cuaca mengalami perubahan ekstrem. Misalnya perubahan ekstrem suhu udara atau perubahan ekstrem curah hujan. Pada tahun 2010, WMO membentuk suatu gugus tugas untuk menyusun panduan dalam mendefinisikan, mengelompokkan, memantau, dan melaporkan informasi cuaca ekstrem dan kejadian iklim ekstrem dalam tataran operasional.
ADVERTISEMENT
Pada panduan tersebut cuaca ekstrem didefinisikan sebagai kejadian dengan perubahan ekstrem suhu udara dan atau curah hujan yang dikelompokkan menjadi empat jenis kejadian cuaca ekstrem. Namun gugus tugas ini menyadari definisi dari kejadian ekstrem akan berbeda antar negara atau wilayah. Di mana kejadian-kejadian ekstrem yang terjadi mungkin berbeda keragamannya. Namun pada tataran global untuk keperluan berbagi data dan informasi digunakan empat jenis cuaca ekstrem sesuai dengan panduan, yakni: (i) hot wave atau gelombang panas, (ii) cold wave atau gelombang dingin, (iii) hujan ekstrem dan (iv) kekeringan.
Ilustrasi kekeringan. Gambar oleh Peter H dari Pixabay.
Cuaca dan iklim Indonesia dipengaruhi oleh iklim lokal, regional maupun global
Kemudian timbul pertanyaan, sebenarnya apa yang mempengaruhi kejadian cuaca ekstrem? Mengapa pada suatu waktu seperti pada paruh kedua bulan Januari 2021 ini terjadi hujan ekstrem? Jawabannya adalah karena cuaca di daerah tempat kita tinggal selain dipengaruhi oleh iklim daerah tersebut juga dipengaruhi oleh iklim regional dan iklim global. Iklim regional adalah kondisi sistem atmosfer pada suatu wilayah tertentu contohnya adalah pada Samudera Pasifik yang dikenal luas sebagai ENSO atau El Nino-Southern Oscillation. Sistem atmosfer-oseanik ENSO ini mempengaruhi kondisi Indonesia terutama pada saat El Nino dan La Nina.
ADVERTISEMENT
Sejak akhir tahun 2020 hingga awal 2021, La Nina berkembang di kawasan Pasifik hingga level moderate sehingga menyebabkan adanya peningkatan curah hujan di hampir seluruh Indonesia. Peningkatan curah hujan yang terjadi sangat signifikan sehingga dinyatakan sebagai hujan ekstrem.
Karena Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropis yang diapit oleh dua samudra besar, keragaman jenis iklim antar daerah menjadi tinggi. Selain itu Indonesia sendiri tidak hanya dipengaruhi oleh ENSO saja tetapi beberapa sistem atmosfer-oseanik lain seperti the Pacific Decadal Oscillation (PDO) atau Indian Ocean Dipole (IOD). Sistem regional ini mempengaruhi musim hujan dan musim kemarau di Indonesia, seperti durasi dan intensitas tingkat keparahannya.
Ilustrasi kekeringan ekstrem yang akan dialami Indonesia akibat pengaruh El Nino kuat. Gambar oleh Jody Davis dari Pixabay.
Perubahan Iklim mempengaruhi peningkatan frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem
ADVERTISEMENT
Selain itu, para ahli menyebutkan perubahan iklim yang terjadi diperkirakan akan meningkatkan potensi terjadinya cuaca ekstrem. Guojian Wang dan timnya melalui artikel yang diterbitkan oleh Nature Climate Change pada tahun 2017 menyebutkan bahwa akan ada peningkatan sebanyak dua kali lipat dari frekuensi kejadian El Nino dan La Nina ekstrem pada kenaikan suhu global sebesar 1.5 atau 2 derajat celcius. Pada tahun 2018 The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) melaporkan, bahwa perubahan iklim akan menyebabkan perubahan frekuensi, intensitas, cakupan spasial, durasi dan waktu kejadian kondisi cuaca dan iklim ekstrem, dengan skenario terburuk adalah kejadian ekstrem yang tidak terduga atau tidak terprediksi sebelumnya. Wilayah Asia dengan banyak peradaban yang terbangun di kawasan delta sungai dinilai sangat rentan bagi kejadian cuaca ekstrem maupun iklim ekstrem. Bencana yang diperkirakan akan terjadi pada scenario perubahan cuaca dan peningkatan kejadian ekstrem meliputi siklon tropis (badai dan taifun), banjir bandang, perubahan suhu udara yang ekstrem, kekeringan dan kebakaran hutan serta lahan.
Ilustrasi terbentuknya siklon tropis. Gambar oleh WikiImages dari Pixabay.
Baca lebih lanjut tulisan Lampu Edison mengenai La Nina di sini.
ADVERTISEMENT
FAN untuk Lampu Edison
Sumber: 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.