“Aroma” Salju

Lampu Edison
Edison 9955 kali gagal menemukan lampu pijar yang menyala. Jika ia berhenti di percobaan ke 9956, mungkin sekarang kita tidak akan punya lampu.
Konten dari Pengguna
17 Oktober 2019 18:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lampu Edison tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apakah salju benar-benar memiliki aroma?
Bagi kalian yang pernah berkunjung ke negara-negara bersalju dan melihat salju secara langsung, kalian mungkin pernah merasakan ketika kalian melangkahkan kaki keluar rumah, hidung kalian akan mencium aroma yang akrab dan familier. Jika ditanya alasannya, kalian pasti merasa kesulitan dalam menjelaskannya, tetapi kalian tahu bahwa aroma itu menandakan adanya salju. Lalu, apakah salju benar-benar memiliki aroma?
ADVERTISEMENT
Sisi logis otak kalian mungkin akan mengatakan tidak, karena salju hanyalah air beku, dan oleh karena itu tidak berbau. Tetapi, pernahkah kalian meramalkan turunnya salju berdasarkan aroma menggelitik yang familier di hidung kalian? Jika ya, secara tidak langsung kalian menganggap bahwa salju mempunyai aroma. Jadi apa sebenarnya yang terjadi ketika kalian "mencium" peristiwa meteorologis ini?
Sebelum melangkah lebih jauh, kalian harus tahu bahwa untuk dapat mencium suatu bau, molekul bau tersebut secara fisik harus diangkut ke hidung untuk memicu reseptor penciuman. Reseptor penciuman yang telah diaktifkan akan memicu impuls saraf yang mengirimkan informasi tentang bau ke otak. Hampir semua yang ada di sekitar kalian mengeluarkan molekul bau setiap saat, tetapi bahan yang paling bau sangat mudah menguap dan bergerak.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan organ penciuman, Pamela Dalton dari Monell Chemical Senses Center di Philadelphia, menjelaskan kepada Discovery News bahwa "aroma" salju yang dirasakan oleh manusia terjadi karena adanya tiga hal, yaitu suhu, kelembaban udara, dan saraf yang terstimulasi di otak.
Hal pertama yang menyebabkan anda mampu mencium “aroma” salju adalah suhu. Ketika suhu turun hingga mencapai titik beku, molekul-molekul di udara cenderung melambat atau tetap di tempatnya dan kurang stabil. Dengan aktivitas molekul yang lebih sedikit ini, membuat aroma-aroma tertentu menjadi kurang tajam atau menyengat. Dengan kata lain, apa yang selama ini kalian anggap sebagai aroma salju sebenarnya hanyalah aroma biasa di luar ruangan. Hal ini juga yang menyebabkan aroma saat musim dingin menjadi berbeda dengan musim panas.
ADVERTISEMENT
Sebagai contoh, ketika kalian mengeluarkan sisa makan malam kalian dari lemari es atau freezer, kalian akan mencium aroma yang tidak terlalu kuat dibandingkan saat makanan itu dipanaskan. Perubahan bau ini terjadi karena saat memanaskan sisa makanan, suhu mengalami peningkatan dan aktivitas molekul-molekul bau itu mulai bertambah cepat sehingga aromanya menjadi lebih tajam.
Selain suhu, faktor lain yang berperan adalah kelembaban udara. Sama halnya hujan dan hujan es, badai salju yang akan terjadi meningkatkan kelembaban di udara. Kelembaban udara berperan dalam beberapa hal. Pertama, kelembaban udara akan menyebabkan awan dan curah hujan yang jatuh dari langit. Disamping itu, kelembaban juga dapat meningkatkan sistem penciuman. Menurut Dalton, hal ini terjadi karena hidung kita bekerja secara optimal ketika berada dalam kondisi baik dan lembab. Sedikit peningkatan kelembapan di lingkungan, akan memungkinkan hidung menjadi sedikit lebih sensitif terhadap bau.
ADVERTISEMENT
Dalton menambahkan bahwa sebagai respons perlindungan terhadap udara dingin dan kering, semua reseptor penciuman yang berada di dalam hidung kita akan “terkubur” pada saat musim dingin. Jadi, kurangnya aroma, ditambah kemampuan atau sensitivitas organ penciuman yang mengalami penurunan, membuat musim dingin seakan-akan memiliki bau yang berbeda dari musim panas.
Aroma salju juga terkait dengan stimulasi saraf trigeminal di otak. Saraf trigeminal adalah saraf yang bertanggung jawab atas sensasi di wajah dan berperan dalam proses mengunyah atau menggigit. Meskipun terpisah dari sistem penciuman, dan biasanya hanya menginterpretasikan sensasi seperti saat mencium aroma mint dan rempah-rempah, saraf ini juga akan “turn on” ketika kalian menghirup udara dingin. Itu sebabnya otak kita menghubungkan salju dengan "aroma" yang khas.
ADVERTISEMENT
Nah, secara singkat, cuaca dingin, kelembaban, dan saraf trigeminal yang terstimulasi akan bergabung untuk menciptakan sesuatu yang tidak berbau, tetapi menghasilkan pengalaman sensoris yang kalian asosiasikan dengan salju. Itulah sebabnya ketika ditanya untuk menggambarkan aroma, kebanyakan orang akan menggunakan kata-kata seperti "bersih," "segar," dan "dingin" (hal-hal yang tidak memiliki banyak aroma sama sekali).
Sumber
https://www.rd.com/culture/why-you-can-smell-snow/
http://mentalfloss.com/article/520083/whats-really-happening-when-you-smell-snow
http://physicsbuzz.physicscentral.com/2016/01/podcast-physics-and-smell-of-snow.html
https://www.ktva.com/story/40261021/does-snow-have-a-smell
https://www.childrensmuseum.org/blog/why-does-cold-air-smell-different
Ilustrasi jalanan tertutup salju. Sumber Gambar : Pixabay